Langsung ke konten utama

Yuk Cegah, Obati, dan Lawan Diabetes Dengan CERDIK Sekarang Juga !

Cegah, Obati, dan Lawan Diabetes harus Disikapi dengan CERDIK (www.beatdiabetes)

KABAR duka itu datang melalui smartphone. Ayah teman saya Iin, diberitakan meninggal dunia setelah satu malam menjalani rawat inap di rumah sakit. Nyawanya tidak tertolong tepat satu hari setelah hari raya Qurban 2014.  Penyebabnya dinyatakan karena penyakit gula alias diabetes yang diidapnya.

Mbak Ririn, salah seorang tetangga yang selama beberapa hari sakit, pada dini hari secara tiba-tiba akhirnya dibawa ke rumah sakit. Namun, ternyata mbak cantik yang berprofesi sebagai guru ini pun tidak berhasil diselamatkan karena sudah terlambat penanganan. Menurut informasi, meninggal karena penyakit gula.  Sebelumnya beberapa tetangga sudah curiga melihat  kondisi mbak Ririn tetapi kakaknya tidak segera membawa ke rumah sakit.

Dua tetangga saya yang lain, yakni Ibu Sani dan Ibu Yani selama bertahun-tahun  juga mengidap gula sebelum ajal menjemputnya. Ibu Sani pada kakinya terlihat menghitam dan telinganya mengalami gangguan pendengaran. Sementara ibu Yani penglihatannya berkurang perlahan dan kemudian mengalami kebutaan.

Saya pun ingat pak Wawan, salah seorang mitra kerja di wilayah Tomang yang sempat saya jenguk saat dirawat di sebuah rumah sakit. Kala itu, istrinya bercerita, sebelum masuk rumah sakit , badan suaminya membesar nyaris dua kali lipat. Sebelumnya, memang sudah didiagnosa Diabetes.

Namun, terkadang saat pak Wawan merasa tubuhnya lemas, menurut istrinya, justru membuat dan meminum air teh manis  beberapa gelas. Saat saya datang menjenguk, saya melihat  telapak kakinya banyak terdapat luka-luka lebar yang berwarna merah dan basah.

Beberapa waktu lalu, ibu saya yang baru pulang  mengunjungi kerabat  di Ciracas bercerita dan mengungkapkan keheranannya. Anak seorang tetangga kerabat saya ini baru berusia 4 tahun namun mengidap penyakit gula dan harus disuntik terlebih dulu sebelum makan.  Kok bisa, ya? Kata i bu saat itu.

Ketika saya diantar oleh Budi, seorang tukang ojek yang biasa menjadi langganan, saya cukup kaget  saat bilang kadar gula darahnya mencapai  500.  Selama beberapa minggu Budi memang tidak kelihatan karena sakit. Lelaki ini mengaku memiliki luka di kakinya yang sangat membuatnya khawatir. Alasannya, tentu saja takut diamputasi karena diabetes. “Saya takut jari kaki saya dipotong,” keluhnya.

Tren Diabetes yang Semakin Meningkat
Penyakit  diabetes, yang lebih sering disebut  sebagai sakit gula di masyarakat seakan sangat top.  Pengidapnya saat ini seakan mudah ditemukan. Seakan dapat diketahui  hanya dalam lewat obrolan karena beberapa tetangga saya banyak yang mengidapnya.

Berdasarkan data  International  Diabetes Federation (IDF)  tahun 2015, disebutkan,
sebanyak  415 juta orang dewasa dengan diabetes di dunia. Mengalami kenaikan 4 kali lipat dari 108 juta di 1980-an. Pada tahun 2040 diperkirakan jumlahnya akan menjadi 642 juta. Pada tahun 2015, persentase orang dewasa dengan diabetes adalah 8,5%  (1 diantara 11 orang dewasa menyandang Diabetes).

Kondisi tidak berbeda dengan angka pengidap diabetes di Asia Tenggara. Diabetes terjadi 10 tahun lebih cepat di wilayah regional Asia Tenggara daripada orang-orang dari wilayah Eropa. Penyakit ini terjadi  pada masa usia paling produktif.
Lebih dari 60% laki-laki dan 40% perempuan dengan diabetes meninggal sebelum berusia 70 tahun di wilayah regional Asia Tenggara. Prevalensi diabetes di antara orang dewasa di wilayah regional Asia Tenggara meningkat dari 4,1% di tahun 1980an menjadi 8,6% di tahun 2014.

