Langsung ke konten utama

Meet Me after Sunset, Hadirnya Bad Boy yang Mengubah Hidup Freak Girl


Tiga pemain utama film Meet Me After Sunset saat selamatan nasi kuning di Hook Cafe, Rabu 30 November 2016 (foto:riapwidhu) 

Cewek remaja masa kini umumnya akrab dengan semua yang berbau gadget dan media sosial. Sedikit-sedikit selfie lalu upload di instagram ataupun membuat video blog (vlog) yang ditayangkan di channel  youtube. Namun, cewek satu ini sangat berbeda.

Vino (Maxime Bouttier) remaja ganteng asal Jakarta yang terpaksa pindah sekolah ke Rancaupas, Bandung, sangat penasaran melihatnya. Gadis (Agatha Chelsea), lebih banyak menghabiskan waktu dengan menulis dan bermain dengan alam. Anehnya, lebih memilih keluar di malam hari.

Meet After Sunset, kisah cinta yang terjadi saat masa sekolah (riapwindhu)

Ah, kenapakah?  Gadis hanya punya satu teman, yakni Bagas (Billy Davidson). Keunikan Gadis membuat Vino mendekatinya. Ingin melindungi sekaligus membantu Gadis untuk dapat mengejar banyak sekali mimpi-mimpi yang dipendam.

Kehadiran Vino sebagai anak baru di sekolah, sekaligus sosok baru dalam hidup Gadis dan Bagas mengubah segalanya. Bagas yang selama ini tinggal dengan nini-nya (Marini Sardi) merasa sangat tahu dan sangat mengerti Gadis.

Penyerahan nasi kuning kepada pemain utanma perempuan Agatha Chelsea (dokpri)


Maxime Bouttier menerima nasi kuning (dokpri)

Keduanya tumbuh besar bersamaan. Bagas selalu memberikan perhatian kepada Gadis dan mendukungnya. Gadis pun selalu merasa nyaman. Namun, kedatangan Vino  telah mengenalkan Gadis pada sesuatu yang baru. Hal-hal menarik yang belum pernah dilakukan, meskipun sebenarnya Gadis ingin sekaligus takut memasukinya.

Vino memperlihatkan indahnya siang untuk melakukan banyak hal kepada Gadis.  Ketertarikan Gadis pada  Vino dan sebaliknya terganjal persahabatan dengan Bagas. Di sisi lain, ada Icha (Margin Winaya) , cewek satu sekolah yang punya percaya diri sangat tinggi dengan kecantikannya di sekolah ternyata jatuh hati pada Vino.
Para pendukung film Meet Me After Sunset (dokpri)

Kisah Cinta Remaja Anak Sekolah
Film Meet Me after Sunset  yang baru syuting awal Desember, dengan mengambil lokasi pertama di Bandung selama dua minggu, menurut sutradara film Daniel Rifki bukanlah sekedar kisah cinta remaja sekolahan seperti umumnya.

Film Meet After Sunset rencananya tayang pada tahun 2017. Acara selamatan film ini dilakukan pada Rabu 30 November di Hook Cafe, Senopati, Jakarta. Pemotongan tumpeng nasi kuning dibagikan kepada para pemain yang seluruhnya hadir.

 Daniel Rifki, sutradara Meet Me After Sunset, film ini cocok ditonton anak SMP dan SMU (dokpri) 

Menurut Daniel Rifki, Meet Me After Sunset produksi MNC Pictures, sangat sesuai untuk anak sekolah SMP dan SMU. Meski menyajikan kisah cinta, namun tetap menjunjung norma-norma ketimuran. Cinta yang disampaikan bukanlah kisah cinta yang egois.

Cinta yang ditampilkan menggunakan perlambangan Bulan, Bintang, dan Matahari.  Gadis bagaikan bulan yang selalu ditemani oleh Bagas yang layaknya Bintang di malam hari. Sementara Vino tak ubahnya matahari yang tidak pernah bertemu di waktu yang sama dengan bulan.Matahari yang selalu menyinari bulan agar terang di malam hari.
Inilah tiga pemain utama, yakni Agatha Chelsea, Maxime Bouttier, dan Billy Davidson (Dokpri)
Meskipun bad boy, Vino memberikan sinarnya dengan tulus laksanan matahari yang tak mengharapkan balasan. Meet Me After Sunset memberikan filosofi yang membuat penonton remaja nantinya mendapatkan contoh mengenai pertemanan.

