Pengunjung menikmati pameran lukisan Koleksi Istana Kepresidenan RI di Galeri Nasional (dokpri)
|
Wow ! Sebuah lukisan Perkawinan Adat Rusia yang tampak megah dan berukuran sangat besar langsung memikat mata, saat langkah kaki baru memasuki gedung A, Galeri Nasional Indonesia, Jl Medan Merdeka Timur No. 14, Jakarta, untuk melihat pameran koleksi lukisan Istana Kepresidenan berjudul Senandung Ibu Pertiwi, Minggu 27 Agustus 2017.
Meski bukanlah karya
asli pelukis Rusia Konstantin Yegorovich Makovsky yang dibuat tahun 1881 dan
hanya ditampilkan melalui LED, dalam pameran yang diselenggarakan untuk umum 2-30 Agustus 2017, lukisan itu seakan menyapa saya dan setiap
pengunjung yang baru datang. Posisinya berada di sebelah kiri pintu masuk ruangan paling depan galeri nasional.
Karya asli abad ke-19
dengan ukuran 295 cm x 450 cm yang ditaksir bernilai sekitar Rp.18 Miliar
itu sudah sangat tua, sehingga tak bisa dipindahkan dari Istana Bogor.
|
Untunglah, saya bisa datang tidak kesorean. Jelang siang, pengunjung Galeri Nasional semakin banyak. Saya memandang cap bertuliskan Senandung Ibu Pertiwi yang ada di punggung tangan kanan. Dua buah tanda pengenal bertali merah tergantung di leher saya. Satu untuk penitipan barang dan satu sebagai pengunjung terdaftar.
Saya tersenyum senang.
Akhirnya saya bisa menyaksikan karya-karya maestro lukisan yang luar biasa
koleksi istana kepresidenan. Sejak membaca di media massa, pameran Senandung
Ibu Pertiwi yang resmi dibuka oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla terbuka untuk umum, saya langsung
tertarik menjadikannya agenda.
Tidak boleh terlewat.
Kapan lagi ada momen langka seperti ini? Saat kunjungan Istana Untuk Rakyat
(Istura) Bogor 2017 yang lalu, hanya diperbolehkan sebatas teras istana.
Tak bisa menyaksikan beragam keindahan lukisan yang terpasang di Istana Bogor
.
Pameran Koleksi Lukisan Istana Kepresidenan menampilkan 48 lukisan (galerinasional.ori.d)
|
Apalagi, pameran koleksi
lukisan Istana Kepresidenan ini berasal dari lima istana kepresidenan yang ada
di Indonesia, yakni Istana Bogor, Istana Cipanas, Istana Tampak Siring, Istana
Merdeka, dan Istana Yogya. Kapan coba, bisa kesemua Istana Kepresidenan untuk
menikmati koleksi lukisan dari para legenda lukis?
Karenanya, pameran
lukisan koleksi Istana Kepresiden Indonesia 2017 berjudul Senandung Ibu Pertiwi
seakan menjawab keingintahuan dan rasa penasaran. Pameran yang merupakan
rangkaian perayaan HUT RI ke-72 ini, diselenggarakan atas kerja sama
Kementerian Sekretariat Negara, Galeri Nasional Indonesia, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif) dan Mandiri Art.
Tiap nomor antrian maksimal orang. Pengunjung Weekend mencapi 2000 orang (dokpri)
|
Hanya Smartphone dan Dompet
Untuk menikmati pameran
lukisan koleksi Istana Kepresidenan, ada dua cara pendaftaran, yaitu melalui
offline dan online. Pendaftaran secara online, memudahkan para pengunjung agar
tidak lama mengantri. Tidak ada biaya masuk alias gratis untuk seluruh
pengunjung.
Minggu siang itu, saya
mendaftar secara offline alias on the spot di pameran yang dibuka mulai pukul
10.00-20.00. Benar juga, tiba di galeri nasional sudah banyak orang mengantri.
Setelah meminta nomor antrian, saya dipersilahkan menunggu panggilan untuk menitipkan
barang dan mendaftar.
