Langsung ke konten utama

Film Lima, Nilai-Nilai Pancasila, dan Arti Pancasila Untukku


Film Lima, besutan lima sutradara  mengenai Pancasila di kehidupan masa kini 


Film berjudul Lima, yang mengangkat mengenai Pancasila di kehidupan masa kini sukses membuat haru dan kagum sejak awal tayangan. Penggambaran realitas yang diangkat dalam film memperlihatkan, jika pendekatan solusi menggunakan nilai-nilai dalam pancasila,  bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia yang kaya dengan keberagaman.

Kondisi adanya keberagaman itu sudah terlihat sejak adegan awal dalam film drama Lima, yang mengisahkan tentang sebuah keluarga yang di dalamnya memiliki perbedaan agama, namun tetap utuh dalam kerukunan hidup.

Itulah yang saya tangkap saat datang Nonton Bareng film Lima bersama member community ShopBack The Smarter Way di Djakarta Theater XXI, Thamrin, Jakarta Pusat. Tayangan yang bertepatan hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap 1 Juni.

Film dibuka dengan adegan seorang ibu bernama Maryam Moehasan (Tri Yudiman), yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit ditemani anak bungsunya Adi.  Perempuan yang memiliki jari lentik ini senang sekali menggunakan kuteks kuku.

Saat di rumah sakit itu Maryam sempat berpesan jika seandainya meninggal,  gigi palsunya jangan dilepas karena orang lain tidak tahu. Setelah diperbolehkan pulang ke rumah oleh dokter, Maryam sempat didoakan oleh seorang pendeta kristen.

Dalam adegan selanjutnya, Maryam memang digambarkan telah meninggal dunia. Ketiga anak yang mencintainya, Fara (Prisia Nasution), Aryo (Yoga Pratama), dam Adi (Baskara Mahendra), ada di dekat jenazah ibunya. Termasuk Khadijah alias Bi Ijah (Dewi Pakis).

Kisah mengenai adanya keberagaman pun bergulir. Maryam sebelum menikah beragama Islam, tetapi pernikahan kemudian membuatnya berpindah agama Kristen. Setelah suaminya meninggal dunia, Maryam kemudian menganut kembali agama asalnya sebagai umat muslim.

Ketiga anaknya memilih agama yang berbeda. Fara menganut Islam seperti ibunya, sedangkan Aryo dan Adi memeluk agama Kristen seperti ayahnya.  Tidak ada air mata berlebihan dari ketiganya atas kematian sang ibu.

Namun perbedaan agama yang terjadi sempat memunculkan berbagai pedebatan-perdebatan. Mulai dari mengabari sang tante yang beragama muslim, urusan kuteks, minta doa untuk jenazah, hingga saat penguburan.

Fara meminta Adi untuk membersihkan kuku ibunya dari kuteks karena tata cara pemakaman Islam menuntut segala sesuatunya serba bersih. Adi sempat menolak untuk melepas gigi palsu ibunya karena ingat pesan saat di rumah sakit.

Kekalutan kedua terjadi ketika Aryo ingin turun ke liang lahat untuk ikut membawa keranda dan menguburkan ibunya. Fara mengatakan hal itu tidak bisa karena tidak Aryo tak seiman dengan ibunya.

Aryo tidak terima dan mempertanyakan kenapa dirinya haram dan Fara halal padahal lahir dari rahim yang sama. Apakah karena berbeda agama? Selanjutnya, upacara pemakaman jenazah Maryam dengan penuh haru.

Saat di makam, tante beragama muslim menegaskan Aryo tidak bisa turun ke liang lahat,  Fara mengatakan biarlah ketiga anaknya yang menanggung dosa  karena Aryo ikut menguburkan ibunya.

Semakin haru karena setelah tata cara pemakaman secara Islam kemudian dilanjutkan dengan cara pemakaman sesuai dengan agama kristen, agama yang dianut keluarga suami Maryam.

Sebelum jenazah Maryam dibawa ke pemakaman, Bi Ijah pembantu rumah tangga keluarga itu mendatangi sebuah masjid untuk meminta jenazah didoakan. Sayangnya, pengurus masjid menolak karena Maryam sempat jadi orang kristen. Meskipun Bi Ijah mengatakan, Maryam sudah memeluk Islam kembali dan sudah menjadi hajah, tetap tak bisa diterima karena adanya perbedaan mazhab.