“Bagaimana mencintai yang sebenarnya tidak bertanya apa yang bisa seseorang berika,  tetapi apa yang bisa diberikan untuk membuat lebih baik,” kata Daniel.  

Para pendukung Meet Me After Sunset garapan MNC Pictures yang mulai syuting Desember 2016 (dokpri)

Film Meet Me After Sunset nantinya dikemas tidak sekedar sebagai film remaja yang senang-senang dengan cinta pertama,  lalu lupa sekolah. Selain unsur ketimuran, unsur keluarga dan menjunjung tinggi kebersamaan juga ditingkatkan.

Karena itu dalam film ini, selalu dihadirkan keluarga. Bagas tinggal dengan neneknya. Vino dengan kedua orang tuanya. Gadis dengan ayahnya pak Sastra, yang merupakan seorang guru di sekolah para anak SMA ini.    


Iszur Muhtar berperan sebagai ayah Gadis (dokpri)
Marini Sardi sebagai Nenek Bagas (dokpri)
Buat Agatha Chelsea, jebolan ajang Idola Cilik yang bulan lalu merilis film pertamanya berjudul Ada Cinta Di SMA , inilah pengalamannya berakting dengan Maxime Bouttierdan Billy Davidson. Hal baru bagi cewek berusia 14 tahun yang lebih banyak bernyanyi atau di film musikal.   

Bagi Maxime Andre Salam Bouttier , aktor  kelahiran Perancis yang pernah bermain di film Beauty and The Beast, berperan sebagai Vino di Meet After Sunset membuatnya harus menyelami karakter sebagai bad boy. Meski demikian, aktor berusia 23 tahun itu sangat mengagumi kisah konflik yang terjalin.     

Billy Davidson sebagai Bagas  (dokpri)
Agatha Christie, jebolan idol yang merambah dunia akting (dokpri)
Satu hal yang pasti, menurut Wakil Direktur MNC Pictures Titan Hermawan, film Meet Me After Sunset akan menjadi fim Baper (bawa perasaan).  Pilihan cinta klasik antara Bad Boy dan Nice Guy yang menggalaukan.  

Hal itu masih ditambah dengan adanya peran Dadang (Yudha Keling), yang  akan mencairkan suasana konflik remaja sekolahan dengan humor. Namun, seperti apa persisnya Meet After Sunset dan keseuainnya dengan yang disamapikan, tunggu saja pada tahun 2017.   
Meet Me After Sunset (dokpri)


Detail Film Meet Me After Sunset

Produksi                       : MNC Pictures
Executive Producer      : Affandi Abdul Rachman
Producer                       : Edward Chandra
Creative Producer        : Lukman Sardi
Line Producer               : Miftha Syahrian Yahya
Sutradara                      : Daniel Rifki

Pemain  
Agatha Chelsea  (Gadis), Billy Davidson  (Bagas), Maxime Bouttier (Vino), Iszur Muchtar (pak Sastra), Feby Febiola  (mama Vino), Gunawan  (papa Vino), Yudha Keling  (Dadang)
Margin Winaya (Icha)

Komentar

  1. wah tulisan yang menarik.
    sayang film Indonesia buat remaja tema yang udah diproduksi belum banyak.
    hehehe, maaf mbak suka ragu saya lihat kualitas film bikinan mnc. Saya kangen tema petualangan dan misteri (bukan cerita hantu) hahaha.
    oh iya mbak kalau lagi cari tips fotografi mampir juga dong ke blog saya di
    gariswarnafoto[dot]com
    yuk mari, makasih buat artiklenya

    BalasHapus
  2. Mana foto selfienya sama artis kakak ahahaha. Film remaja nih..kita?termasuk ga ya ^-^

    BalasHapus
  3. Agatha chelsea atau agatha christie ya, kok di caption salah satu fotonya namanya agatha christie...

