Seorang ibu membawa kardus untuk dibawa ke Bank Sampah Warakas RW.02, Tanjung Priok, Jakarta Utara (dok.windhu) |
Terletak di Jakarta Utara, wilayah Warakas, Tanjung Priok tergolong cukup padat penduduk sehingga tak luput dari permasalahan sampah. Kesadaran dan kepedulian warga, serta konsistensi untuk menjaga lingkungan dan iklim menjadi kunci dalam pengelolaan sampah yang efektif dan ekonomis di KBA Warakas.
Langit cerah. Sinar matahari mulai terik. Padahal baru pukul 10.00. Seperti halnya kawasan yang berlokasi tak jauh dari laut, Warakas memang sering diidentikkan dengan cuaca panas serta banyak embusan angin.
Penanda Bank Sampah KBA Warakas 02 (dok.windhu) |
Namun semua itu tak mempengaruhi warga yang berkumpul di Bank Sampah Warakas RW. 02 Senyuman mengembang terlihat jelas di wajah Nela, warga RT. 12, RW 02 yang membawa setumpuk lipatan kardus dan sejumlah botol plastik.
Tak hanya Nela yang pagi itu menggunakan baju berwarna merah, ada juga sejumlah ibu-ibu lainnya yang datang membawa kardus, botol plastik dan lainnya ke Bank Sampah Warakas RW. 02 Tanjung Priok.
Bersiap menimbang sampah (dok.windhu) |
Ada ibu Muji, warga dari. RT 10 dan ibu Cici yang juga menenteng kardus. Ada juga yang ditemani anaknya yang baru saja pulang sekolah. “Kita timbang botol sebentar ya,” kata salah seorang ibu yang membawa kardus kepada anaknya.
Keberadaan Bank sampah Warakas RW 02 selama bertahun-tahun terbukti sangat membantu masyarakat. Terutama bagi para ibu yang merasakan langsung hasilnya.
Selain sampah tidak menumpuk lagi di rumah, para ibu tidak perlu lagi mengeluarkan uang untuk membayar biaya kebersihan, pengangkutan sampah yang tentunya lebih baik untuk tambahan kebutuhan belanja rumah tangga.
Mengantri untuk menimbang sampah (dok.windhu) |
“Saya kalau sedang butuh uang, ya ambil saja kalau sudah sampai Rp.50.000,” kata Nela, sambil memperlihatkan buku tabungan sampah miliknya.
Sebagai nasabah Bank Sampah, Nela merasa bersyukur bisa memperoleh uang yang dikumpulkannya dari sampah anorganik di rumah. Semuanya iru berasal dari hasil pengumpulan kardus, tutup botol, kaleng,gelas plastik, dan aneka botol.
Sampah-sampah anorganik itu terdata dengan baik dalam buku tabungan sampah Bank Sampah Warakas, Kampung Berseri Astra. Pada buku itu, tercatat tanggal penerimaan sampah, kategori sampah, debet, kredit, dan saldo. Dari sampah yang dikumpulkan, ditimbang, dicatat, dan dirupiahkan.
Buku Tabungan Sampah KBA Warakas, Jakarta Utara (dok.windhu) |
Buku tabungan sampah berwarna putih dan hijau itu memiliki logo Astra di bagian atas sebelah kiri, logo Kampung Berseri Astra di bagian tengah, dan Satu Indonesia di bagian atas kanan.
Jika tabungan sampah rutin yang dikumpulkan dari rumah tangganya mencapai Rp.50.000 atau Rp.100.000, Nela akan mengambilnya untuk digunakan berbagai keperluannya.
Menimbang kardus bekas di Bank Sampah Warakas (dok.windhu) |
Mengurangi Sampah Anorganik dan Organik di Tingkat Warga
Keberadaan Bank Sampah Warakas RW.02 selama bertahun-tahun terbukti cukup efektif mengurangi sampah warga. Sampah anorganik seperti kardus, botol plastik, kaleng, gelas plastik lainnya dapat dijadikan tabungan sampah yang memberikan keuntungan ekonomi dalam bentuk rupiah.
Sementara, sampah organik yang berasal dari rumah tangga pun bisa dimanfaatkan untuk membuat lingkungan menjadi lebih hijau dan terasa bersih. Iklim pun lebih terjaga.
Pupuknya berasal dari pengolahan sendiri sampah yang antara lain terdiri atas potongan sayuran, buah, maupun sisa makanan lainnya. Masyarakat telah diajari cara membuat kompos.
Wulan, penggerak KBA Warakas (dok.windhu) |
Menurut Wulan Handayani, penggerak Kampung Berseri Astra (KBA) Warakas, RW 02 pengolahan sampah di KBA Warakas awalnya hanya penerimaan sampah anorganik saja dan bank sampah.
Kemudian, berkembang satu persatu dari membuat kompos padat, kompos cair, Eco Enzyme, kerajinan dari ecobrick, biopori, budidaya maggot, dan minyak jelantah. Semua kegiatan terkait dengan pengelolaan sampah lingkungan.