Waktu masih pukul 13.00
lewat,tapi saya sudah mendapatkan nomor urut antrian 431. Satu nomor antrian
bisa berlaku maksimal untuk 5 orang. Wah, pantas saja terlihat banyak orang.
Tua dan muda. Dewasa dan anak-anak. Laki-laki dan perempuan.
Teman-teman saya
yang juga penyuka sejarah, salah satunya Titis, sudah lebih dulu tiba di Galeri
Nasional.
Tiap nomor antrian maksimal orang. Pengunjung Weekend mencapi 2000 orang (dokpri)
|
Sambil menunggu, saya
tertarik dengan seorang anak dan ayahnya yang tampak ceria melakukan scan
gambar lukisan yang dipamerkan dengan barcode, setelah mengunduh aplikasi
Calibre melalui ponsel. Penasaran, saya pun ikut mencobanya sebelum akhirnya
nomor antrian dipanggil. Menjadi lebih tahu lukisan sebelum melihat
langsung.
Setelah menitipkan tas
dan mendaftar dengan menyebutkan no ponsel, dua pengenal akhirnya tergantung di
leher saya sebagai pengunjung. Tidak ada yang boleh dibawa ke dalam ruang
pameran, kecuali smartphone dan dompet. Tas dan jaket dititip.Termasuk bila
membawa sesuatu yang berbahan logam, seperti kunci.
Untuk masuk ke ruang pameran, hanya boleh membawa smartphone dan dompet (dokpri)
|
Begitu punggung tangan
kanan diberi cap Senandung Ibu Pertiwi, langkah kaki pun menuju ke gedung
A, tempat pameran lukisan koleksi istana kepresidenan. Disana pun, pengunjung
masih diminta membentangkan tangan untuk diperiksa satu persatu dengan metal
detector oleh seorang petugas keamanan.
Kehati-hatian terlihat
sangat menonjol, meski tak menyulitkan pengunjung karena prosesnya cepat. Wajar
saja sih, ketelitian dilakukan. Soalnya koleksi lukisan Istana Kepresidenan RI
sungguh tak ternilai.Lukisan yang dipamerkan berusia lebih dari seabad atau
setengah abad. Menakjubkan!
48 Lukisan dari
44 Perupa
Pameran koleksi Istana
Kepresidenan RI tahun 2017 merupakan yang kedua kalinya. Tahun 2016,
digelar pameran bertema Goresan Jurang Kemerdekaan. Sejumlah koleksi lukisan
yang dipamerkan kali ini berbeda karena menampilkan juga karya pelukis yang
namanya kurang begitu populer di masyarakat umum.
Tahun lalu, pameran memperoleh antusias yang besar dari masyarakat hingga berbagai negara.Tahun ini, dengan mengambil tema Senandung Ibu Pertiwi, pameran koleksi lukisan Istana Kepresidenan yang bermutu tinggi ini juga menyedot keingintahuan masyarakat.
Itu yang saya lihat.
Antrian yang panjang dengan jumlah pengunjung yang banyak. Menurut seorang
petugas pendaftaran bahkan mencapai sekitar 2500 saat akhir pekan dan 800 orang
pada hari kerja.
Selain orang lokal
Indonesia, wisatawan Asia dan wisatawan Eropa yang terlihat dari wajah, warna
kulit, dan rambut, serta dialeknya pun tak ketinggalan tampak berbaur.
Mereka sibuk memotret
karya lukisan yang ada.
|
Pengunjung semangat
berfoto di depan lukisan yang dikagumi, baik sendiri atau bersama
teman-temannya meski tak boleh menggunakan lampu kilat (flash). Saya pun tak
ingin ketinggalan. Apalagi, saya berencana menuangkannya dalam bentuk tulisan.
Senandung Ibu Pertiwi
diartikan sebagai tanah air. Ibu Pertiwi juga diwujudkan dalam
sosok, imajinasi, dan gambaran feminim. Penuh kasih sebagai penjaga dan
pelindung bagi semua.
