Menjahit merupakan salah satu bentuk keterampilan yang dipelajari di Siswawirausaha PBM Ginus ITACO, Bekasi. (dok.windhu) |
Education is The Most Powerful Weapon
Which You Can Use To Change The World (Nelson Madela-Presiden Afsel)
KUTIPAN
yang disampaikan oleh Nelson Mandela, Presiden berkulit hitam pertama asal
Afrika Selatan mewakili pentingnya sebuah pendidikan. Bila dimiliki dan
digunakan dengan tepat, pendidikan dapat menjadi senjata yang bisa digunakan
untuk mengubah dunia. Setidaknya, mengubah kehidupan dunia milik seseorang.
Selama ini, pendidikan sudah
banyak memberi bukti jika dapat mempersempit
jurang kesenjangan yang terjadi dan kemiskinan yang membelit. Mampu
menjadikan seseorang menjadi yang lebih baik hidupnya.
Setidaknya, itulah yang saya
dengar dan saya lihat saat berkunjung ke Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
Global Inspirasi Nusantara - International Technology and Automotive College
(PKBM GINUS ITACO),18 Maret 2018. Saat
itu, saya bersama bersama rombongan komunitas Dearblognet dan C2Live.
Melihat jari jemari tangan
Nurhasanah bergerak lincah menjahit kain di menggunakan mesin jahit di lantai
dua PKBM, membuat decak kagum. Perempuan muda yang termasuk murid angkatan awal
itu menceritakan jika mengenal menjahit dari PKBM, yang terletak di Jl.
Lapangan Bekasi Tengah No.3, Margahayu, Bekasi Timur, Kota Bekasi.
Begitupun dengan Alfiyatun.
Perempuan muda berkerudung ini pun mengatakan jika di rumahnya tidak punya
mesin jahit. Namun, saat ini Alfi sapaannya, bisa membuat berbagai hasil karya
menjahit, mulai dari pouch, tas kain, hingga pakaian.
Baik Alfiyatun dan
Nurhasanah kini bahkan telah menjadi pengajar bagi angkatan di bawahnya dalam
menjahit. Berbagi ilmu yang didapatnya dan tentu saja sekaligus untuk
mendapatkan penghasilan dari jerih payah yang telah dilakukan.
Saat melihat Nurhasanah
menjahit, pouch bertuliskan nama bank besar di Indonesia terlihat diletakkan
dekat mesin jahit. “Tidak butuh waktu lama kok membuat pouch,” kata Nurhasanah.
Tak hanya kedua perempuan
muda ini sebenarnya. Salut hadir saat mendengar kisah Reza, lelaki muda putus sekolah menengah pertama (SMP) yang
dulunya hanya bekerja di sebuah rental Play Station.
Kini, Reza yang memiliki
minat terhadap desain memperoleh kehidupan yang lebih layak dengan penghasilan
yang lebih besar, setelah menempuh pendidikan di PKBM Ginus Itaco. Bahkan Reza
yang saat ini bekerja di sebuah konsultan cukup ternama, bisa mengajarkan
desain grafis kepada adik-adik angkatannya.
Bersekolah
Sambil Berwirausaha
Banyak hal yang menyebabkan
seseorang menjadi putus sekolah. Kendala biaya dan kemiskinan tak jarang
membuat jenjang pendidikan tidak bisa dilanjutkan lagi. Dengan pendidikan yang
rendah, upah atau hasil kerja yang diterima pun umumnya sangat rendah. Ini
menjadi mata rantai kemiskinan yang biasanya berputar.
Menyadari persoalan pelik
itu, Susi Sukaesih SE melalui PKBM Ginus Itaco, membekali siswa-siswanya dengan
pendidikan sekaligus berwirausaha. PKBM Ginus Itaco yang dulunya bernama SMK
ITACO yang didirikan perempuan ini, mencetak lulusan-lulusan yang memiliki
keahlian yang bisa diterapkan di masyarakat. Termasuk memberi keterampilan di
bidang IT.
PKBM yang memulai pendidikan pada Juli tahun 2012 dan
mengantungi izin operasional dari Dinas Pendidikan Kota Bekasi itu bukanlah
sekedar sebuah sekolah kejar paket bagi anak putus sekolah. Bukanlah tempat
untuk sekedar mengejar sebuah ijazah kelulusan kesetaraan atau persamaan.
