Film berjudul Lima, yang
mengangkat mengenai Pancasila di kehidupan masa kini sukses membuat haru dan kagum sejak awal
tayangan. Penggambaran realitas yang diangkat dalam film memperlihatkan, jika pendekatan
solusi menggunakan nilai-nilai dalam pancasila, bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Indonesia yang kaya dengan keberagaman.
Kondisi
adanya keberagaman itu sudah terlihat sejak adegan awal dalam film drama Lima, yang mengisahkan tentang sebuah
keluarga yang di dalamnya memiliki perbedaan agama, namun tetap utuh dalam kerukunan
hidup.
Itulah
yang saya tangkap saat datang Nonton Bareng film Lima bersama member community
ShopBack The Smarter Way di Djakarta Theater XXI, Thamrin, Jakarta Pusat. Tayangan
yang bertepatan hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap 1 Juni.
Film
dibuka dengan adegan seorang ibu bernama Maryam Moehasan (Tri Yudiman), yang
sedang menjalani perawatan di rumah sakit ditemani anak bungsunya Adi. Perempuan yang memiliki jari lentik ini senang
sekali menggunakan kuteks kuku.
Saat
di rumah sakit itu Maryam sempat berpesan jika seandainya meninggal, gigi palsunya jangan dilepas karena orang lain
tidak tahu. Setelah diperbolehkan pulang ke rumah oleh dokter, Maryam sempat
didoakan oleh seorang pendeta kristen.
Dalam
adegan selanjutnya, Maryam memang digambarkan telah meninggal dunia. Ketiga
anak yang mencintainya, Fara (Prisia Nasution), Aryo (Yoga Pratama), dam Adi (Baskara
Mahendra), ada di dekat jenazah ibunya. Termasuk Khadijah alias Bi Ijah (Dewi
Pakis).
Kisah
mengenai adanya keberagaman pun bergulir. Maryam sebelum menikah beragama
Islam, tetapi pernikahan kemudian membuatnya berpindah agama Kristen. Setelah
suaminya meninggal dunia, Maryam kemudian menganut kembali agama asalnya
sebagai umat muslim.
Ketiga
anaknya memilih agama yang berbeda. Fara menganut Islam seperti ibunya,
sedangkan Aryo dan Adi memeluk agama Kristen seperti ayahnya. Tidak ada air mata berlebihan dari ketiganya
atas kematian sang ibu.
Namun
perbedaan agama yang terjadi sempat memunculkan berbagai pedebatan-perdebatan. Mulai
dari mengabari sang tante yang beragama muslim, urusan kuteks, minta doa untuk jenazah,
hingga saat penguburan.
Fara
meminta Adi untuk membersihkan kuku ibunya dari kuteks karena tata cara
pemakaman Islam menuntut segala sesuatunya serba bersih. Adi sempat menolak
untuk melepas gigi palsu ibunya karena ingat pesan saat di rumah sakit.
Kekalutan
kedua terjadi ketika Aryo ingin turun ke liang lahat untuk ikut membawa keranda
dan menguburkan ibunya. Fara mengatakan hal itu tidak bisa karena tidak Aryo
tak seiman dengan ibunya.
Aryo
tidak terima dan mempertanyakan kenapa dirinya haram dan Fara halal padahal
lahir dari rahim yang sama. Apakah karena berbeda agama? Selanjutnya, upacara
pemakaman jenazah Maryam dengan penuh haru.
Saat
di makam, tante beragama muslim menegaskan Aryo tidak bisa turun ke liang
lahat, Fara mengatakan biarlah ketiga
anaknya yang menanggung dosa karena Aryo
ikut menguburkan ibunya.
Semakin
haru karena setelah tata cara pemakaman secara Islam kemudian dilanjutkan
dengan cara pemakaman sesuai dengan agama kristen, agama yang dianut keluarga
suami Maryam.
Sebelum
jenazah Maryam dibawa ke pemakaman, Bi Ijah pembantu rumah tangga keluarga itu
mendatangi sebuah masjid untuk meminta jenazah didoakan. Sayangnya, pengurus
masjid menolak karena Maryam sempat jadi orang kristen. Meskipun Bi Ijah
mengatakan, Maryam sudah memeluk Islam kembali dan sudah menjadi hajah, tetap
tak bisa diterima karena adanya perbedaan mazhab.