Secara keseluruhan,
pameran koleksi lukisan Istana Kepresidenan Senandung Ibu Pertiwi, menampilkan
48 buah lukisan 44 pelukis. Lukisan dengan beragam ukuran itu berasal dari abad
ke-18 dan abad ke-19, karya pelukis Indonesia dan mancanegara. Sebagian besar
merupakan koleksi Presiden RI ke-1 Soekarno, yang dihibahkan kepada Istana
Negara.
|
Tak hanya negarawan yang andal, Soekarno memang dikenal sebagai penggemar seni yang sangat luar biasa. Di Istana Kepresidenan yang ada di Indonesia, terdapat sekitar 3.000 lukisan yang akhirnya hanya dipilih 48 untuk dipamerkan oleh kurator Asikin Hasan, Amir Sidharta, Mikke Susanto, dan Sally Texania.
4 Sub Tema Lukisan
Tema pameran koleksi
lukisan Istana Kepresidenan Senandung Ibu Pertiwi masih dibagi atas empat
subtema, yakni keragaman alam, dinamika keseharian, tradisi dan identitas,
serta mitologi dan religi. Selain karya pelukis Indonesia, juga terdapat karya
para pelukis asal luar negeri yang melukiskan Indonesia dari berbagai sudut
pandang dan daerah.
|
Setiap tema dibedakan berdasakan warna dinding ruangan. Sebuah penjelasan singkat ada di setiap dinding. Untuk lebih membantu memahami lukisan yang dipamerkan, sejumlah pemandu berseragam merah berdiri di sepanjang ruang pameran.
Ini sangat membantu
sekali karena saya jadi bisa banyak bertanya, sehingga lebih paham. Saya pun
jadi semakin bersemangat untuk mengamati satu persatu lukisan legendaris.
Memahami lukisan tak hanya sekedar melihat gambar. Keempat sub tema pameran
lukisan Senandung Ibu Pertiwi adalah keragaman alam, dinamika keseharian,
tradisi dan identitas, mitologi dan religi. Penjelasannya sebagai
berikut.
|
Keragaman Alam
Tema lukisan pemandangan
alam yang langsung tertangkap mata adalah Pantai Flores karya Basoeki Abdullah
ukuran 120x185, yang dibuat tahun 1942. Lukisan ini disalin sesuai pesanan
Presiden Soekarno yang melukiskan keindahan alam pantai Flores saat menjalani
pengasingan oleh Belanda. Sebelumnya, Soekarno sudah menuangkannya melalui
media cat air.
Lukisan Raden Saleh
berjudul Harimau Minum, yang dibuat tahun 1863 dan merupakan yang tertua di
pameran ini, mengundang banyak orang berfoto di depannya.
Harimau Minum berukuran
160x116 cm, dengan lengkungan di atasnya memiliki unsur magis.
|
Warnanya yang redup menambah kesan syahdu seekor harimau yang sedang minum di tengah hutan yang luas dengan pepohonan lebat. Konon, Soekarno sering merepresentasikan harimau itu adalah dirinya di tengah dunia yang luas.
Lukisan lain yang
membuat saya jatuh cinta adalah Jalan di tepi sawah karya S.Soedjono. Lukisan
koleksi Istana Cipanas itu benar-benar memukau karena unsur ilusi optiknya.
Keren sekali, seakan-akan saya berada di dalamnya. Tampak depan, samping kiri,
dan samping kanan, jalan itu seakan mengikuti. Saya sampai memotretnya berulang
kali.
|
Ada 12 lukisan keragaman
alam. Lukisan pemandangan alam banyak menghiasi Istana Kepresidenan Indonesia,
terutama di Istana Negara/Merdeka Jakarta, Istana Bogor, dan Istana Cipanas.
Keindahan dan kekayaan
alam berbagai daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Bali,
Sulawesi, dan Sumatera mewujud dalam lukisan apik dari beraneka sudut pandang.
Pelukis Wakidi menghadirkan alam berbukit-bukit di Sumatera Barat melalui
Senja di Dataran Mahat (1954).
Senja di Dataran Mahat, Sumatera Barat karya Wakidi, tahun 1945 (dokpri) |
Saya melihat Pemandangan Sekitar Merapi (1930) karya Abdullah Suriosubroto, keindahan pantai Pelabuhan Ratu (1927) karya Mas Pirngadi. Keindahan panorama Dieng dilukiskan Kartono Yudhokusumo dalam bertamasya ke Dieng (1949).Lukisan Henk Ngantung, putera Manado yang menjadi Gubernur DKI masa Soekarno, antara tahun 1964-1965 menyajikan alam Sulawesi.
