BEBERAPA lembar lukisan indah sudah digelar cukup lama di pelataran taman tapi tidak ada satu pun yang membeli. Ditawar-tawarkan kepada orang yang lalu lalang pun, tidak ada yang mau. Berupaya menarik perhatian, sejumlah gerakan bela diri kungfu diperagakan.
Melompat, Menendang, dan Meninju udara. Tepuk tangan meriah dan uang terkumpul dengan mudah dari orang yang menonton. Tiba-tiba, selembar uang kertas $ 100 melayang jatuh di atas lukisan diiringi tepukan dari seorang lelaki perlente. Lelaki yang mengaku tertarik pada seni dan mencari pelukis berbakat untuk dipekerjakan di sebuah galeri seni (Art Gallery).
Kerinduan untuk hidup lebih baik sebagai imigran gelap yang datang ke Amerika melalui kontainer, membuat kakak beradik Alicia Qiang (Livi Zheng) dan Ken Qiang (Ken Zheng) tanpa pikir panjang menerima tawaran untuk tinggal di rumah Justus Sullivan, pemilik Art Gallery. Semua telah disediakan. Kuas, kanvas, dan perlengkapan lukis lainnya.
Semua yang diinginkan Alicia selama ini. Hari demi hari Alicia hanya harus melukis dan melukis. Salah satunya adalah untuk meniru lukisan Van Gogh, dengan syarat tidak boleh menandatangani lukisan. Sullivan berdalih lukisan itu untuk diberikan kepada temannya.
Segala sesuatu bermula dari sebuah mimpi dengan keyakinan untuk sukses Pada saat yang sama, di pinggir pantai ditemukan sesosok mayat perempuan etnis Asia dengan uang $1.800. Pada jari-jari tangannya terdapat cat minyak bercampur timah khas seorang pelukis. Nick Thompson, detektif yang menyelidiki mencurigai adanya keterkaitan dengan pelukis Asia yang dimanfaatkan untuk membuat dan menjual lukisan-lukisan palsu karya pelukis terkenal.
Salah satunya adalah Alicia Qiang. Di sisi lain, Ken Zheng semakin terlibat dalam pertarungan tanpa ronde dan tanpa waktu di sebuah sasana olahraga, untuk mendapatkan sejumlah uang dengan cara mudah lewat pertarungan. Suatu kegiatan yang tidak disukai Alicia, kakaknya. Nasib kedua kakak beradik ini menjadi terancam dan terlibat dalam tindakan kriminal, saat pembeli lukisan kemudian menyadari lukisan yang dibelinya dari Sullivan, dengan harga $22 juta ternyata palsu.
Lengkap dalam rombongan bersenjata, mereka mendatangi rumah Sullivan dan mencari pemalsu lukisan. Bisakah kedua kakak beradik Alicia Qiang dan Ken Qiang lolos dari maut? Bagaimana dengan tindakan kriminal pemalsuan lukisan oleh Alicia? Bagaimana janji untuk membawa ayahnya dari Beijing ke Amerika? Kelanjutannya bisa disaksikan di Brush With Danger, karya sutradara Livi Zheng, asal Indonesia.
Mimpi Imigran Di Tanah Amerika
DIKEMAS sebagai film laga berbalut drama keluarga dengan durasi selama 90 menit mengenai imigran asal Asia, Brush With Danger hadir cukup memikat. Aksi kakak beradik Livia Zheng dan Ken Zheng menyuguhkan gerakan-gerakan bela diri wushu sehingga menambah keapikan film.
Menjadi imigran, bukanlah hal yang mudah. Tuna wisma dan tuna karya. Alicia Qiang dan Ken Qiang saat tiba di Seattle, langsung kehilangan $ 92 yang dimilikinya. Harus makan sisa-sisa roti yang dibuang di tempat sampah.
Belum lagi risiko dirampok meski itu mengantarkan pada perkenalan pada Elizabeth, seorang pemilik restoran hamburger. Sebuah tawaran kebaikan dari seseorang tak dikenal belum tentu benar-benar bermaksud yang sesungguhnya. Ada juga yang memiliki niat terselubung dengan memanfaatkan kemampuan yang dimiliki oleh imigran.
Salah satunya dimunculkan melalui kisah pelukis Asia yang dimanfaatkan untuk melakukan pemalsuan lukisan karya pelukis terkenal. Inilah yang menjadi kekuatan skenario Brush With Danger, yang ditulis sendiri oleh Ken Zheng yang juga memerankan diri sebagai Ken Qiang.
Saat berbincang-bincang, Livi mengaku menekankan pentingnya sebuah skenario yang baik selain efek yang bagus, sehingga yang melihat tidak sekedar menonton dan kemudian berlalu.
Karya Hollywood Sineas Indonesia
SEBAGAI film Hollywood yang disutradarai dan dibintangi oleh perempuan Indonesia kelahiran Jawa Timur, Livi Zheng, Brush With Danger memunculkan kebanggaan tersendiri karena berhasil meraih kesuksesan di bioskop-bioskop Amerika Serikat dengan tayang selama hampir dua bulan lamanya.
Untuk pertama kalinya, film karya sutradara asli Indonesia dapat diperhitungkan dalam seleksi nominasi Oscar kelompok film Hollywood. Brush With Danger berhasil masuk dalam 1% seleksi film nominasi Oscar dari sekitar 40.000 film, untuk kategori Best Picture, pada ajang Academy Awards ke-87.
Film ini bersaing dengan film Interstellar, The Hunger Games: Mockingjay Part 1, dan juga Birdman. Sebagai pemeran utama film Brush with Danger, Livi Zheng dan Ken Zheng, yang bekerja sama dengan kru film Hollywood peraih Emmy Awards dan nominasi piala Oscar, bahkan mendapat kehormatan untuk menghadiri perhelatan Academy Awards bersama Joseph Gordon Levitt, Amy Adams dan Anna Kendrick.
Film Brush With Danger pantas diapreasi sebagai film apik karya anak negeri. Kegigihan dan perjuangan yang dilakukan oleh Livi Zheng sangat luar biasa. Tidak mudah untuk menembus dunia Hollywood, baik dari pelaku sinema lokal Amerika apalagi asal luar negeri, seperti Asia dan Indonesia. Naskah film ini sendiri sempat ditolak sampai 32 kali sebelum akhirnya diterima.
Bukan hanya pihak sineas atau dunia perfilman Indonesia dengan karya anak bangsa Brush With Danger. Seluruh pihak, tokoh masyarakat, aktivis, dan termasuk Komunitas Diaspora Indonesia yang menghargai prestasi Livi ini dengan memberi penghargaan Diaspora Creative Award, dalam acara
Kongres Diaspora Indonesia ke-3 pada tanggal 12-13 Agustus 2015, yang dibuka oleh Wakil Presiden Jusuf kalla.(dhu)
Foto : official Brush With Danger
Brush With Danger juga bisa dibaca di sini
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung dan memberikan komentar positif demi kemajuan dan kenyamanan pembaca.