“Kalau hanya mencari ijazah,
disini bukan tempat yang tepat. Kami mensyaratkan siswa komitmen menempuh
pendidikan minimal selama dua tahun,”
kata Susi, yang kerap disapa icus.
Bersekolah di PKBM Ginus
ITACO tidaklah setiap hari seperti sekolah formal. Jumat hingga Minggu
merupakan waktu belajar. Namun, bukan hal yang mudah untuk mengajak dan mempertahankan anak-anak putus sekolah bisa
menempuh pendidikan kembali.
Kekurangan ekonomi, pemahaman, serta izin dari orang tua perlu didapatkan agar proses pendidikan bisa berjalan dengan mulus. Karenanya, PBM Ginus Itaco sempat lima kali ganti tempat.
Kekurangan ekonomi, pemahaman, serta izin dari orang tua perlu didapatkan agar proses pendidikan bisa berjalan dengan mulus. Karenanya, PBM Ginus Itaco sempat lima kali ganti tempat.
Sebanyak 20 siswa tercatat
di tahun pertama. Setelah itu berhasil
meluluskan sebanyak 40 siswa. Tahun 2013, Siswa Wirausaha dibuat dengan usaha
mug printing.Hal yang membanggakan Susi dari PKBM Ginus Itaco adalah prestasi
yang dihasilkan.
Siswa PKBM Ginus Itaco mampu
meraih Juara Harapan 2 Lomba Web Desain se-Kota Bekasi, Juara 2 Lomba
Wirausaha, dan berpartisipasi dalam Guruku Education Festival. Selain itu
memperoleh peliputan media.
Saat ini di jenjang
pendidikan nonformal PKBM Ginus Itaco, terdapat 40 siswa masih belajar. Mereka dibekali
programming, wirausaha, desain grafis, broadcasting. Di PKBM ini, para siswa
dibekali kemandirian dan keterampilan yang bisa menjadi bekal hidup. Dengan
sendirinya, lebih siap menghadapi dunia kerja.
Tak
Ada Alasan Tak sekolah
Masalah ekonomi atau tidak ada biaya kerap menjadi
alasan seseorang putus sekolah. Namun, di PKBM Ginus Itaco yang 100% ditujukan
gratis untuk dhuafa/yatim/piatu ini, hal itu tidak berlaku.
Sambil menempuh pendidikan,
siswa PKBM bisa mendapatkan penghasilan dan keahlian wirausaha. Seluruh hasil
keterampilan, misalnya menjahit dikerjakan sendiri oleh siswa. Rata-rata setiap
siswa memperoleh sekitar Rp.500.000-Rp.1.000.000 per bulannya.
Tentunya dengan penghasilan
yang diperoleh siswa ini bisa digunakan untuk menunjang pendidikan, membantu
biaya sekolah, juga bisa membantu keluarga.
Hingga kini, usaha di bidang konveksi baik eceran maupun corporate
market.
Siswa wirausaha pun melayani
pembuatan souvenir untuk pernikahan dan
event. Hasil karyanya begitu memesona. Itu terlihat dari beragam produk yang
dihasikan Siswa Wirausaha yakni Itaco : tas & aksesoris premium, Bags : Tas
& Aksesoris Ekonomi, Hade Preloved : Aksesoris dari bahan pakaian layak
pakai, dan Hade kids : Batik Anak.
Bentuk desain yang apik,
jahitan yang rapi dan bagus, dan warna-warni yang memikat, tak kalah dengan
produk-produk berkelas. Pantas saja, sejumlah instansi memesan hasil karya
siswa wirausaha sebagai souvenir bagi para pelanggannya (customer). Hasil
produk siswa wirausaha berikut harga bisa dilihat www.siswawirausaha.com
Donatur,
Volunteer, Promosi
Memasuki tahun ke-6, PKBM Ginus ITACO terus membuka diri
untuk membekali siswa-siswanya dengan kemampuan ilmu dan wirausaha. Namun di
sisi lain, pusat belajar masyarakat ini juga mempersilakan berbagai pihak untuk
turut membantu mengembangkan siswa wirausaha.
