Langsung ke konten utama

Kembangkan Bisnis Rumahan Melalui Media Sosial


BISNIS rumahan alias melakukan bisnis dari rumah, masih menjanjikan peluang untuk memiliki penghasilan yang terus mengalir. Sebuah langkah yang cocok bagi kaum muda, terutama bagi perempuan yang ingin agar keluarga masih dapat terurus dengan baik namun tetap memiliki penghasilan.

Salah satu contohnya adalah usaha brownies panggang asal Bandung dengan label Dapur Gladies, yang semakin lama-semakin banyak peminatnya. Jumlahnya hingga ratusan orang pemesan, setiap kali order pesanan dibuka. Tak pelak harus diberi nomor urut pembelian. Pembelinya pun tak hanya di Jawa Barat dan Jakarta, brownies ini sudah dijual di sejumlah kota lainnya. Pada tahun 2016, brownies asal Bandung ini akan membuka cabang di Jakarta.

Tak herna, puluhan orang tampak antusias memenuhi ruangan yang terletak di Lantai 22, Menara BCA,  Jl.  M.H Thamrin No. 3, Jakarta, Sabtu (30/7). Kehadiran Poetry Gladis, perempuan muda yang sukses memulai bisnisnya dari rumah, dengan membuat brownies bermerek Dapur Gladies, ditunggu peserta yang tak hanya anak muda saja. Namun, niatnya tetap sama, ingin mencari tahu mengenai Inovasi Bisnis Rumahan,yang kegiatannya diselenggarakan Akber Jakarta.
  
Gladies (26) mengisahkan awal bisnis penjualan browniesnya yang dimulai dari kesukaanya pada hal yang terkait dengan dapur, seperti membuat kue. Lantaran itulah, kemudian merek browniesnya diberi nama Dapur Gladies. Memulai  dari hal yang menjadi passion atau sangat disukai, menjadi kuncinya. 

Gladies ingin memiliki bisnis dari rumah. Perempuan ini berpikir jauh, saat menikah dan memiliki keluarga, masih dapat mengurus keluarga sendiri, namun tetap punya penghasilan. Pilihan yang sempat diragukan oleh sang ibu, yang menyuruhnya bekerja saja di sebuah kantor. Gladies memilih yang berbeda. Ingin mencoba berusaha sendiri.

Gladies pun sering menulis resep dan tips memasak di blognya. Dari blog itulah, salah seorang pembacanya meminta dibuatkan kue. Gladies pun akhirnya memenuhi permintaan itu dengan oven seadanya. Kemudian akhirnya satu persatu pesanan pun mulai berdatangan.Pada bulan ketiga, Gladies sudah bisa mengganti oven baru.

Keseriusan Gladies untuk memulai usaha, akhirnya mendapatkan kepercayaan ibunya, yang kemudian mendukungnya penuh. Meski demikian, perempuan ini sempat merasakan harus bolak-balik ke toko bahan kue karena pesanan yang sedikit atau ada bahan yang kurang. Percobaan membuat kue berulang-ulang pun harus dilalui.  

Seiring dengan waktu, seiring semakin banyak kebutuhan bahan kue, lama-kelamaan Gladies bisa mengetahui jalur orang pertama. Akhirnya, untuk memenuhi bahan kue, dia bisa mendapatkannya dari supplier, dengan kemudahan diantar ke rumah.

Semua yang dilakukan Gladies berawal dari dapur rumah.Termasuk merelakan garasi rumah untuk digunakan untuk meletakkan oven pemanggang kue karena dapur rumah tidak cukup luas. Modal awalnya pun hanya Rp.300.000. Untungnya, beberapa peralatan masak sudah dimiliki karena Gladies berlatar belakang pendidikan Pastry dari STP Bandung.

Media Sosial Untuk Perkenalkan Produk
UNTUK memperkenalkan produk browniesnya, Gladies total memanfaatkan media sosial yang ada, khususnya twitter @DapoerGladies dan Instagram @dapurgladies. Alasannya mudah saja karena dengan media sosial, dapat menjangkau lebih banyak orang di berbagai lokasi.

Twitter digunakannya sebagai sarana sharing, edukasi, dan informasi mengenai brownis hingga cara menikmati brownies. Melalui instagram, ragam varian brownies yang dihasilkan bisa ditampilkan. Pemasarannya juga banyak dari mulut ke mulut.

Saat sempat bekerja di sebuah jaringan televisi swasta dan radio di Bandung, Gladies seringkali mulai membuat kue dan mengirimkannya kepada sejumlah artis sebagai sarana memperkenalkan produk. Sehingga, terbentuklah jaringan dan  image kalau ada Gladies pasti ada kue.