Fakta Diabetes yang menunjukkan jumlah tinggi (www.beatdiabet.id)

Begitupun di Indonesia, ternyata  jumlah pengidapnya pun banyak. Masih menurut data IDF Atlas 2015, Indonesia  pada tahun 2015 menempati peringkat ke tujuh dunia di dunia untuk prevalensi penderita diabetes tertinggi di dunia bersama dengan China, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko dengan jumlah estimasi orang dengan diabetes sebesar 10 juta orang.

Data Sample Registration Survey (SRS) 2014 menyebutkan, diabetes dengan komplikasi (6,7%) merupakan Penyebab Kematian tertinggi ketiga di Indonesia setelah stroke (21,1%) dan penyakit jantung koroner (12,9%).

 Persentase Kematian akibat diabetes di Indonesia merupakan yang tertinggi kedua setelah Srilanka. Prevalensi orang dengan diabetes di Indonesia menunjukkan kecenderungan meningkat yaitu dari 5,7% (2007) menjadi 6,9% (2013).

Duh, pantas saja pengidap diabetes seakan ada dimana-mana. Data yang dikemukakan disini begitu mengagetkan. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2014, sebanyak 1 dari 10 penduduk usia 18 tahun ke atas menderita diabetes tipe A. 

Tidak berlebihan juga bila diabetes menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Penyakit tidak menular ini dapat mengakibatkan menurunkan produktivitas, mengakibatkan disabilitas (cacat) dan kematian.
Diabet menyebabkan kematian di Indonesia (www.beatdiabetes.id)

 
Diabetes, Dari Komplikasi Hingga Biaya Tinggi

Apa sih sebenarnya diabetes?  Kenapa banyak orang yang mengidapnya? Iklan terkait diabetes, salah satunya gula diabetes banyak beredar di televisi. Bahkan dalam acara hari kesehatan dunia yang bertepatan dengan tanggal berdirinya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tanggal 7 April 2016 lalu mengambil tema global Diabetes, dengan sub tema Diabetes Superhero. Secara nasional, mengambil tema Cegah, Obati, dan Lawan.

Diiabetes adalah suatu kondisi kadar gula (glukosa) dalam darah tinggi. Tubuh memproduksi insulin, suatu hormon yang  dikeluarkan oleh pankreas, untuk memecah gula yang dikonsumsi dalam makanan.

Penurunan produksi dan / atau pemanfaatan insulin menyebabkan diabetes. Jika tidak diobati atau tidak terkontrol, diabetes dapat menyebabkan masalah serius, seperti penyakit jantung, stroke, kebutaan, gagal ginjal, antara lain. Beberapa di antaranya mungkin mengancam nyawa.

Menteri Kesehatan RI Prof. Dr. Dr Nila Farid Moeloek Sp M (K) pada hari kesehatan di dunia tahun 2016 tanggal 7 April lalu, seperti dikutip dari laman www.depkes.go.id mengatakan, Diabetes dan komplikasinya membawa kerugian ekonomi yang besar bagi penyandang Diabetes, keluarga mereka, dan Negara.

Data World Economic Forum April 2015, potensi kerugian akibat Penyakit Tidak Menular  di Indonesia pada periode 2012-2030 mencapai 4,47 triliun dolar, atau 5,1 kali PDB 2012. Besarnya pembiayaan kesehatan akibat Diabetes tampak dari klaim BPJS sampai tahun 2015. Ternyata  Diabetes dan komplikasinya merupakan  salah satu kelompok klaim  terbesar untuk biaya catastrophic JKN, yaitu 33 % dari total pengeluaran.

Fakta persentase kematian akibat diabet (www.beatdiabet.id)


Diabetes Dapat Dicegah, Diobati, dan Dilawan

Dalam acara  jumpa Blogger Sun Life di Venue Cafe XXI Plaza Indonesia, yang digelar  oleh Sun Life bekerjasama dengan Kementrian Kesehatan RI pada tanggal 1 Oktober 2016, dr. Lily S Sulistyowati, MM Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan mengatakan diabetes dapat dicegah atau kejadiannya dapat ditunda.

Dalam acara yang  bertema Cegah Obati dan Lawan Diabetes itu disampaikan, melalui pengobatan yang optimum  diabetes dapat dikontrol dan orang dengan diabetes dapat berumur panjang dan hidup sehat.