Kehidupan
keluarga yang terdiri atas tiga anak yatim dan piatu serta seorang pembantu
rumah tangga itu, tetap berlanjut setelah kepergian sang ibu dan permasalahan
kehidupan yang harus dilalui.
Adi,
yang masih duduk di bangku SMU melihat seorang pencuri sejumlah buku yang
dikejar secara bersama-sama oleh warga. Nasib pencuri itu kemudian berakhir
tragis karena harus menemui ajal karena dikeroyok massa dan dibakar hidup-hidup
secara sadis.
Di
sisi lain, Fara pun tengah mengalami dilema sebagai pelatih renang. Fara
dihadapkan pada pilihan sulit untuk menentukan seorang atlet renang yang layak
untuk mewakili Indonesia di ajang Asian
Games.
Ada
“pesan” untuk memilih Andre yang lebih pribumi meskipun kemampuannya masih di
bawah sedikit daripada Kevin, yang merupakan warga keturunan dan memiliki
catatan waktu renang lebih baik.
Suasana
bersitegang pun muncul saat kakak beradik Fara, Aryo, dan Adi menerima
kedatangan Fajar, seorang notaris yang mengabarkan wasiat warisan orang tua.
Adi merasa tidak terima pembagian warisan dilakukan saat ibunya meninggal belum
lama.
Adi
tak ingin menandatangani surat warisan dan menuduh Aryo memang sedang
membutuhkan uang karena baru saja dipecat dari pekerjaan, setelah ibunya
meninggal.
Di
saat yang sama, Bi Ijah pamit hendak pulang ke kampung. Sebuah adegan film
menggambarkan seorang remaja laki-laki dan adik perempuan kecilnya, berjalan mengendap
untuk mengambil sesuatu tanpa izin di sebuah perusahaan perkebunan.
Remaja
lelaki dan adiknya yang masih di bawah umur secara hukum ini, ditangkap dan
diadili ke meja hijau. Menghadapi tuntutan hukum yang pedas dari jaksa sebagai
seorang pencuri meski dalam jumlah kecil.
Butir-Butir Pancasila
Menonton
adegan demi adegan dalam film Lima yang
disutradarai lima orang dengan lima cerita, penonton seakan larut terbawa dalam
jalinan cerita utuh mengenai pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, yang disajikan secara
apik.
Lima
sutradara masing-masing berperan memegang sebuah cerita berkaitan dangan nilai Pancasila,
yakni Shalahuddin Siregar (sila ke-1), Tika Pramesti (sila ke-2), Lola Amaria
(sila ke-3) Agustriansyah (sila ke-4), dan Adriyanto Dewoini (sila ke-5).
Dalam
Lima, penonton diajak kembali mengingat
butir-butir dalam sila Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup
bangsa, yakni : 1.Ketuhanan yang Maha Esa, 2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, 3.Persatuan
Indonesia,4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan, 5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Masyarakat Indonesia.
Ya,
menyaksikan film Lima yang digarap sejak Oktober 2017 ini semua tergambar jelas
dalam jalinan cerita. Menghargai perbedaan agama dalam satu keluarga saat
pemakaman masuk dalam pengamalan sila ke-1. Mencegah pengeroyokan yang berujung
kematian seorang pencuri masuk dalam pengamalan sila ke-2.
Menghindari
dikriminasi ras yang bisa memecah persatuan saat penentuan atlet renang masuk dalam
pengamalan sila ke-3, Mencapai mufakat melalui musyawarah saat pembahasan
warisan keluarga masuk dalam pengamalan sila ke-4. Memunculkan keadilan bagi
anak remaja bi ijah yang terlibat hukum di pengadilan masuk dalam pengamalan
sila ke-5.
Terus
terang, semula sebelum menonton saya menganggap film mengenai Pancasila akan
biasa-biasa saja atau malah berat untuk dipahami. Namun, ternyata saya justru
larut dan tergugah dalam rangkaian lima cerita yang dihadirkan oleh lima
sutradara. Film Lima bagus banget!
Salut untuk Lola Amaria dan sutradara lainnya yang
berani menghadirkan kisah-kisah sensitif yang sebenarnya memang ada dan terjadi
di masyarakat. Film Lima mampu menjadi pengingat mengenai pancasila di
kehidupan masa kini.
|
Arti Pancasila Untukku
Buatku
nilai-nilai pancasila itu bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Baik
dari tingkatan terkecil dalam rumah bersama keluarga inti, dalam kehidupan
bertetangga, saat bersekolah, dalam dunia kerja, maupun alam dunia usaha.
