Film Ambu, drama keluarga menganai kasih ibu yang berlatar belakang keindahan alam, budaya, dan adat istiadat Baduy, enak Banten (dok.windhu) |
Kisah seorang ibu yang difilmkan, bisa dibilang saat ini sudah
banyak. Namun baru Ambu, satu-satunya film yang mengangkat kasih tak terbatas seorang
ibu kepada anaknya, dengan latar belakang budaya dan keindahan alam tanah
Baduy, Banten.
Ditambah dengan kepiawaian para pemerannya, saat menyaksikan film
Ambu tanpa terasa rasa tercekat, sedih, dan akhirnya larut menitikkan air mata
perlahan. Maka tak heran, pemandu acara (MC) Indy Barends menyapa semua yang
menonton pers screening film Ambu, tepat di hari buruh 1 Mei 2019, di sinema
Plaza Senayan, Jakarta,” Hayoo, siapa yang menangis tadi saat nonton filmnya?”
Dua sahabat yang bertemu seteah 16 tahun (sumner:uzone.id) |
Sejumlah teman, masih mengusap matanya. Termasuk teman laki-laki yang ikut serta. Rasa
haru masih terbawa. Menyaksikan film berjudul Ambu, yang dalam bahasa Sunda berarti ibu,
menguatkan rasa ingin segera bertemu dengan ibu. Perempuan terhebat yang hadir dalam kehidupan seorang anak.
Film Ambu dibuka dengan adegan di sebuah rumah pengusaha
katering bernama Fatma (Laudya Cynthia Bella), yang berada di
Jakarta. Usaha kateringnya sedang suram.Di tengah situasi tersebut, datang Nico
(Baim Wong), mantan suaminya yang datang hanya semata-mata meminta uang dengan
perilaku kasar kepada Fatma.
Keindahan Alam baduy (ibadah.co.id) |
Di sisi lain, Nona (Luthesa) anak Fatma memiliki kebiasaan pergi tanpa pamit pada ibunya, pulang malam hanya untuk clubbing. Gadis yang masih berusia 16 tahun itu bahkan diskors dari sekolahnya.
Kisah Ambu mulai bergulir
menarik saat suatu hari, tiba-tiba Fatma menjual cateringnya, menghentikan
kerja anak buahnya, dan mengajak anaknya ke kampung Baduy yang terletak di
Ciboleger, Lebak Banten. Fatma menceritakan pada anaknya, jika selama ini telah
berbohong karena sebenarnya masih memiliki nenek.
Suku Baduy menghasikan tenun kain yang indah (gambar:vivanews) |
Konflik ibu dan anak mengemuka saat kehadiran Fatma dan anaknya
Lutesha, ditanggapi sangat dingin oleh Ambu Misnah (Widyawati). Ini ternyata
berkaitan dengan masa lalu Fatma.
Enam belas tahun lalu, Fatma lebih memilih cintanya kepada Nico,
seorang laki-laki mahasiswa asal Jakarta. Fatma meninggalkan ibunya, yang hidup
seorang diri di Lebak , Banten. Selama enam belas tahun itu pula, tidak ada
komunikasi antara ibu dan anak.
“Kamu lahir disini, tidak ingin tinggal disini, tapi ingin mati
disini,” ucap Ambu Misnah tegas dan keras, begitu tahu anaknya Fatma datang
membawa anak dan mengidap penyakit kanker payudara.
Fatma dan Nona hanya dianggap sebagai ‘tamu’. Adat istiadat
Baduy begitu keras. Masyarakat Baduy menolak seorang warganya yang
berani-berani menikah dengan pasangan yang berasa dari luar Baduy. Kalaupun
ingin kembali, harus menjalani hukuman dulu selama 40 hari sesuai dengan
peraturan adat.
Konflik antara ibu dan anak berlatar Baduy (gambar:BantenPos) |
Di sisi lain, kondisi perkampungan Baduy yang tidak ada penerangan, tidak ada sabun untuk mandi, tidak ada shampo untuk keramas. Nona selalu pergi mengikuti Jaya (Andri Mashadu), pemuda setempat yang berjualan hasil tenunan kain warga Baduy di batas desa, juga di luar desa.
Lalu, bagaimana kelanjutan konflik antara tiga perempuan dari
tiga generasi, yakni Ambu Misnah, Fatma, dan Nona? Film drama ini cukup
menyenangkan ditonton bersama keluarga saat mulai ditayangkan serentak di
bioskp Indonesia pada tanggal 16 Mei 2019.
Indahnya Alam Baduy
Saat menyaksikan Ambu,
penonton akan terpesona pada keindahan alam Baduy. Tanah yang masih hijau, hawa
udara yang masih segar, jembatan kayu kokoh dari kayu yang membentang, air
sungai yang mengalir, pemandangan pegunungan, hingga berputarnya kolecer di tengah padang yang
luas.