Tak hanya pelukis asal
Indonesia, kekayaan alam Indonesia juga menginspirasi pelukis Eropa untuk
menghadirkannya dalam kanvas. Awal abad ke-20, sejumlah pelukis Eropa
memutuskan untuk menetap di Indonesia dan melukis keindahan alam Hindia
Belanda. Lukisan seperti ini diistilahkan Mooi Indie atau Hindie Molek. Istilah ini membuat keingintahuan saya bertambah.
|
Ernest Dezentze, pelukis indo Belanda menghadirkan Sebuah Pemandangan di Sudut Kota Jakarta dalam bentuk Sungai Ciliwung, yang di sisi-sisinya terdapat rumah. Carel Lodewijk Dake menampilkan keindahan Pura di Atas Bukit Bali.
Dinamika Keseharian
Kehidupan sehari-hari
masyarakat yang dialami hadir dalam 11 lukisan. Rutinitas pencaharian hidup
sebagai nelayan, petani, pedagang. Hingga kini, semua itu masih melekat dengan
rakyat Indonesia.
|
Saya mengagumi lukisan Menggaru Sawah di Jawa karya Romualdo Locatelli, pelukis Italia. Petani digambarkan menggunakan peralatan sederhana untuk bertani. Sementara Renato Christiano (1958) mengambil sisi Keluarga Nelayan sederhana yang hendak melaut. Pun Itji Tarmidji menyajikan kerasnya kehidupan nelayan yang harus adu transaksi dengan pemodal besar melalui Lelang Ikan (1963).
|
Saya senang saat
menjumpai lukisan gadis penggembala tiga kambing dalam Ketjintaan karya Tino
Sidin (1963), yang diberikan pada Presiden Soekarno. Tino Sidin guru gambar
favorit saya.
Lee Man Fong
menggambarkan orang Indonesia yang akrab dengan Pendjual Sate (1958). Kesukaan
orang Indonesia mengisi hidup dengan tarian daerah dihadirkan dalam Tari
Redjang (1952-1953) oleh Theio Maier.
|
Tradisi dan Identitas
Di bagian ini
ditampilkan yang berkaitan dengan kebaya.Tahu dong, kebaya merupakan pakaian
tradisional yang menjadi identitas bangsa. Kebaya melekat dalam keseharian
rakyat Indonesia dan terus ada sejak dulu hingga kini. Uniknya, berasal dari
manapun, perempuan yang memakai terlihat cantik dan mandiri. Dari 50 lukisan
bertema kebaya yang dimiliki Istana Kepresidenan, sekitar 15 lukisan dihadirkan
dalam pameran Senandung Ibu Pertiwi.
|
Banyak pengunjung yang
berdecak kagum dengan kecantikan alami lukisan Wanita Berkebaya Hijau
(1955) karya Thamdjidin sehingga berfoto-foto di depannya. Apakah modelnya asli
perempuan secantik itu? Saya pun terkagum-kagum dengan ragam tampilan perempuan
berkebaya lainnya.
|
Wanita Yogya (1952) berkebaya dihadirkan Trubus. Dua Gadis Bali berkebaya dilukiskan Fadjar Sidik. Gaya perempuan berkebaya yang tengah santai bersandar meja ditampilkan Sudarso dalam Tiyul (1952). Perempuan Berkebaya Kuning (1964) dengan tema pemandangan alam muncul dari Sumardi.
|
Selain kebaya, juga dihadirkan perempuan berpakaian tradisional Kalimantan dalam Penari Wanita Kalimantan Timur karya Wardoyo, Gadis Toradja karya Henk Ngantung, dan Halimah gadis Atjeh (1951) karya Dullah.