Pokoknya semua yang ada di lini kehidupan kehidupan masyarakat Indonesia.
Pancasila
yang telah disepakati secara nasional
sebagai dasar negara tanggal 18 Agustus 1945 melalui sidang PPKI (Panitia Persiapan
kemerdekaan Indonesia), menurut saya, memiliki butir-butir yang sangat luar
biasa bermakna sebagai pedoman pengamalan pancasila.
Pancasila
merupakan lima sila yang menjadi Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa. Suatu
bangsa mampu menjadi negara yang kokoh karena punya dasar negara. Suatu bangsa
memiliki pandangan hidup sebagai sebuah tujuan yang jelas.
Namun,
pancasila yang terdiri atas lima sila ini, tidak bisa hanya dihapalkan saja setiap
silanya. Cara seperti ini tidak bisa membuat butir-butir pancasila mudah meresap
masuk, seperti halnya pengamalan pancasila yang digunakan secara langsung dalam
kehidupan sehari-hari.
Perlu
kesadaran dan kemauan dalam
menerapkannya. Itulah yang masih perlu dibangun lagi saat ini, terutama pada
generasi muda setelah reformasi. Saat ini berdasarkan Tap MPR No I/MPR/2003,
jumlah butir pancasila yang merupakan penjabaran lima sila pancasila sebanyak 45
butir
Dalam
hidup keseharian, aku memiliki sahabat yang berbeda agama. Disini, kami yang
berbeda agama harus mengedepankan toleransi beragama dan menjaga kerukunan
dengan agama lain. Aku wajib menerapkan sila pertama pancasila Ketuhanan yang Maha
Esa, yakni menjunjung tinggi agama dan kepercayaannya masing-masing.
Dalam
keseharian, sesuai dengan sila kedua aku memiliki teman dan saudara yang
berbeda latar belakang, maka harus bisa menerima persamaan derajat, persamaan
hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan,
agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
Menempatkan
persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan, merupakan
salah satu butir sila ketiga yang harus dilakukan.
Seringkali
sebagai mahluk hidup, aku memang dihadapkan pada suatu hal-hal yang bisa
menempatkan itu semua demi sebuah keutuhan dan persatuan,minimal dalam lingkup
keluarga, pertemanan, dan kerja.
Mengutamakan
musyawarah dalam mengambil keputusan bersama dengan tidak memaksakan kehendak yang
merupakan salah satu butir sila keempat, harus diterapkan ketika terlibat dalam
suatu perbincangan yang melibatkan banyak orang.
Aku
juga harus bisa menerapkan butir sila kelima yang antara lain, bersikap adil
terhadap sesama, serta menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jadi,
Pancasila dengan butir-butirnya memang sangat bagus diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Ternyata,
pancasila tetap selaras dengan perkembangan zaman yang kekinian. Namun, untuk bisa
bilang saya Indonesia, saya pancasila memang tak bisa sekedar dihapal dan omong
doang. (rwindhu)
Keterangan gambar : 1). 2). 3).
Keterangan gambar : 1). 2). 3).
Huahhhhh ternyata kisahnya begini yaaaa jadi makin pengen nonton, sy liat trailernya aja sih, saya pikir pasti koonspiirasi lagi niih film, tp pas baca blog mbak windhu ternyta pesan-pesan yg disampaikan itu tentang menjaga keberagaman kita di indonesia dengan rukun adil dan damai.
BalasHapusFilm yang sangat inspiratif ya.. bagaimana mengedukasi masyarakat dengan kembali mengamalkan sila pancasila dalam
BalasHapuskehidupan sehari-hari dan melihat perbedaan sebagai suatu keindahan jika dapat disikapi dengan bijak, well note kakak
Aku baru dgr nih film Lima dan blm liat trailernya, pas baca ulasan ini cuss langsung liat trailernya. Film yg wajib ditonton, smga nilai pancasila bisa terserap dgn baik
BalasHapusWah aku penasaran nih sama film ini. Masih tayang di bioskop tidak ya?
BalasHapusPenasaran Pancasila kalau dari sudut pandang pembuat film dijadikan seperti apa hehe.
Aku jadi penasaran Ama film nya nih mbak... Semoga pengamalan sila ke satu yang ditampilkan di film ini tetap berjalan sesuai koridornya ya, maksudku jangan sampai justru 'merusak' akidah masing-masing karena menjunjung tinggi keberagaman itu sendiri...