Bertemunya Ambu Misnah dengan cucunya Nona, yang tk pernah diihatnya selama 16 tahun (sumber:majalahpeuang) |
Adat istiadat Baduy yang begitu menghargai leluhur, alam, dan budaya pun berhasil dimunculkan. Suku Baduy di Lebak, Banten memegang sangat kukuh hingga kini ajaran yang ditanamkan leluhurnya, baik dari segi agama maupun dari segi belajar
Meskipun demikian, film garapan Skytree Pictures ini tak melulu
mengangkat konflik. Ada sosok Hapsah (Endhita), sahabat Fatma saat kecil yang
saat ini telah memiliki 5 cucu.
Perempuan ini selalu berkata dengan suara melengking,memoles
bibir dengan gincu tebal, dan menggunakan perhiasan emas. Hapsah sudah dianggap
seperti anak sendiri oleh Ambu Misnah.
Bupati Lebak Hj. Iti Octavia Jayabaya SE. MM saat jumpa pers
usai pemutaran film, dengan bangga mengatakan jika film Ambu adalah
satu-satunya film yang mengangkat latar mengenai suku Baduy, Bante Selain juga
sebagai gambaran kondisi Baduy.
Laudya Cintya Bea, Widyawati, dan Endhita, pemeran film Ambu (dok.windhu) |
Farid Dermawan, sutradara sekaigus produser di Film Ambu
menambahkan, jika memang ingin ada hikmah yang bisa dipetik penonton saat
menonton. Suami bupati Lebak ini juga sengaja menghadirkan apa adanya kondisi
Kampung Baduy.
Dengan sangat menarik, penulis dan Produser Titien Wattimena mengangkat persoalan masalah
menikah muda yang biasa terjadi kampung Baduy. Hal itu dicontohkan oleh Fatma
yang menikah saat usia 16 tahun.
Begitupun Hapsah, yang sudah punya cucu 5, padahal masih berusia
30 tahunan. Pesan edukasi disampaikan, jika sesuai dengan peraturan, batas usia
menikah perempuan adalah 20 tahun dan usia 25 tahun untuk laki-laki.
Seluruh pemeran fim Ambu (dok.windhu) |
Laudya Cintya Bella sendiri mengaku sempat tidak yakin saat ditunjuk sebagai ibu dari Lutesha karena jarak usianya yang tidak begitu jauh. Namun, lantaran menikah di usia belasan memang sudah biasa, Laudya pun menerimanya.
Acungan jempol untuk
pesan yang disampaikan mengenai penyakit Kanker Payudara, meski dalam posri
sedikit. Hingga kini,kanker payudara masih menjadi penyakit kanker yang
menyumbang kematian tertinggi pada perempuan.
Pendek kata, walaupun masih terdapat ada beberapa bagian cerita
yang menimbulkan tanda tanya, film Ambu layak untuk ditonton. Penonton akan
dibawa larut untuk menghargai kasih seorang ibu.
Widaywati menyanyikan sebuah soundtrack dalam Ambu (dok.windhu) |
Betapa luar biasanya ibu, sosok yang selalu mencintai anaknya seperti apapun juga. Seorang ibu memang semesta pertama dan terakhir bagi seorang anak. Kasih ibu kepada anak tidak akan pernah habis dan selalu pemaaf.
Satu hal yang tambah menarik adalah dalam film Ambu, soundtrack lagunya diisi oleh Widyawati.
Artis senior ini menyanyikan lagu berjudul
“Semesta Pertamaku karya Titien Watimena. Ada juga lantunan suara Audy
dalam lagu berjudul “ Ada Kau Ibu”.
Sebagai penutup, setelah nonton film Ambu, bersiaplah tertarik ingin ke perkampungan Baduy dan
menikmati keindahan alam, cantiknya tenun baduy, dan melihat budayanya secara langsung.
Bagus banget untuk pariwisata. Cukup lewat jalur darat kereta commuter line
dan angkutan kendaraan bus sedang ke arah Ciboleger.
Yuk....
Jenis film: Drama Pemeran : Fatma (Laudya
Cynthia Bella), Lutesha (Nona), Ambu
Misnah (widyawati) Baim Wong (nico) , Endhita Wibisono (Hapsah) , dan Jaya (Andri
Mashadi ).Produksi: Skytree
Pictures, Produser: Farid
Dermawan, Titien Wattimena, Sutradara: Farid
Dermawan.Penulis dan Produser :
Titien Wattimena, Penulis Skenario :
Titien Wattimena, Penata Musik : Andi
Riyanto
Aku pribadi udah pernah menjajal bermalam di Suku Baduy dalam. Pengalaman yang disarankan sangat berbeda dengan kehidupan yang biasa dijalani sehari hari.
BalasHapusDengan hadirnya film Ambu, penasaran bgt sama si cantik Bella. Berperan sbg ibu gitu