Saat ini telah dibentuk 13.500 pos pembinaan terpadu (posbindu) untuk mempermudah masyarakat melakukan deteksi dini diabetes. Pihak Kemenkes pun mengimbau masyarakat untuk melakukan aksi CERDIK, yaitu dengan melakukan :
Cek kesehatan secara teratur untuk megendalikan  berat badan agar tetap ideal dan tidak berisiko mudah sakit, periksa tensi darah, gula darah, dan kolesterol secara teratur.
Enyahkan asap rokok dan jangan merokok.
Rajin melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, seperti berolah raga, berjalan kaki, membersihkan rumah. Upayakan dilakukan dengan baik, benar, teratur dan terukur.
Diet yang seimbang dengan mengkonsumsi makanan sehat dan gizi seimbang, konsumsi buah sayur minimal 5 porsi per hari, sedapat mungkin menekan konsumsi gula hingga maksimal 4 sendok makan atau 50 gram per hari, hindari makanan/minuman yang manis atau yang  berkarbonasi
Istirahat yang cukup.
Kelola stress dengan baik dan benar.

Pilih Air Putih dan Jalan Kaki
Saat berlangsung tanya jawab mengenai penyakit diabetes, seorang peserta perempuan terisak-isak saat bercerita mengenai ibunya yan g terpaksa harus menjalani cuci darah secara rutin akibat diabetes. Dia menanyakan, bisakah diabetes disembuhkan?

Ahli penyakit diabetes Prof. Sidartawan Soegondo, MD, SpPD, SpKEMD, FACE (Fellow of the American Academy of Family Physicians) secara tegas mengatakan,  penyakit Diabetes tidak dapat disembuhkan.  Tindakan yang bisa dilakkan hanyalah mencegah, terutama bagi yang memiliki faktor risiko riwayat keluarga diabetes, usia, ras, kegemukan, diet yang tidak sehat, memiliki tekanan darah tinggi.

Diakuinya, saat  ini  penduduk Indonesia yang mengidap diabetes, sebanyak 2/3 tidak menyadari dan tidak tahu telah terkena diabetes. Penyakit Diabetes terdiri atas dua tipe, yakni :
- Diabetes Tipe 1 tubuh benar-benar berhenti memproduksi insulin karena perusakan sel pankreas yang memproduksi insulin oleh sistem kekebalan tubuh.
- Diabetes Tipe 2, merupakan diabetes yang ada diabetes tipe 2, pankreas menghasilkan jumlah yang tidak memadai insulin, atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin yang tersedia dengan benar. Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada orang dewasa, dan lebih sering terjadi pada orang yang kelebihan berat badan atau obesitas. Nah, diabetes tipe 2 ini yang dapat dicegah.

Untuk mengetahu indikasi diabetes, kata Prof Sidartawan, dapat diketahui dari tes yang dilakukan.  Gula Darah Sewaktu (GDS) merupakan tes darah yang dapat dilakukan setiap saat sepanjang hari untuk memeriksa tingkat gula darah pada titik waktu saat itu. Jika nilai GDS adalah ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol / L) darah, ini mengindikasikan bahwa orang tersebut memiliki diabetes.

Sedangkan untuk Gula Darah Puasa (GDP)  adalah tes yang  menguji jumlah gula dalam aliran darah setelah seseorang tidak makan selama 8-10 jam (semalam puasa). Biasanya dilakukan pertama kali di pagi hari sebelum sarapan. Nilai GDP ≥ 126 mg / dL (≥ 7.0 mmol / L) mengindikasikan bahwa orang tersebut memiliki diabetes.

Dalam kesempatan itu, Prof Sidartawan mengatakan, selain menjaga pola makan agar berat tubuh ideal,  sudah saatnya aktivitas fisik lebih banyak dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. Melakukan jalan kaki atau naik tangga merupakan langkah sederhana. Begitupun halnya dengan minuman, sebaiknya tidak sering memilih yang manis.”Tidak minum teh manis pun tidak apa-apa. Pilih air putih saja biar sehat,” katanya.

Ya, menjadi sehat. Bebas dari penyakit tidak menular seperti Diabetes tentu sangat menyenangkan. Dengan tubuh yang sehat, pastinya lebih produktif dan lebih banyak yang dikerjakan. Aksi CERDIK  harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Diabetes bisa dicegah, diobati, dan dilawan !