BalasHapusJadi penasaran sama alur ceritanya kepingin tahu endingny dah gitu pemainny idola semua
BalasHapusBAru tahu ada film yang mengambil tema Pancasila. cocok banget untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. Sepertinya cocok nih diputar disekolah sekolah untuk menanamkan cinta Pancasila
BalasHapusYups, bener banget mbak. Pancasila hendaknya diterapkan bukan hanya dihapal aja
BalasHapusDari kemarin baca review film Lima jadi bikin penasaran dan pengen nonton filmnya nih mba.. :)
BalasHapusSaya sud as h nonton film Lima ini, saya suka. Ada beberapa adegannya yang membuat saya tak mampu menangkis air mata. Layak ditonton film ini, selain sebagai bentuk merayakan hari pancasila, kita juga sudah dukung film Indonesia.
BalasHapusKlo gak salah aku baca tentang film ini di beranda twitter, Alhamdulillah ada film yang inspiratif untuk negeri ini
BalasHapusFilm ini menurut aku sih ngajak mikir dan merenung. Jadi berat. Memang Pancasila bukan cuma dihafal, tapi dijadikan perilaku. Makanya. Berat. 😂😂😂
BalasHapusUdah lihat teasernya dan makin penasaran deh mau nonton film ini. Kayaknya bagus ya, apalagi mengangkat kelima sila Pancasila yang diterapkan dalam kehidupan ... Semoga masih tayang di bioskop nih
BalasHapusBagus kayaknya filmnya. bagus juga ditonton. Apalagi di zaman sekarang yang lagi gonjang-ganjing nilai-nilai Pancasila yang terlupakan. Noted!
BalasHapusmenarik sekali mbak, udah saya agendakan nih buat nonton ini hihi
BalasHapusmakasih buat info2nya ya :)
wah masih tayang g ya film ini.lupa mau nonton
BalasHapusSpoiler banget nih, tapi memang sesuai koq sama kehidupan masyarakat di negara ini yang mulai melupakan Pancasila sebagai ideologi berbangsa dan bernegara..
BalasHapusSempat baca pro & kontranya nih. Yang kabarnya BSF minta Lola menghilangkan adengan tertentu yang justru akan merusak benang merah dari film ini. Alhamdulillah tayang ya.
BalasHapusWHOAAAA! so detail kak review nya.. jd pengen nonton lima, masih ada ga sih di bioskop?
BalasHapusKeberagaman, justru akan lebih mewarnai kehidupan ya, seperti keluarga bu Maryam ini. Ahh penasaran sama konflik cerita di pelemnya..
BalasHapusDih ternyata keran banget ya film Lima, aku belum nonton. Penasaran bagaimana 5 sutradara merepresentasikan nilai-nilai Pancasila dalam tiap adegan film yang mereka buat.
BalasHapusFilm kayak gini yang harus diperbanyak
BalasHapusAku belum sempet nonton film ini, jadi pengen nonton deh, masih tayang ga yah?
BalasHapusDari kemarin masih maju mundur mau nonton film ini karena kuatir terlalu berbau politis. Tetapi ternyata dari trailer dan tulisan ini aku jadi tertarik mau nonton. Kira-kira masih tayang di bioskop nggak ya?
BalasHapusHarus ditonton nih film seperti ini. Biar makin paham ya
BalasHapus
BalasHapusHmmm dari resensi film di atas tampaknya ini film yg bagus dan kaya akan nilai. Sayang belum sempet nonton euy. Apalagi ada setting dunia renang ya? Waaah itu masa lalu gue banget. 😀
Tulisannya keren, sangat pantas jadi juara
BalasHapusYang pasti, Pancasila adalah dasar dan ideologi bangsa Indonesia yang memiliki makna mendalam dalam menjaga persatuan bangsa.
BalasHapusfilm ini wajib ditonton mulai dari anak remaja biar mereka juga memaknai nilai luhur Pancasila yang sudah mulai pudar di masyarakat
BalasHapusadik2ku yg masih sekolah penting nih nonton film LIMA eh tetap kudu didampingin ya mbak
BalasHapuswahh jadi makin penasaran dengan film Lima ini. Sayang saya tinggal di kota kecil yang gak punya bioskop.
BalasHapusnunggu filmnya resmi keluar di TV aja deh jadinya..
Filmnya menginspirasi ya mbak..bahwa keyakinan itu tidak untuk memecah belah persatuan baik di keluarga dan bermasyarakat.
BalasHapus