Setidaknya, ada hal yang
bisa dilakukan yang bisa dilakukan masyarakat untuk membantu PKBM yang memang
ditujukan bagi kaum dhuafa/yatim/piatu ini, yakni :
1. Menjadi Donatur
Dana yang diterima dapat
memperingan biaya operasional sekolah dan membantu fasilitas kegiatan belajar
mengajar. Menjadi orang tua asuh juga bisa dilakukan untuk memperingan biaya
praktik.
2. Menjadi Relawan
(volunteer)
Relawan yang mampu mengajar
keterampilan dan wirausaha dapat membantu keahlian para siswa yang tengah
belajar.
3. Mempromosikan
Banyak sekali karya-karya
siswa wirausaha yang bagus. Contohnya saja hasil menjahit yang terdiri atas
tas, pouch, maupun baju. Selain bisa membeli, mempromosikan keberadaan siswa
wirausaha ini merupakan langkah yang baik agar orang lebih tahu dan bisa
melihat langsung karya-karya apik.
Nah, bagi yang ingin mengetahui lebih
lanjut mengenai siswa wirausaha tahap awal, selain dapat membuka di halaman websitenya
siswawirausaha.com, IG : @siswawirausaha, IG :@siswawirausaha.katalog, Fanpage
: Siswa Wirausaha, Shopee : siswa.wirausaha, dan WA 08571433250.
Menarik bgt ini infonya Ndu. Buat para ade2 yang mengalami putus sekolah, smoga generasi ke depan lbh maju lg ya
BalasHapusWahh anak anak putus sekolah bisa punya ketrampilan. Mendididk banget ini ya, mereka bisa punya keahlian dan mengisi kegiatan dengan positif. Dan menghasilkan pula.
BalasHapusmemang begini seharusnya kurikulum sekolah, semarak dengan skill kewirausahaan. era now menuntut keterampilan bukan melulu teori yg hidup dalam buku teks
BalasHapusaku kemarin lewatin ini mba.. kece ya tempatnya
BalasHapusApresiasi buat PKBM yang telah banyak membantu masyarakat dalam hal memberikan pendidikan dan keterampilan sehingga anak anak bangsa menjadi lebih kreatif dan mandiri.
BalasHapusUntuk adik-adik yang putus sekolah, bukan berarti mereka tidak bisa apa-apa. Justru keterampilan yang diajarkan ini bermanfaat sekali agar mereka bisa lebih mandiri.
BalasHapusKeterampilan ilmu dan usaha yang diberikan semoga bisa mengangkat taraf hidup anak-anak putus sekolah ini.
BalasHapussalut banget sama siswa2 tsb dan mba Susi sbg foundernya.. kerennn...
BalasHapussetuju tak ada alasan untuk tidak sekolah ya. Kalau belajar bisa dari mana pun. Semoga melalui keterampilan yang diberikan dapat membuka peluang usaha nantinya ya buat anak-anak ini. Keterampilan menjadi hal yang akan mengangkat juga derajat mereka.
BalasHapusBerharap banget sejenis sekolah ITACO ini ada di wilayah Cianjur bagian selatan. Supaya anak putus sekolah dan para pengangguran bisa punya pilihan lagi untuk belajar berwirausaha.
BalasHapusAda sih STM atau SMK di setiap kecamatan cuma kan lebih banyak ke teori dan praktek seperti di ITACO ini sangat kurang.
Dengan ketrampilan yang ada, semoga dapat memberikan bekal untuk berwirausaha.
BalasHapusBanyak manfaatnya ya, pertama anak diajarkan untuk kreatif lalu mandiri minimal untuk uang sekolahnya. Nantinya PKBM Ginus ITACO perlu diadakan di kota2 lain nih Mba..
BalasHapusDengan banyaknya pelatihan, bisa menjadi modal dasar untuk para generasi muda memiliki keterampilan. Niscaya, bisa mandiri di hari depannya dan bukan tidak mungkin akan membuka lapangan kerja baru.
BalasHapuspelatihannya kerennnnn.. bisa melatih kreatifitas, walaupun putus sekolah mereka tetap punya keahlian.. semoga bisa jadi modal untuk para generasi penerusnya
BalasHapusAh semoga makin banyak yg seperti ini. keren ya... inspiratif, patut dicontoh. Karena tidak semua orang bisa beruntung bisa terus sekolah sampai jenjang tertinggi :)
BalasHapus