Langsung ke konten utama

Liam dan Laila, Kisah Cinta di antara adat dan budaya Minang







Terinspirasi kisah nyata berlikunya jalan untuk bersatu sebagai suami istri dalam pernikahan  dengan mengikuti tata cara adat minang, membuat film ini menarik dan memberikan kesan tersendiri.

pertemuan di rumah gadang berlangsung tegang. Semua yang hadir di lantai beralas tikar terdiam saat Mak Uwo Naizar menyatakan dengan keras penolakannya atas keinginan Liam menikahi Laila.
Alexandre William, seorang lelaki asal Rouen, kota kecil di utara negara Perancis datang untuk melamar Laila, gadis Bukittingi, Sumatera Barat. 

Perempuan tertua dan yang dituakan di rumah gadang, rumah  yang menjadi aset dan kebanggaan orang Minang itu, berkeras hati.  "Tidak mungkin Laila menikah dengan orang yang tidak se-Aqidah," ucap Mak Uwo Naizar  tegas.

Curiga atas niat menikahi orang yang berbeda agama. Orang Minang memang dikenal memegang teguh dan menjunjung tinggi adat yang bersumberkan pada agama, yakni Islam. Norma-norma, martabat, dan asal-usul suatu keturunan juga menjadi hal yang masuk dalam perhitungan.

William atau Liam dianggap tak jelas asal-usulnya. Pemuda yang berasal dari desa kecil di wilayah Perancis ini dikenal Laila selama bertahun-tahun dari media sosial. Laila, perempuan cerdas berpendidikan S2 ini memiliki bisnis toko online. 

Tidak mudah untuk Liam karena untuk mendapatkan Laila, modal surat keterangan dari dinas kependudukan di Perancis yang menyatakan belum menikah, ternyata tidak cukup.
Pemuda Perancis ini juga harus memeluk agama Islam, sesuai dengan syarat. Mengucapkan dua kalimat syahadat dan berkhitan (sunat).  

Buat Laila pun tak mudah, gunjingan dan cibiran dari tetangga terdengar. Laila sudah menginjak usia 31 tahun tetapi belum menikah.Hari demi hari pun berlalu. Liam dan Laila hanya punya waktu 30 hari sesuai batas berlaku visa kunjungan untuk menyatukan cinta dalam pernikahan. 

Banyak hal yang harus dipenuhi mulai dari mengatasi kecurigaan orang atas niat menikah, menjadi pemeluk islam, bersunat, memenuhi syarat menikah dari KUA setempat, dan memperoleh surat keterangan dari Kedutaan Besar (Kedubes). 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Minggu Pagi di Aksi #TolakPenyalahgunaanObat Car Free Day

MATA saya menatap kemasan kotak bertuliskan Dextromethorphan yang ada di meja BPOM. Di atas meja itu terdapat sejumlah obat-obatan lain bertuliskan warning, yang berarti peringatan. Ingin tahu saya memegangnya. Membaca kotak luar kemasan obat itu.  “Ini obat apa?” tanya saya. Adi, petugas BPOM itu memperlihatkan isi kotak kemasan. Menurutnya, obat Dextromethorpan sudah ditarik dari pasaran. Sudah tidak digunakan lagi karena dapat disalahgunakan oleh pemakainya. Dextromethorpan yang di kotak kemasannya tertera generik dan terdiri dari 10 blister ini masuk dalam kategori daftar G. Banyak yang menyalahgunakannya untuk mendapatkan efek melayang (fly). Fly? Pikiran saya langsung teringat kepada peristiwa penyalahgunaan obat yang menghebohkan negeri ini satu bulan lalu di Kendari, Sulawesi Tenggara. Korbannya yang anak-anak masih pelajar dan mahasiswa ini. Pertengahan September 2017, semua terkaget-kaget dengan kabar yang langsung menjadi topik pembicaraan

PopBox, Solusi Anti Repot Untuk Kirim, Titip, dan Ambil Barang via Loker

Pernah lihat lemari loker seperti ini? Smart locker yang disebut PopBox saat ini berjumlah 300 buah, yang tersebar di pusat perbelanjaan, apartemen, spbu, dan perkantoran, fungsinya untuk kirim, titip, dan ambil barang (dok.windhu) Waktu mulai merambat sore. Sudah memasuki pukul 17.00.   Saya memandang ke bawah dari balik kaca di lantai 11 Ciputra World, Lotte Avenue, Jl. Dr Satrio, Jakarta Selatan. Jalan terlihat dipadati mobil dan motor yang bergerak sangat lambat, termasuk di jalan layang. Cuaca pun berubah gelap   pertanda sebentar lagi hujan.     “Dilihat dari atas, mobil-mobil banyak ini seperti mainan, ya?” kata Sasi, salah seorang pengusaha batik muda asal Semarang, Jawa Tengah, yang ikut berpameran di ajang pertemuan perempuan yang diselenggarakan selama dua hari, yang saya ikuti. PopBox yang ada di pusat perbelanjaan Lotte Shopping Avenue (dok.windhu) Saya tersenyum. Kelihatannya begitu kalau dilihat. Mobil jelas terlihat kecil dan menari

Go-Box, Solusi Pindahan Nggak Pakai Repot

Go-Box, jasa pindahan rumah yang memudahkan (dok.www.go-jek.com) SENYUM mengembang dari wajah Ani, saat sudah pasti akan segera pindah rumah. Maklum, menjadi kontraktor alias orang yang mengontrak selama ini cukup melelahkan. Mimpi tinggal secara tenang di rumah milik sendiri menjadi kenyataan. Di rumah baru, segala sesuatunya pasti lebih tenang. Apalagi setelah menikah 5 tahun. Memang, bukanlah rumah besar. Punya dua kamar tidur, dengan ruang tamu, ruang makan, dapur, dan kamar mandi. Sedikit halaman kecil buat menanam tumbuhan ataupun bunga. Sudah pasti membahagiakan.   Lokasi rumah baru di wilayah Gunung Putri, Bogor. Selama ini, tinggal di Pluit, pada lokasi cukup padat dan nyaris tidak memiliki halaman. Ah, betapa menyenangkan, pikir Ani. Segera, semua barang yang ada di rumah pun dikemas. Packing ini dan itu. Tidak ada yang boleh tertinggal karena sebenarnya tidak banyak juga barang yang dibeli. Pertimbangannya saat itu, khawatir repot jika akan pindahan