Selain itu, Gladies  juga mengirimkannya kepada orang-orang yang memiliki banyak follower di twitter dan instagram. Juga lebih memilih untuk bersahabat dengan para buzzer ataupun food blogger dengan cara membagikan browniesnya untuk dicicipi, ketimbang beriklan. Kemudian dari foto brownies yang diunggah di media sosial inilah, Gladies pun memperoleh promosi gratis. Usaha brownies Gladies perlahan mulai dikenal. 
Gladies mengakui memang perlu adanya biaya promosi untuk mengembangkan usaha. Namun, hal itu akan terbayar tatkala semakin banyaknya jumlah pemesan dan semakin dikenal brownis miliknya. Inilah cara yang paling murah dan tepat untuk promosi bisnis rumahan.
Rekomendasi yang muncul dari media sosial sangat membantu. Dari situlah, pesanan-pesanan mulai datang, setelah dipromosikan. Jumlah follower twitter yang semula sedikit hanya seratus kini telah berkembang menjadi 28.000.  
Gladies pun lebih suka cara pertemanan. Saat memerlukan foto yang bagus untuk produknya namun sadar akan memerlukan biaya tidak sedikit, melalui pertemanan dengan seorang fotografer, Gladies bisa memperoleh foto-foto yang bagus dengan bayaran brownies Gladies.

Meski demikian, Gladies sempat kewalahan juga karena media sosial tidak mengenal waktu. Selama 24 jam, bisa saja ada pesan yang masuk. Untuk menyiasati pesanan yang terus bertambah, Gladies akhirnya memberlakukan sistem order pemesanan kue dengan sistem nomor urut. Pembeli dengan nomor urut awal akan lebih dulu dilayani.  
Selama beberapa jam yang ditentukan, misalnya dari pukul 9.00-12.000, Gladies membuka pemesanan melalui twitter. Dengan sistem order pesanan yang mengharuskan para calon pembeli membayar dulu pesanannya, Gladies merasa diuntungkan. Kenapa? Tentu saja karena pembelilah yang memodali lebih dulu brownies yang akan dibuat.

Saat ini, Gladies sudah memiliki beberapa orang karyawan. Salah satu tugasnya adalah menghubungi kembali para pemesan brownies via twitter untuk memperjelas brownies yang dipesan, informasi pengiriman, dan alamat pengiriman. Gladies berfokus kepada brownies karena lebih awet dan lebih mudah dimodifikasi.

Untuk pemesanan, Gladies membatasi dari Senin hingga Jumat. Meski Sabtu buka, karyawan hanya akan mencatat pesanan yang akan dialihkan untuk hari Senin. Menurutnya, akhir pekan harus menjadi hari keluarga. Hingga kini, media sosial masih dikendalikan langsung oleh Gladies.

Saat ini, hanya Gladies dan ibunya memegang resep brownies Gladies. Selebihnya karyawannya yang  menyelesaikan adonan, memanggang, dan menjualnya.
Sebagai pebisnis baru, perempuan ini mengakui sempat merasa takut resepnya dicuri. 

Namun, akhirnya sadar kalau harus ada yang mengetahui resep brownies Gladies selain dirinya agar bisnis tetap dapat berjalan, misalnya ketika terjadi sesuatu, seperti sakit.  Selain itu, yang namanya makanan, bilapun ditiru tetap hasil dan rasanya akan berbeda. Link pemasarannya pun berbeda.  

Karenanya, untuk menjaga mutu, lanjut Gladies, browniesnya hanya dibuat sesuai dengan pesanan. Tidak memiliki reseller dan belum membuka toko. Semuanya masih dibuat di rumah dan tidak pernah ready stock. Brownies buatannya akan dibuat dan dikirim pada hari yang sama.

Meski demikian, Gladies pun juga menerima komplain pelanggan. Salah satunya adalah pemesan yang merasa browniesnya mengecil saat dibawa dalam kendaraan. Gladies pun harus menjelaskan karena hal itu terkait dengan suhu yang memberi pengaruh pada cokelat dan bahan brownies.

Ada juga seorang pembeli yang pernah menyampaikan jika brownies Dapur Gladies tidak seenak brownies yang sering dimakannya. Pembeli ini mengatakan akan membuat video yang membandingkan brownies Gladies dengan brownies yang disukainya. Gladies menerimanya sebagai masukan. Namun, lama berlalu, unggahan video dari seorang pembeli yang ternyata masih muda itu, tidak pernah ada.