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung dan memberikan komentar positif demi kemajuan dan kenyamanan pembaca.

Postingan populer dari blog ini

Minggu Pagi di Aksi #TolakPenyalahgunaanObat Car Free Day

MATA saya menatap kemasan kotak bertuliskan Dextromethorphan yang ada di meja BPOM. Di atas meja itu terdapat sejumlah obat-obatan lain bertuliskan warning, yang berarti peringatan. Ingin tahu saya memegangnya. Membaca kotak luar kemasan obat itu.  “Ini obat apa?” tanya saya. Adi, petugas BPOM itu memperlihatkan isi kotak kemasan. Menurutnya, obat Dextromethorpan sudah ditarik dari pasaran. Sudah tidak digunakan lagi karena dapat disalahgunakan oleh pemakainya. Dextromethorpan yang di kotak kemasannya tertera generik dan terdiri dari 10 blister ini masuk dalam kategori daftar G. Banyak yang menyalahgunakannya untuk mendapatkan efek melayang (fly). Fly? Pikiran saya langsung teringat kepada peristiwa penyalahgunaan obat yang menghebohkan negeri ini satu bulan lalu di Kendari, Sulawesi Tenggara. Korbannya yang anak-anak masih pelajar dan mahasiswa ini. Pertengahan September 2017, semua terkaget-kaget dengan kabar yang langsung menjadi topik pembicaraan

PopBox, Solusi Anti Repot Untuk Kirim, Titip, dan Ambil Barang via Loker

Pernah lihat lemari loker seperti ini? Smart locker yang disebut PopBox saat ini berjumlah 300 buah, yang tersebar di pusat perbelanjaan, apartemen, spbu, dan perkantoran, fungsinya untuk kirim, titip, dan ambil barang (dok.windhu) Waktu mulai merambat sore. Sudah memasuki pukul 17.00.   Saya memandang ke bawah dari balik kaca di lantai 11 Ciputra World, Lotte Avenue, Jl. Dr Satrio, Jakarta Selatan. Jalan terlihat dipadati mobil dan motor yang bergerak sangat lambat, termasuk di jalan layang. Cuaca pun berubah gelap   pertanda sebentar lagi hujan.     “Dilihat dari atas, mobil-mobil banyak ini seperti mainan, ya?” kata Sasi, salah seorang pengusaha batik muda asal Semarang, Jawa Tengah, yang ikut berpameran di ajang pertemuan perempuan yang diselenggarakan selama dua hari, yang saya ikuti. PopBox yang ada di pusat perbelanjaan Lotte Shopping Avenue (dok.windhu) Saya tersenyum. Kelihatannya begitu kalau dilihat. Mobil jelas terlihat kecil dan menari

Go-Box, Solusi Pindahan Nggak Pakai Repot

Go-Box, jasa pindahan rumah yang memudahkan (dok.www.go-jek.com) SENYUM mengembang dari wajah Ani, saat sudah pasti akan segera pindah rumah. Maklum, menjadi kontraktor alias orang yang mengontrak selama ini cukup melelahkan. Mimpi tinggal secara tenang di rumah milik sendiri menjadi kenyataan. Di rumah baru, segala sesuatunya pasti lebih tenang. Apalagi setelah menikah 5 tahun. Memang, bukanlah rumah besar. Punya dua kamar tidur, dengan ruang tamu, ruang makan, dapur, dan kamar mandi. Sedikit halaman kecil buat menanam tumbuhan ataupun bunga. Sudah pasti membahagiakan.   Lokasi rumah baru di wilayah Gunung Putri, Bogor. Selama ini, tinggal di Pluit, pada lokasi cukup padat dan nyaris tidak memiliki halaman. Ah, betapa menyenangkan, pikir Ani. Segera, semua barang yang ada di rumah pun dikemas. Packing ini dan itu. Tidak ada yang boleh tertinggal karena sebenarnya tidak banyak juga barang yang dibeli. Pertimbangannya saat itu, khawatir repot jika akan pindahan