Mitologi dan Religi
Kepercayaan lokal
Indonesia yang digambarkan melalui kisah pewayangan dan mitos hadir dalam
dua lukisan karya Basoeki Abdullah, yang sangat menyedot pengunjung untuk
berfoto bergantian. Meskipun Indonesia menganut keyakinan agama, mitos
tetap ada. Bisa dibilang, di depan lukisan inilah pengunjung paling banyak
mengabadikannya.
|
Nyai Roro Kidul (1955),
perempuan cantik penguasa Pantai Selatan ini memang sangat mengundang rasa
penasaran sehingga banyak pengunjung menghabiskan waktu berlama-lama
melihatnya. Lukisan Gatot Kaca dengan anak-anak Arjuna Pergiwa-Pergiwati, yang
mengambil kisah Mahabrata versi Jawa, juga tak kalah memikat pengunjung.
Dalam bentuk Religi,
berbagai rupa bentuk keyakinan di Indonesia dihadirkan dalam lukisan Madonna
(1955) karya Sudarso. Menurut pemandu Dabitha, ini menggambarkan sosok
perempuan dihormati sedang menggendong anak, seperti Bunda Maria versi Jawa
dengan bayi Isa.
|
|
|
Lukisan Tiga Pedanda
karya Alimin Tamin, Sembahyang Dewa karya I Gusti Ketut Kobot, dan
Sesaji Dewi Sri karya Ida Bagus Made Polang menunjukkan adanya religi Hindu di
tanah air. Religi Islam dihadirkan oleh karya kaligrafi oleh Ahmad Sadali
dan Subuh (Doa) VIII karya A.D Pirous. Dua karya pelukis abstrak ini
sebelumnya milik Presiden ke-2 Soeharto.
Arsip dan Dokumentasi
yang Melengkapi
Usai menyaksikan empat
tema lukisan Senandung Ibu Pertiwi, pengunjung dapat masuk ke ruang arsip dan
dokumentasi. Pengunjung bisa menyaksikan rangkaian perkembangan Seni Rupa dan
Budaya di Indonesia, yang diprakarsai oleh seluruh Presiden Indonesia, mulai
dari Presiden ke-1 Soekarno hingga Presiden ke-7 Joko Widodo, yang ada di
dinding pameran.
|
Di ruangan itu, juga terdapat koleksi buku Soekarno mengenai seni rupa dan
karya lukisnya. Sebuah etalase panjang berisi dokumentasi terkait kunjungan
kepresidenan terkait seni budaya, pencarian seniman, Sarinah, hingga proses
restorasi lukisan.
Sungguh, saya menjadi
lebih tahu. Setiap presiden memiliki jasa masing-masing dalam pengembangan
seni. Presiden Soekano dengan ragam koleksi benda seninya, Presiden Soeharto
membanguan Taman Ismail Marzuki, Presiden BJ Habibie era berdirinya Galeri
Nasional Indonesia.
|
Presiden Abdurrahman Wahid dengan kebebasan berekspresi dan pameran nusantara, Presiden Megawati yang menginventariasai benda seni dan koleksi Istana Kepresidenan, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono melalui berdirinya Museum Balai Kirti di lingkungan Istana Bogor, dan Presiden Joko Widodo yang memulai tradisi pameran seni rupa koleksi Istana-Istana Kepresidenan RI Goresan Juang Kemerdekaan tahun 2016 dan Senandung Ibu Pertiwi.
|
Tak terasa, saya berada di ruangan pameran Senandung Ibu Pertiwi lebih dari satu jam. Itu pun masih tetap tak puas. Dalam hati berharap, pameran koleksi Istana Kepresidenan untuk masyarakat akan selalu ada di tahun mendatang.
Melihat lukisan koleksi
istana kepresidenan secara langsung terasa beda dan lebih indah ketimbang
melihatnya di buku atau media massa. Sebelum melangkah ke pintu keluar dan
menyerahkan tanda pengunjung, saya menyampaikan kesan dan pesan di buku yang
telah disediakan.
Wow... cuman decakkan kagum dan rasa bangga ya mbak untuk karya anak bangsa. Koleksi buku Soekarno, lukisan tempoe doloe yg masih awet. Andai... aku juga bisa hadir ya...
BalasHapusWah, keren banget pameran lukisan koleksi Istana kepresidenan Indonesia Senandung Ibu Pertiwi ini, kakak. Pelukisnya top semua dan luar biasa masih terjaga baik sampai saat ini walaupun banyak di atas setengah abad umurnya. Semoga artikelnya bisa mewakili kehadiran ya, kakak Dennise.