Kehidupan keluarga yang terdiri atas tiga anak yatim dan piatu serta seorang pembantu rumah tangga itu, tetap berlanjut setelah kepergian sang ibu dan permasalahan kehidupan yang harus dilalui.

Adi, yang masih duduk di bangku SMU melihat seorang pencuri sejumlah buku yang dikejar secara bersama-sama oleh warga. Nasib pencuri itu kemudian berakhir tragis karena harus menemui ajal karena dikeroyok massa dan dibakar hidup-hidup secara sadis.  

Di sisi lain, Fara pun tengah mengalami dilema sebagai pelatih renang. Fara dihadapkan pada pilihan sulit untuk menentukan seorang atlet renang yang layak untuk mewakili Indonesia  di ajang Asian Games.

Ada “pesan” untuk memilih Andre yang lebih pribumi meskipun kemampuannya masih di bawah sedikit daripada Kevin, yang merupakan warga keturunan dan memiliki catatan waktu renang lebih baik.

Suasana bersitegang pun muncul saat kakak beradik Fara, Aryo, dan Adi menerima kedatangan Fajar, seorang notaris yang mengabarkan wasiat warisan orang tua. Adi merasa tidak terima pembagian warisan dilakukan saat ibunya meninggal belum lama.

Adi tak ingin menandatangani surat warisan dan menuduh Aryo memang sedang membutuhkan uang karena baru saja dipecat dari pekerjaan, setelah ibunya meninggal.

Di saat yang sama, Bi Ijah pamit hendak pulang ke kampung. Sebuah adegan film menggambarkan seorang remaja laki-laki dan adik perempuan kecilnya, berjalan mengendap untuk mengambil sesuatu tanpa izin di sebuah perusahaan perkebunan.

Remaja lelaki dan adiknya yang masih di bawah umur secara hukum ini, ditangkap dan diadili ke meja hijau. Menghadapi tuntutan hukum yang pedas dari jaksa sebagai seorang pencuri meski dalam jumlah kecil.


Meski kakak beradik, ketiganya  berberda agama, sehingga harus mengamalkan sila ke-1 Pancasila


Butir-Butir Pancasila
Menonton adegan demi adegan dalam film Lima yang disutradarai lima orang dengan lima cerita, penonton seakan larut terbawa dalam jalinan cerita utuh mengenai pengamalan Pancasila  dalam kehidupan sehari-hari, yang disajikan secara apik.

Lima sutradara masing-masing berperan memegang  sebuah cerita berkaitan dangan nilai Pancasila, yakni Shalahuddin Siregar (sila ke-1), Tika Pramesti (sila ke-2), Lola Amaria (sila ke-3) Agustriansyah (sila ke-4), dan Adriyanto Dewoini (sila ke-5).

Dalam Lima, penonton diajak kembali mengingat butir-butir dalam sila Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa, yakni : 1.Ketuhanan yang Maha Esa, 2.  Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, 3.Persatuan Indonesia,4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, 5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Masyarakat Indonesia.

Ya, menyaksikan film Lima yang digarap sejak Oktober 2017 ini semua tergambar jelas dalam jalinan cerita. Menghargai perbedaan agama dalam satu keluarga saat pemakaman masuk dalam pengamalan sila ke-1. Mencegah pengeroyokan yang berujung kematian seorang pencuri masuk dalam pengamalan sila ke-2.

Menghindari dikriminasi ras yang bisa memecah persatuan saat penentuan atlet renang masuk dalam pengamalan sila ke-3, Mencapai mufakat melalui musyawarah saat pembahasan warisan keluarga masuk dalam pengamalan sila ke-4. Memunculkan keadilan bagi anak remaja bi ijah yang terlibat hukum di pengadilan masuk dalam pengamalan sila ke-5.

Terus terang, semula sebelum menonton saya menganggap film mengenai Pancasila akan biasa-biasa saja atau malah berat untuk dipahami. Namun, ternyata saya justru larut dan tergugah dalam rangkaian lima cerita yang dihadirkan oleh lima sutradara. Film Lima bagus banget!

Salut  untuk Lola Amaria dan sutradara lainnya yang berani menghadirkan kisah-kisah sensitif yang sebenarnya memang ada dan terjadi di masyarakat. Film Lima mampu menjadi pengingat mengenai pancasila di kehidupan masa kini.  