“Awalnya, pilah sampah baru menerima sampah anorganik dari warga.Belum terima sampah organik dan residu. Belum kita olah. Belum dibuat kegiatan yang banyak,” kata Wulan, saat saya mengunjungi KBA Warakas pertengahan November 2022 lalu.
Petugas/kader membersihkan botol dan gelas air mineral (dok.windhu) |
Menurut Wulan, pilah sampah di Warakas lebih digalakkan terutama sejak ada Peraturan Gubernur (Pergub) No.77 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah Lingkup Warga. Tujuannya, tentu saja untuk meningkatkan kembali kesadaran masyarakat agar melakukan pemilahan sampah dari sumbernya, seperti sampah rumah tangga.
Sebagai ibukota negara dan ibukota provinsi, DKI Jakarta hingga kini memang masih menghadapi permasalahan sampah yang tak kunjung usai
Bayangkan saja, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada tahun 2021 menyebutkan, terdapat sekitar 68,5 juta ton sampah secara nasional.
Sampah botol dan plastik (dok.windhu) |
Sekitar 17 persen di antaranya atau 11,6 juta ton merupakan sampah plastik.DKI Jakarta merupakan wilayah penghasil sampah nomor tiga terbanyak di Indonesia, dengan jumlah 2,59 juta ton sampah.
Sampah sayuran/organik (dok.windhu) |
Namun sebagai mahluk hidup, manusia memang tidak bisa lepas menghasilkan sampah dalam kesehariannya. Karena itulah, yang diperlukan adalah menimbulkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan.
Langkahnya bisa diawali dari pengurangan sampah, mulai dari pemakaian benda yang bisa menimbulkan sampah hingga pemilihan dan residu.Tujuannya, agar sampah Jakarta yang dibuang ke bantar gebang bisa dikurangi.
Kompos dari bahan organik (dok.windhu) |
Dimulai dari Sampah Rumah Tangga
Saat ini, RW.02 Warakas Tanjung Priok merupakan salah satu lokasi percontohan pengelolaan sampah di Jakarta Utara. Kegiatan pengelolaan sampah di RW.02 yang terdiri atas 17 RT, dan lebih dari 2800 jiwa ini, menurut Wulan, selaku penggerak KBA, kegiatan pengelolaan sampah mellibatkan para perempuan yang merupakan kader PKK, kader jumantik, kader Dasawisma, dan kader posyandu berjumlah sekitar 48 orang.
Kegiatannya berrupa pemilahan sampah, eco brick, bank sampah, komposting."Untuk setiap kegiatan, kita punya kelompok-kelompok. Jadi ada kelompok hidroponik, kelompok kompos, kelompok bank sampah, maggot, kompos padat, kompos cair, " tutur Wulan.
Eco Brick dan Minyak Jelantah (dok.windhu) |
Jadi setiap kader memiliki tugas masing-masing per kelompok,yang terdiri atas 7 orang, supaya kegiatannya berjalan.
Kegiatan pengelolaan sampah di RW. 02 Warakas dibantu pendampingan Astra sejak tahun 2011 melalui empat pilar, yakni lingkungan, pendidikan, kesahatan, dan UMKM.
Selain pendampingan, juga mendapatkan bantuan berupa barang-barang atau fasilitas sarana. sehingga memungkinkan aktivitas lancar berjalan."Cuma memang selama pandemi kemarin, bantuannya dialihkan untuk kegiatan penanganan covid. Misalnya, sembako, " kata Wulan.
Kandang Maggot (dok.windhu) |
Menantang Diri Sendiri, Konsisten Memilah Untuk Mengurangi Sampah
Saat memaauki ruangan dalam Bank Sampah Warakas, sejumlah sertifikat penghargaan keberhasilan dalam pengelolaan sampah terlihat. Terbaru, KBA Warakas menerima penghargaan dalam program Kampung Iklim (Proklim) untuk nasional Tahun 2022 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Sebelumnya, Proklim Madya sudah diperoleh. RW.02 Warakas juga meraih penghargaan Bidang Pengelolaan Sampah (BPS) Lingkup RW terbaik Provinsi DKI tahun 2021.
Sejumlah penghargaan pengelolaan sampah KBA Warakas (dok.windhu) |
Namun, semua yang diperoleh KBA Warakas, bukanlah sesuatu yang diperoleh secara mudah. Wulan menyampaikan, jika memunculkan kesadaran masyarakat untuk mengurangi sampah dengan metode pemilahan sampah anorganik dan organik tidaklah seketika.
Bahkan, pada awal program pilah sampah, menimbulkan amarah tukang sampah di lingkungan. Omset sehari tukang sampah yang juga mengumpulkan barang bekas, dulunya bisa mencapai Rp.80 ribu. Omset itu menurun drastis Selain itu, tidak semua warga bersedia membuang sampah sudah dipilah di titik ditentukan.