HapusWah bagus2 nih lukisannya. gwe gk sempet liat kesana u. liat hehehe
BalasHapuswkt itu kesorean mo kesana ya...
Tahun depan semoga ada lagi, kakak. Sayang banget kalau dilewatkan pameran lukisan dari 5 Istana Kepresidenan RI. Terima kasih sudah membaca kakak Arum.
HapusWaaaaaah... beruntungnya mbak bisa datang. Sarat akan sejarah sekali ya ini. Semoga tahun depan saya berkesempatan hadir :)
BalasHapusIya, mbak Ica. Selain menikmati lukisan, bisa sekaligus belajar sejarah bangsa. Makin bangga dengan Indonesia yang indah dan kaya alamnya
HapusSebuah mahakarya seniman bertalenta Indonesia, sebuah kesempatan bisa menyaksikan langsung koleksi yg selama ini tersimpan apik di istana negara
BalasHapusIya, kesempatan langka bisa melihat langsung koleksi lukisan dari 5 istana kepresidenan, di galeri Nasional. Nggak tahu kapan kesampaian keliling istana kepresidenan di lima daerah
HapusLukisan Senandung Ibu Pertiwi ini sangat menawan dan bagus sekali. Karya seni yang patut dihargai.
BalasHapusIya, Lukisan-lukisan koleksi Istana Kepresidenan RI dalam Senandung Ibu Pertiwi memang bagus banget. Karya seni luar biasa yang dihasilkan oleh para pelukis yang juga luar biasa. Beruntung sempat mengunjungi pameran dan mengagumi karya lukisan yang indah.
HapusSedih sekali melewatkan pameran lukisan keren ini. :(
BalasHapusSemoga tulisan ini bisa mewakili, ya mbak Atemalem. Semoga saja, tahun depan ada lagi dengan tema yang berbeda. Aku berharap begitu.
HapusWah ngiri aku sama acara ini. Menggagumi Tokoh2 yang luar biasa melalui karya seni lukisan yang diciptakan adalah kebanggaan yang luar biasa ya. Sebagai penikmat kita jadi tahu tiap personal akan peran2nya
BalasHapusBagus banget karya-karya maestro lukisan yang mengangkat Indonesia sebagai obyek lukisan. Mudah-mudahan setiap tahun pameran lukisan istana kepresidenan ada,
Hapuswow, suka dengan artikel ini.. selain narasi, gambar lukisan lumayan lengkap, makasih banggeett
BalasHapusTerima kasih mas Unggul sudah membaca artikel ini. Semoga bermanfaat tentang pameran lukisan koleksi Istana Kepresidenan.
Hapuspertama lihat2 foto lukisannya seneng bgt
BalasHapusskrg jadi asset ya
Ya, mbak Avy. Koleksi lukisan milik pribadi Presiden Soekarno, termasuk pemberian dari sejumlah negara kini menjadi milik dan aset negara tak ternilai. Masyarakat Indonesia bisa ikut menikmatinya.
Hapusada guide yang memandu gak kak? buat cerita tentang lukisan yang ada.
BalasHapusAda, om Satto. Makanya tulisannya bisa panjang, berkat tambahan penjelasan para pemandu. Setiap subtema pameran lukisan koleksi Istana Kepresidenan sudah dilampirkan beberapa contoh lukisan.
HapusLukisannya bagus - bagus belum sempet kesana
BalasHapusYups, lukisan bagus karya pelukis legendaris Indonesia dan dunia. Semoga tahun depan ada pameran serupa, kakak Andri.
HapusOh ternyata gratis ya? Aku sering banget lewat dan pengen masuk tapi takut bayar mahal hahaa. soalnya dulu pernah nemenin bu boss ngeliat pameran disini dan bayar mahal banget wkwkw
BalasHapusUntuk pameran lukisan koleksi Istana Kepresidenan RI gratis. Kalau pameran lainnya kurang tahu karena Galeri Nasional memang banyak kegiatan. Jadi, kalau ada pameran disitu, lebih baik dicek dulu bayar atau tidaknya kakak Putri.