Nilai-nilai Pancasila perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Arti Pancasila Untukku

Buatku nilai-nilai pancasila itu bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Baik dari tingkatan terkecil dalam rumah bersama keluarga inti, dalam kehidupan bertetangga, saat bersekolah, dalam dunia kerja, maupun alam dunia usaha. Pokoknya semua yang ada di lini kehidupan kehidupan masyarakat  Indonesia.

Pancasila yang  telah disepakati secara nasional sebagai dasar negara tanggal 18 Agustus 1945 melalui sidang PPKI (Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia), menurut saya, memiliki butir-butir yang sangat luar biasa bermakna sebagai pedoman pengamalan pancasila.   

Pancasila merupakan lima sila yang menjadi Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa. Suatu bangsa mampu menjadi negara yang kokoh karena punya dasar negara. Suatu bangsa memiliki pandangan hidup sebagai sebuah tujuan yang jelas.

Namun, pancasila yang terdiri atas lima sila ini, tidak bisa hanya dihapalkan saja setiap silanya. Cara seperti ini tidak bisa membuat butir-butir pancasila mudah meresap masuk, seperti halnya pengamalan pancasila yang digunakan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.

Perlu  kesadaran dan kemauan dalam menerapkannya. Itulah yang masih perlu dibangun lagi saat ini, terutama pada generasi muda setelah reformasi. Saat ini berdasarkan Tap MPR No I/MPR/2003, jumlah butir pancasila yang merupakan penjabaran lima sila pancasila sebanyak 45 butir

Dalam hidup keseharian, aku memiliki sahabat yang berbeda agama. Disini, kami yang berbeda agama harus mengedepankan toleransi beragama dan menjaga kerukunan dengan agama lain. Aku wajib menerapkan sila pertama pancasila Ketuhanan yang Maha Esa, yakni menjunjung tinggi agama dan kepercayaannya masing-masing.

Dalam keseharian, sesuai dengan sila kedua aku memiliki teman dan saudara yang berbeda latar belakang, maka harus bisa menerima persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

Menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan, merupakan salah satu butir sila ketiga yang harus dilakukan.

Seringkali sebagai mahluk hidup, aku memang dihadapkan pada suatu hal-hal yang bisa menempatkan itu semua demi sebuah keutuhan dan persatuan,minimal dalam lingkup keluarga, pertemanan, dan kerja.

Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan bersama dengan tidak memaksakan kehendak yang merupakan salah satu butir sila keempat, harus diterapkan ketika terlibat dalam suatu perbincangan yang melibatkan banyak orang.

Aku juga harus bisa menerapkan butir sila kelima yang antara lain, bersikap adil terhadap sesama, serta menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jadi, Pancasila dengan butir-butirnya memang sangat bagus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Ternyata, pancasila tetap selaras dengan perkembangan zaman yang kekinian. Namun, untuk bisa bilang saya Indonesia, saya pancasila memang tak bisa sekedar dihapal dan omong doang. (rwindhu)

Keterangan gambar : 1). 2). 3).


Komentar

  1. Huahhhhh ternyata kisahnya begini yaaaa jadi makin pengen nonton, sy liat trailernya aja sih, saya pikir pasti koonspiirasi lagi niih film, tp pas baca blog mbak windhu ternyta pesan-pesan yg disampaikan itu tentang menjaga keberagaman kita di indonesia dengan rukun adil dan damai.

    BalasHapus
  2. Film yang sangat inspiratif ya.. bagaimana mengedukasi masyarakat dengan kembali mengamalkan sila pancasila dalam
    kehidupan sehari-hari dan melihat perbedaan sebagai suatu keindahan jika dapat disikapi dengan bijak, well note kakak

    BalasHapus
  3. Aku baru dgr nih film Lima dan blm liat trailernya, pas baca ulasan ini cuss langsung liat trailernya. Film yg wajib ditonton, smga nilai pancasila bisa terserap dgn baik

    BalasHapus
  4. Wah aku penasaran nih sama film ini. Masih tayang di bioskop tidak ya?
    Penasaran Pancasila kalau dari sudut pandang pembuat film dijadikan seperti apa hehe.

    BalasHapus
  5. Aku jadi penasaran Ama film nya nih mbak... Semoga pengamalan sila ke satu yang ditampilkan di film ini tetap berjalan sesuai koridornya ya, maksudku jangan sampai justru 'merusak' akidah masing-masing karena menjunjung tinggi keberagaman itu sendiri...