Artikel ini diikutsertakan dalam lomba Penulisan Blogger Hari Kesehatan Sedunia 2016 : Cegah, Obati, Lawan Diabetes



Komentar

  1. Pola makan emang harus dijaga banget agar tdk terkena diabetes, apalagi kalau orangtua sudah punya diabet... Aksi CERDIK ini harus lbh banyak disosialisasikan ke lapiran masyarakan agar mereka lbh mengerti mba :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung dan memberikan komentar positif demi kemajuan dan kenyamanan pembaca.

Postingan populer dari blog ini

Minggu Pagi di Aksi #TolakPenyalahgunaanObat Car Free Day

MATA saya menatap kemasan kotak bertuliskan Dextromethorphan yang ada di meja BPOM. Di atas meja itu terdapat sejumlah obat-obatan lain bertuliskan warning, yang berarti peringatan. Ingin tahu saya memegangnya. Membaca kotak luar kemasan obat itu.  “Ini obat apa?” tanya saya. Adi, petugas BPOM itu memperlihatkan isi kotak kemasan. Menurutnya, obat Dextromethorpan sudah ditarik dari pasaran. Sudah tidak digunakan lagi karena dapat disalahgunakan oleh pemakainya. Dextromethorpan yang di kotak kemasannya tertera generik dan terdiri dari 10 blister ini masuk dalam kategori daftar G. Banyak yang menyalahgunakannya untuk mendapatkan efek melayang (fly). Fly? Pikiran saya langsung teringat kepada peristiwa penyalahgunaan obat yang menghebohkan negeri ini satu bulan lalu di Kendari, Sulawesi Tenggara. Korbannya yang anak-anak masih pelajar dan mahasiswa ini. Pertengahan September 2017, semua terkaget-kaget dengan kabar yang langsung menjadi topik pembicaraan

PopBox, Solusi Anti Repot Untuk Kirim, Titip, dan Ambil Barang via Loker

Pernah lihat lemari loker seperti ini? Smart locker yang disebut PopBox saat ini berjumlah 300 buah, yang tersebar di pusat perbelanjaan, apartemen, spbu, dan perkantoran, fungsinya untuk kirim, titip, dan ambil barang (dok.windhu) Waktu mulai merambat sore. Sudah memasuki pukul 17.00.   Saya memandang ke bawah dari balik kaca di lantai 11 Ciputra World, Lotte Avenue, Jl. Dr Satrio, Jakarta Selatan. Jalan terlihat dipadati mobil dan motor yang bergerak sangat lambat, termasuk di jalan layang. Cuaca pun berubah gelap   pertanda sebentar lagi hujan.     “Dilihat dari atas, mobil-mobil banyak ini seperti mainan, ya?” kata Sasi, salah seorang pengusaha batik muda asal Semarang, Jawa Tengah, yang ikut berpameran di ajang pertemuan perempuan yang diselenggarakan selama dua hari, yang saya ikuti. PopBox yang ada di pusat perbelanjaan Lotte Shopping Avenue (dok.windhu) Saya tersenyum. Kelihatannya begitu kalau dilihat. Mobil jelas terlihat kecil dan menari

Go-Box, Solusi Pindahan Nggak Pakai Repot

Go-Box, jasa pindahan rumah yang memudahkan (dok.www.go-jek.com) SENYUM mengembang dari wajah Ani, saat sudah pasti akan segera pindah rumah. Maklum, menjadi kontraktor alias orang yang mengontrak selama ini cukup melelahkan. Mimpi tinggal secara tenang di rumah milik sendiri menjadi kenyataan. Di rumah baru, segala sesuatunya pasti lebih tenang. Apalagi setelah menikah 5 tahun. Memang, bukanlah rumah besar. Punya dua kamar tidur, dengan ruang tamu, ruang makan, dapur, dan kamar mandi. Sedikit halaman kecil buat menanam tumbuhan ataupun bunga. Sudah pasti membahagiakan.   Lokasi rumah baru di wilayah Gunung Putri, Bogor. Selama ini, tinggal di Pluit, pada lokasi cukup padat dan nyaris tidak memiliki halaman. Ah, betapa menyenangkan, pikir Ani. Segera, semua barang yang ada di rumah pun dikemas. Packing ini dan itu. Tidak ada yang boleh tertinggal karena sebenarnya tidak banyak juga barang yang dibeli. Pertimbangannya saat itu, khawatir repot jika akan pindahan