Sampah Galon Air Mineral. (dok.windhu) |
Alasannya, merasa kasihan pada tukang sampah karena sudah berlangganan lama dan tidak keberatan membayar bulanan iuran sampah. Lagipula, tidak semua warga bersedia menabung sampah karena nilai ekonomisnya tidak besar.
Ada juga yang datang ke ttitik kumpul dengan sampah belum dipisah sehingga perlu diajari lebih dulu cara memilah.Lalu bagaimana KBA Warakas mengatasinya? "Nggak apa-apa. Paling tidak, mereka sudah diajari untuk memilah sampah," tukas Wulan.
Perempuan berkerudung ini memastikan para tukang sampah juga memilah karen sudah langsung memisahkan sampah anorganik ke karung terpisah. "Program tetap berjalan karena niatnya adalah untuk ngurangin sampah, " ujar Wulan.
Diakuinya, tantangan dalam pengelolaan sampah adalah melawan diri sendiri untuk dapat konsisten memilah sampah dari rumah
Kompos di KBA Warakas (dok.windhu) |
Mengembangkan Kreativitas Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah anorganik sudah ditandai dengan berdirinya Bank Sampah. Keuntungan secara ekonomis sudah bisa didapatkan.
Untuk mempermudah pengelolaan sampah anorganik, maka Bank Sampah Warakas menjalin kerjasama dengan Bank sampah induk Mountrash yang mencatat penerimaan, penjualan, hingga pemanfaatan saldo secara digital. Data ini tersimpan dalam bentuk aplikasi, yang dapat diunduh dengan mudah di ponsel android.
Wulan, penggerak KBA Warakas RW.02 memperlihatkan aplikasi Mountrash (dok.windhu) |
Kreativitas dengan ecobrick diarahkan untuk pembuatan kursi dan meja yang unik.Untuk kompos padat, saat ini masih dipergunakan hanya bagi warga setempat saja.Tak hanya itu, penggerak KBA Warakas berkeinginan untuk lebih dapat memaksimalkan nilai ekonomisnya dari hasil pengelolaan sampah.
Untuk kompos cair, ada rencana untuk dijual tetapi hingga kini masih belum bertemu dengan yang menerima sampah kompos cair. Selain itu, melirik pembudidayaan maggot . Sayangnya KBA Warakas belum memiliki kandang inti sehingga bisa dibudidayakan di lingkungan dan tidak perlu dikirim ke satpel KLH.
Membuat Eco Brick (dok.windhu) |
Upaya penambahan kandang maggot dilakukan agar hasilnya bisa lebih banyak. Permintaan minimum adalah 25 kilogram, sementara saat ini baru bisa panen 15 kilogram, Jadi masih kurang 10 kilogram.
Penggunaan maggot terasa lebih menyenangkan dalam mengatasi sampah organik.Sampah dari warga langsung cepat diolah maggot langsung habis. Padahal saat baru mengenal maggot, para ibu penggerak sempat merasa geli dengan ulat.
Namun kelamaan, kata Wawa, malah menyenangkan. Anak-anak PAUD Arina Haqqon, yang gedungnya dibantu oleh Astra pun menyukainya.
Semangat untuk mengurangi Sampah di lingkungan warga melalui pemilahan sampah agar tak perlu sampai ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) merupakan kegiatan yang dijaga selalu. Bahkan, para pelajar penerima Beasiswa Astra juga dilibatkan. Sejak masih di PAUD, juga diajarkan.
Semangat bangkit menjaga lingkungan dan iklim, terutama pasca pandemi Covid menjadi hal yang tidak bisa dilepaskan dari KBA Warakas. Tentu saja, semakin sesuai bila diiringi dengan adanya nilai ekonomis dari pemilahan sampah yang dihasilkan.
Menjanjikannya budidaya maggot (dok.windhu) |
Kesadaran masyarakat untuk pemilahan sampah harus terus dipertahankan dan ditingkatkan. Setiap pagi, pemandangan warga yang membawa sampah anorganik, minyak jelantah, dan penimbangan sampah bisa dilihat. Inilah optimisme yang menyembul dari warga untuk bangkit bersama menjaga lingkungan menjadi lebih baik. Lebih banyak lagi yang melakukan pengurangan sampah di lingkungan,
Seperti halnya Wulan sebagai penggerak KBA Warakas RW 02, penggerak lainnya seperti Wawa sebagai sekretaris dan Nurjanah pun siap mencatat dan membersihkan gelas dan botol yang dipilah oleh warga. Bentuk kesetiaan bersama KBA Warakas dalam menjaga lingkungan bersih dan iklim.Bangkit bersama untuk Indonesia. Seperti pepatah, "Kalo bukan kita, siapa lagi?"
- ------0000------
Pantas diganjar juara 1 Anugerah Pewarta Astra 2022...selamat ya Mbak Windu
BalasHapus