    BalasHapus
  6. Jadi penasaran sama alur ceritanya kepingin tahu endingny dah gitu pemainny idola semua

    BalasHapus
  7. BAru tahu ada film yang mengambil tema Pancasila. cocok banget untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. Sepertinya cocok nih diputar disekolah sekolah untuk menanamkan cinta Pancasila

    BalasHapus
  8. Yups, bener banget mbak. Pancasila hendaknya diterapkan bukan hanya dihapal aja

    BalasHapus
  9. Dari kemarin baca review film Lima jadi bikin penasaran dan pengen nonton filmnya nih mba.. :)

    BalasHapus
  10. Saya sud as h nonton film Lima ini, saya suka. Ada beberapa adegannya yang membuat saya tak mampu menangkis air mata. Layak ditonton film ini, selain sebagai bentuk merayakan hari pancasila, kita juga sudah dukung film Indonesia.

    BalasHapus
  11. Klo gak salah aku baca tentang film ini di beranda twitter, Alhamdulillah ada film yang inspiratif untuk negeri ini

    BalasHapus
  12. Film ini menurut aku sih ngajak mikir dan merenung. Jadi berat. Memang Pancasila bukan cuma dihafal, tapi dijadikan perilaku. Makanya. Berat. 😂😂😂

    BalasHapus
  13. Udah lihat teasernya dan makin penasaran deh mau nonton film ini. Kayaknya bagus ya, apalagi mengangkat kelima sila Pancasila yang diterapkan dalam kehidupan ... Semoga masih tayang di bioskop nih

    BalasHapus
  14. Bagus kayaknya filmnya. bagus juga ditonton. Apalagi di zaman sekarang yang lagi gonjang-ganjing nilai-nilai Pancasila yang terlupakan. Noted!

    BalasHapus
  15. menarik sekali mbak, udah saya agendakan nih buat nonton ini hihi
    makasih buat info2nya ya :)

    BalasHapus
  16. wah masih tayang g ya film ini.lupa mau nonton

    BalasHapus
  17. Spoiler banget nih, tapi memang sesuai koq sama kehidupan masyarakat di negara ini yang mulai melupakan Pancasila sebagai ideologi berbangsa dan bernegara..

    BalasHapus
  18. Sempat baca pro & kontranya nih. Yang kabarnya BSF minta Lola menghilangkan adengan tertentu yang justru akan merusak benang merah dari film ini. Alhamdulillah tayang ya.

    BalasHapus
  19. WHOAAAA! so detail kak review nya.. jd pengen nonton lima, masih ada ga sih di bioskop?

    BalasHapus
  20. Keberagaman, justru akan lebih mewarnai kehidupan ya, seperti keluarga bu Maryam ini. Ahh penasaran sama konflik cerita di pelemnya..

    BalasHapus
  21. Dih ternyata keran banget ya film Lima, aku belum nonton. Penasaran bagaimana 5 sutradara merepresentasikan nilai-nilai Pancasila dalam tiap adegan film yang mereka buat.

    BalasHapus
  22. Film kayak gini yang harus diperbanyak

    BalasHapus
  23. Aku belum sempet nonton film ini, jadi pengen nonton deh, masih tayang ga yah?

    BalasHapus
  24. Dari kemarin masih maju mundur mau nonton film ini karena kuatir terlalu berbau politis. Tetapi ternyata dari trailer dan tulisan ini aku jadi tertarik mau nonton. Kira-kira masih tayang di bioskop nggak ya?

    BalasHapus
  25. Harus ditonton nih film seperti ini. Biar makin paham ya

    BalasHapus


  26. Hmmm dari resensi film di atas tampaknya ini film yg bagus dan kaya akan nilai. Sayang belum sempet nonton euy. Apalagi ada setting dunia renang ya? Waaah itu masa lalu gue banget. 😀

    BalasHapus
  27. Tulisannya keren, sangat pantas jadi juara

    BalasHapus
  28. Yang pasti, Pancasila adalah dasar dan ideologi bangsa Indonesia yang memiliki makna mendalam dalam menjaga persatuan bangsa.

    BalasHapus
  29. film ini wajib ditonton mulai dari anak remaja biar mereka juga memaknai nilai luhur Pancasila yang sudah mulai pudar di masyarakat

    BalasHapus
  30. adik2ku yg masih sekolah penting nih nonton film LIMA eh tetap kudu didampingin ya mbak

    BalasHapus
  31. wahh jadi makin penasaran dengan film Lima ini. Sayang saya tinggal di kota kecil yang gak punya bioskop.
    nunggu filmnya resmi keluar di TV aja deh jadinya..