HapusWah, perlu nih datang kesana, biar lebih tahu tentang berbagai karya yang di miliki negara
BalasHapusYa, lukisan milik negara ini bagus-bagus. Semoga tahun ada digelar lagi pameran lukisan koleksi Istana Kepresidenan RI
Hapus
BalasHapusakh gak sempet dateng ... hiks
Semoga, artikel ini bisa mewakili, ya kakak Idfi. Semoga tahun depan ada pameran koleksi Istana Kepresidenan RI lagi.
HapusSenangnya mbak berkesempatan untuk mengunjungi pameran lukisan di Istana Kepresidenan. Koleksi lukisannya bagus-bagus ya meski sudah berumur puluhan tahun.
BalasHapusYa, mbak Ivonie. Senang banget bisa datang lihat pameran koleksi Istana Kepresidenan RI. Kagum banget, sudah lebih dari seabad tapi masih terjaga baik.
HapusBagus-bagus ya.... sayangnya aku gak sempet kesana.
BalasHapusBagus-bagus, mbak Wian. Semoga tulisan ini bisa mewakili. Mudah-mudahan tahun depan diselenggarakan lagi pameran koleksi Istana Kepresidenan RI
HapusLukisannya bagus-bagus ya, aku belom pernah datang ke galeri lukisan lagi, sudah lama banget, jadi pengen.
BalasHapusYa, lukisannya bagus-bagus karya legenda lukis yang top. Yuk, ke galeri lukisan lagi.
HapusYha! Ga sempet mampir liat koleksi lukisannya deh hiks ... Mudah2an taun dpn bisa ah.
BalasHapusBtw, suka sama lukisan pantai di Floresnya <3
Lukisan Pantai Flores itu yang buat pak Presiden Soekarno sendiri pakai cat air, kemudian beliau minta ke Basuki Abdullah untuk dibuatkan lukisan kanvasnya. Semoga tahun depan bisa liat koleksinya langsung, kakak Timo
HapusBagus2 banget ya lukisannya, nyesel tidak tahu info ada pameran ini :|
BalasHapusSemua lukisannya memang keren. Perupanya kan top semua dan legendaris sampai saat ini. Semoga tahun depan ada pameran koleksi lukisan Istana Kepresidenan RI, ya...
HapusCakep-cakep lukisannya. Baru kali ini lihat pameran lukisan sarat pengunjung. Rasa penasaran ingin tahu lukisan koleksi istana dari pelukis terbaik Indonesia jadi salah satu alasannya. Ayo mba Windhu kapan nih bikin pameran lukisan?
BalasHapusPameran lukisan ini menyedot banyak pengunjung karena seluruhnya merupakan koleksi lukisan dari 5 Istana Kepresidenan RI. Kalau berkunjung satu per satu ke berbagai istana presiden di daerah-daerah, entah kapan terlaksana. Nah, momen seperti ini biasanya yang ditunggu masyarakat (termasuk aku sih). Suatu saat, aku bikin pameran lukisan juga, ya.. :)
Hapuspenjelasan yang apik, plus tulisan-tulisan yang menarik
BalasHapusTerima kasih, mas Ipong. Semoga bermanfaat tulisan ini
HapusKeren semua lukisannya! Apalagi ini koleksi lukisan yang nggak semua orang bisa lihat kan karena adanya di Istana Kepresidenan. Beruntung banget deh bisa menyaksikan langsung.... Duh jadi kepingin main ke Galeri Nasional deh.
BalasHapusYuk, mbak tya main ke Galeri Nasional. Banyak yang bagus dipamerkan di situ. Kalau koleksi Istana Kepresidenan RI, mudah-mudahan tahun depan ada lagi.
HapusSelali kagum liat lukisan... pelukis itu punya daya imaginasi tinggi.. ada lukisan pak Tino Sidin ya.. jadi inget dulu acara pak tino di tipi..
BalasHapusLukisan memang perlu daya imajinasi tinggi. Ya, ada lukisan pak Tino Sidin, guru menggambar kesukaan anak Indonesia di TVRI.
Hapus