Salah satu contoh mading yang menampilkan sejumlah informasi (foto:kemenagprobolinggo.wordpress.com) |
PANDANGAN mata saya terarah pada sebuah majalah dinding yang ada di depan mushola, yang
terletak di lantai basement gedung CNI, di sela acara touring Fun Blogging-CNI,
Minggu 3 Maret 2016 lalu.
Dalam majalah dinding tersebut, tersusun secara sederhana jadwal shalat,
informasi pengajian, dan beberapa materi agama Islam. Keseluruhan yang
ditempelkan memiliki nilai infomatif meski diletakkan dengan apa adanya.
Pikiran saya langsung melayang saat saya duduk di sekolah menengah atas.
Saat mengenakan baju putih abu-abu itulah saya mulai lebih mengenal dunia
majalah dinding dan menulis.
Saya sudah tahu majalah dinding sejak masih SMP tapi baru benar-benar tahu
saat sudah SMU karena mulai terlibat langsung dalam pengisian mading. Kala itu,
pengisian dijadwalkan bergantian setiap kelas.
Awalnya antusias namun lama kelamaan agak berubah menjadi membingungkan.
Semula yang dianggap sepele dan gampang ternyata tidak mudah. Membuat mading
ternyata memerlukan tim yang solid, kekompakan, dan pembagian tugas kerja yang
jelas.
Alasannya, tentu saja karena akan berpengaruh pada materi yang akan
dimunculkan di mading, darimana sumber materinya, berapa jumlah materi, dan
hiasan-hiasan apa yang akan ditambahkan dalam tulisan di mading.
Unsur siapa yang mengerjakan menjadi begitu penting. Kemudian siapa yang
bisa menggantikan siapa jika kebetulan tidak dapat mengerjakan. Karena awalnya
tidak begitu terencana, jadilah mading yang dibuat pun tampil ala kadarnya. Pembagian
tugas yang tidak begitu jelas terkadang membuat malah membuat saling menimpali
dan merasa yang paling baik hasilnya.
Alhasil bukan yang diinginkan tercapai. Bahkan sulit untuk dikatakan
menarik. Jangankan mampu membuat orang lain datang untuk membaca, majalah
dinding yang ada tidak mempunyai pesona sama sekali.
Lambat laun, mading pun sepi peminat. Pasukan yang mengerjakan pun patah
semangat. Mading pun kemudian mati suri. Tidak lebih dari sekedar menempelkan
informasi-informasi sekolah ataupun
info-info lain yang berkaitan dengan kegiatan umum sekolah.
Hingga saat ini, saat melihat mading di sebuah sekolah, perguruan tinggi,
ataupun suatu institusi saya pun ternyata melihat banyak mading yang dikerjakan
dengan begitu saja.
Padahal, mading adalah sebuah media yang dapat meningkatkan interaksi di
antara pembacanya. Media untuk membangun karakter. Informasi dengan gamblang
seharusnya dengan mudah bisa didapatkan dari mading. Kreativitas pun bisa hadir
dari sebuah mading.
Dalam sebuah masyarakat, keberadaan mading juga ternyata memegang peranan
penting. Pihak kelurahan misalnya, pernah meminta adanya mading-mading di
tingkatan warga sebagai media warga, media komunikasi, dan media informasi.
Permasalahannya kembali ke titik awal, siapa yang akan mengerjakan dan
mengelolanya secara rutin agar tidak sekedar menjadi papan tempel informasi ala
kadarnya.
Mengelola mading tidak sesepele yang diduga.Butuh konsistensi, komitmen, perencanaan, saling kerja sama, dan saling
menghargai. Dalam mengerjakannya pun membutuhkan eksplorasi, produktivitas, dan
kreativitas sehingga mading benar-benar bermanfaat bagi yang membaca dan
mengelolanya.
Berikut beberapa hal yang perlu ada
terkait mading :
1. Pembagian tugas
Pembagian tugas yang jelas sangat penting. Siapa yang mengerjakan apa. Siapa
yang mengerjakan materi, desain, dan lainnya. Pengelola mading dapat meniru
pola pembagian tugas dalam keredaksian sebuah penerbitan media, seperti media
cetak. Ada redaksi hingga, tata letak,
desain, hingga promosin ya.
2. Kesepakatan
Aktivitas Mading
Mading yang dimiliki jelas masa penayangannya berapa lama, apakah bulanan,
dwimingguan, ataipun mingguan. Update dilakukan setelah penayangan berapa lama. Harus ada kejelasan rubrik-rubrik apa saja yang ada di mading
3. Memiliki Tema yang Informatif, Menarik,
dan Disukai
Menentukan tema dalam sebuah mading memerlukan kesepakatan dan diambil melalui
rapat pengelola mading. Tema yang menarik akan mengundang pembaca untuk
mendekat dan mencari informasi. Selain juga memudahkan dalam mendesain dan melakukan
penempatan materi secara menarik.
4. Publikasikan Mading Secara Luas
Setelah mading secara meteri, desain dan tata letak selesai siap ditempel,
langkah publikasi perlu diambil. Promosikan apa yang ada di dalam mading agar
mampu menarik pembaca. Ajak pembaca untuk terlibat sehingga ada interaksi dua
arah.
Saat ini publikasi mading dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara
lain melalui media sosial, seperti twitter, facebook, dan instagram.
Seandainya sepakat, dapat juga menggunakan media blog gratisan,seperti
blogspot dan wordpress. Saat ini anak sekolah pun sudah bisa membuatnya dengan
mudah.
Tertarik dengan mading? Mari kita coba...
memang mading sepertinya kurang populer sekarang...eh saya juga kurang begitu paham. Tulisan ini bikin yang baca jadi pengen menggiatkan mading lagi.
BalasHapusIya sepertinya, mungkin karena sekarang zaman smartphone yang lebih cepat informasinya. Padahal mading sarana interaksi mudah meriah dan terefektif sebenarnya, mbak Archa Bella
Hapusiya..di RW sini juga ada mading tapi kurang terurus dan info-infonya ditumpuk aja gitu. Bisa nih dibahas kalau ada rapat RW.
BalasHapusBanyak mading memang kurang terurus. Sekedar tempat menempelkan pengumuman. Harus ada timnya. Semoga bermanfaat, mbak Helenamantra
Hapus