Semua itu adalah bagian dari memperkenalkan dan mengembangkan suatu bisnis rumahan. Intinya, tetap dengan diawali dengan yang menjadi passion, berani memulai,dan menggunakan apa yang ada di sekitar kita, serta memanfaatkan sarana media sosial untuk berpromosi, yakni twiter dan instagram.    


Komentar

  1. Industri dr rmh memang paling pas buat ibu rmh tangga apalagi skrng bisa dijual via online jd lebih mudah.

    BalasHapus
  2. Udah bulukan pengen bisnis. Tapi mbuh. Ngga jadi jadi... wkwk

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung dan memberikan komentar positif demi kemajuan dan kenyamanan pembaca.

Postingan populer dari blog ini

Minggu Pagi di Aksi #TolakPenyalahgunaanObat Car Free Day

MATA saya menatap kemasan kotak bertuliskan Dextromethorphan yang ada di meja BPOM. Di atas meja itu terdapat sejumlah obat-obatan lain bertuliskan warning, yang berarti peringatan. Ingin tahu saya memegangnya. Membaca kotak luar kemasan obat itu.  “Ini obat apa?” tanya saya. Adi, petugas BPOM itu memperlihatkan isi kotak kemasan. Menurutnya, obat Dextromethorpan sudah ditarik dari pasaran. Sudah tidak digunakan lagi karena dapat disalahgunakan oleh pemakainya. Dextromethorpan yang di kotak kemasannya tertera generik dan terdiri dari 10 blister ini masuk dalam kategori daftar G. Banyak yang menyalahgunakannya untuk mendapatkan efek melayang (fly). Fly? Pikiran saya langsung teringat kepada peristiwa penyalahgunaan obat yang menghebohkan negeri ini satu bulan lalu di Kendari, Sulawesi Tenggara. Korbannya yang anak-anak masih pelajar dan mahasiswa ini. Pertengahan September 2017, semua terkaget-kaget dengan kabar yang langsung menjadi topik pembicaraan

PopBox, Solusi Anti Repot Untuk Kirim, Titip, dan Ambil Barang via Loker

Pernah lihat lemari loker seperti ini? Smart locker yang disebut PopBox saat ini berjumlah 300 buah, yang tersebar di pusat perbelanjaan, apartemen, spbu, dan perkantoran, fungsinya untuk kirim, titip, dan ambil barang (dok.windhu) Waktu mulai merambat sore. Sudah memasuki pukul 17.00.   Saya memandang ke bawah dari balik kaca di lantai 11 Ciputra World, Lotte Avenue, Jl. Dr Satrio, Jakarta Selatan. Jalan terlihat dipadati mobil dan motor yang bergerak sangat lambat, termasuk di jalan layang. Cuaca pun berubah gelap   pertanda sebentar lagi hujan.     “Dilihat dari atas, mobil-mobil banyak ini seperti mainan, ya?” kata Sasi, salah seorang pengusaha batik muda asal Semarang, Jawa Tengah, yang ikut berpameran di ajang pertemuan perempuan yang diselenggarakan selama dua hari, yang saya ikuti. PopBox yang ada di pusat perbelanjaan Lotte Shopping Avenue (dok.windhu) Saya tersenyum. Kelihatannya begitu kalau dilihat. Mobil jelas terlihat kecil dan menari

Go-Box, Solusi Pindahan Nggak Pakai Repot

Go-Box, jasa pindahan rumah yang memudahkan (dok.www.go-jek.com) SENYUM mengembang dari wajah Ani, saat sudah pasti akan segera pindah rumah. Maklum, menjadi kontraktor alias orang yang mengontrak selama ini cukup melelahkan. Mimpi tinggal secara tenang di rumah milik sendiri menjadi kenyataan. Di rumah baru, segala sesuatunya pasti lebih tenang. Apalagi setelah menikah 5 tahun. Memang, bukanlah rumah besar. Punya dua kamar tidur, dengan ruang tamu, ruang makan, dapur, dan kamar mandi. Sedikit halaman kecil buat menanam tumbuhan ataupun bunga. Sudah pasti membahagiakan.   Lokasi rumah baru di wilayah Gunung Putri, Bogor. Selama ini, tinggal di Pluit, pada lokasi cukup padat dan nyaris tidak memiliki halaman. Ah, betapa menyenangkan, pikir Ani. Segera, semua barang yang ada di rumah pun dikemas. Packing ini dan itu. Tidak ada yang boleh tertinggal karena sebenarnya tidak banyak juga barang yang dibeli. Pertimbangannya saat itu, khawatir repot jika akan pindahan