    BalasHapus
  32. Filmnya menginspirasi ya mbak..bahwa keyakinan itu tidak untuk memecah belah persatuan baik di keluarga dan bermasyarakat.

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung dan memberikan komentar positif demi kemajuan dan kenyamanan pembaca.

Postingan populer dari blog ini

Minggu Pagi di Aksi #TolakPenyalahgunaanObat Car Free Day

MATA saya menatap kemasan kotak bertuliskan Dextromethorphan yang ada di meja BPOM. Di atas meja itu terdapat sejumlah obat-obatan lain bertuliskan warning, yang berarti peringatan. Ingin tahu saya memegangnya. Membaca kotak luar kemasan obat itu.  “Ini obat apa?” tanya saya. Adi, petugas BPOM itu memperlihatkan isi kotak kemasan. Menurutnya, obat Dextromethorpan sudah ditarik dari pasaran. Sudah tidak digunakan lagi karena dapat disalahgunakan oleh pemakainya. Dextromethorpan yang di kotak kemasannya tertera generik dan terdiri dari 10 blister ini masuk dalam kategori daftar G. Banyak yang menyalahgunakannya untuk mendapatkan efek melayang (fly). Fly? Pikiran saya langsung teringat kepada peristiwa penyalahgunaan obat yang menghebohkan negeri ini satu bulan lalu di Kendari, Sulawesi Tenggara. Korbannya yang anak-anak masih pelajar dan mahasiswa ini. Pertengahan September 2017, semua terkaget-kaget dengan kabar yang langsung menjadi topik pembicaraan

Beli Buku Hanya Bayar Setengah di Buka Gudang Gramedia

Selama satu bulan, digelar Gudang Buku Gramedia, di Jl. Palmerah Barat, Jakarta. Diskon sebesar 50 % untuk semua jenis buku. Untuk buku komik hanya Rp.1000, dengan ketentuan minimal pembelian 10 buah (dok.windhu) There is no friend as loyal as book . Kalimat kutipan Ernest Hemingway, novelis yang karya-karyanya mendunia itu benar adanya. Buat sebagian orang, termasuk saya, buku sudah menjadi teman yang sangat setia. Sejak masih anak-anak hingga kini dewasa. Nah, begitu mata memandang seluruh ruangan yang disebut Buka Gudang Gramedia, Jl Pamerah Barat dan melihat tumpukan ratusan buku sesuai dengan kategorinya jelas terlihat di depan mata, rasa senang timbul.  Jumlah buku di rumah, si teman setia sudah jelas akan bertambah.Harga buku di zaman sekarang kalau karya top atau penulis bermutu pastilah mendekati Rp.100.000 atau lebih, per satu bukunya. Kegiatan diskon buku seperti Buka Gudang Gramedia, jadi salah satu solusi menambah bahan bacaan.  Ragam pilihan buku ba

D’Flora, Lipstik Untuk Bibir Hitam dengan Pilihan Warna Bagi Perempuan Aktif

Pilihan Lipstik untuk Bibir Hitam saat ini beragam. D'Flora, hadir dengan kandungan Jojoba dan vitamin yang membuat bibir terlihat menarik dan sehat. (dok.windhu) Awalnya saya tidak begitu memperhatikan mengenai masalah bibir hitam. Semua itu baru saya sadari saat Arni, salah seorang kakak perempuan   saya   mengeluhkan warna bibirnya. Jika warna lipstiknya sudah memudar, warna bibir aslinya langsung terlihat. Kakak merasa perlu lipstik untuk bibir hitam yang tepat digunakan sehari-hari.  “Pernah merokok, kali,” ucap saya asal sambil bercanda. Ups, jelas kakak saya tidak terima.Kakak tidak pernah menyentuh ataupun mencoba-coba rokok. Bahkan mencium bau asap rokok di suatu tempat keramaian umum,   kakak sudah tidak suka. Mungkin saya cukup beruntung karena warna bibir saya tidaklah segelap bibir kakak. Saya tahu usaha kakak untuk membuat warna bibirnya lebih merah dan menarik. Sesekali saya juga mengikutinya. Buat perempuan, memiliki warna bibir hitam, bibir g