Petugas Smart Citizen Day 2019 di Opus Grand Ballroom membantu pengunjung menjadi smart citizen untuk memetakan permasaahan di DKI Jakarta (dok.windhu) |
Jangan
banyak galau. Nggak usah bingung-bingung untuk melakukan sesuatu. Mulailah dari
hal yang sederhana. Tidak perlu menunggu ide yang luar biasa untuk bisa mengawali suatu karya bermanfaat dan menciptakan
inovasi yang disukai banyak orang.
“Tidak
semua ide brilian, tiba-tiba terpikir keluar. Saat baru memulai bisnis, sebenarnya
selalu berangkat dari ide yang sederhana,
“ kata Stefanie Kurniadi, Co-Founder of CRV Group, di Smart Citizen Day 2019 di
Grand Opus Ballroom Tribrata, Jakarta, Kamis 28 Maret 2019.
Qlue (dok. windhu) |
Menurut Stefanie, hal ini bisa menjadi tips bagi anak muda yang didengarnya suka galau. Mulailah dari seseuatu yang sederhana. Kenapa? Sebab, sebelum bisnis kuliner yang dijalaninya saat ini melebar, diterima, dan dikenal berbagai kalangan, Stefanie dulu pun membangun dari yang sederhana.
Bisnis
kuliner Stefanie, yang kini sangat top di kalangan anak muda, di antaranya nasi
goreng mafia dan bakso boejangan, melampaui
perjalanan yang tidak mudah. Bukan juga bisnis pertama yang langsung jadi. Sebelumnya,
sudah pernah punya bisnis selama 9 tahun dan merugi.
Diskusi Smart Citizen Day yang menghadirkan pembicara kompeten (dok. windhu) |
Pengalaman
bertahun-tahun lantas membuka pemikiran,
bisnis apakah yang benar-benar bisa
sustain? Orang Indonesia kan banyak. Apa sih yang mereka butuhkan? Dilatari memang
suka makan dan anggapan siapa yang tidak suka kulineran, akhirya dimulailah bisnis
yang berhubungan dengan kebutuhan pokok manusia.
Kuliner
dinilai bisa sustain. Orang Indonesia
suka dan butuh makan. Ternyata benar, kuliner menjadi salah satu entry point
yang mudah, meski seringkali menjebak banyak orang. Masuk ke dalam bisnis
kuliner itu mudah, tapi mempertahankannya tidaklah demikian.
Stefanie
berangkat dari membuat daftar makanan yang memberikan kenyamanan, mengandung
nostalgia, dan diolah tradisal, yang disebut comfort food. “Pernah membuat
daftar. Jumlahnya ternyata tidak lebih dari jari jumlah jari, yakni hanya ada
10 makanan, yang dimakan dari Senin hingga Minggu. Setelah itu diulang lagi,”
tutur Stefanie.
Jadi,
saat memilih produk kuliner seperti ini, lanjut Stefanie, nggak perlu modal
yang gede dan tidak perlu lama mengedukasi orang lain atau konsumen untuk
menyukai produk dimilik. Sederhana saja, jual kopi, bakso, nasi goreng.
Semuanya
dimulai dari ide awal sederhana. Ingin punya bisnis yang mampu bertahan
bertahun-tahun, dan bisa didiwariskan ke anak cukup. Selain juga bisa menjangkau
luas.
Mengulik,
menurut Stefanie, adalah satu-satunya cara yang membedakan seseorang nanti
akhirnya gagal atau berhasil. Inilah cara terjitu mencari peluang.
Sejak
awal, tantangan selalu ada.
Ini
berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki
saat memulai. Kalau mau naik ke level berikutnya, harus mengikuti. Misalnya
dari angka 5 ingin meraih angka . Disinlah biasanya ada sejumlah orang tersaring.
“Kalau bisa bertahan dan ngulik terus. Selama orang
lain di dunia pernah dan mampu melakukan itu, pasti bisa. Tinggal kita cari
caranya dan menemukan best practice orang yang pernah melakukan itu dan cari
mentor. Sedalam mungkin ngulik, maka semakin pintar dan paham, “ tutur
Stefanie.
Satu
hal, jangan terjebak dengan sudut
pandang diri sendiri. Menjadi entrepreneur, tapi ingin memaksakan konsumen atau masyarakat
harus menerima hal itu. Harus memandang juga dari sisi Konsumen bisa menerima
atau tidak. Dengarkanlah apa yang konsumen lakukan di medsos.
Medsos?
Ya, keberadaan medsos saat ini sangat dahsyat. Nasi goreng mafia awalnya menggunakan
media twitter. Beberapa tahun lalu, konsumen terbesar adalah mahasiswa, yang
kini tentu sudah jadi profesional muda.
Dwi
Adriansah, Country Industry Head, Indonesia and Malaysia at Twitter mengatakan,
twitter adalah tempat mencari informasi di seluruh dunia. Tempat perbincangan
terbesar di Indonesia. Dalam penyampaian konten, pun paling cepat.
Informasi
twitter sangat cepat dan massif. Dari
sisi produk, harus memastikan algoritma
terdeliver ke orang yang tepat.Twitter sebagai platform ada tantangannya. Era 2009-2010 banyak sekali konten-konten yang
sangat merugikan.
Dwi
menjelaskan, dalam bermedsos sebaiknya kenali tiga hal, yakni pertama kenali platform. Misalnya twitter memiliki
karakteristik yang brebeda. Siapapun bisa mellihat konten meski belum tentu
pengguna twitter.
Kedua,
kenali kontennya,dalam artian misal melihat sebuah konten, apakah konten ini
relean dan banyak manfaatnya atau justru banyak mudharatnya. Ketiga, apa yang
kita lakukan disaat kita melihat pelanggaran.
Qlue dan Smart Citizen Day 2019
Suatu hal yang sederhana
membuat bisnis kuliner Stefanie besar. Ide yang
berawal dari hal sederhana dan tidak terlalu tinggi pun, disampaikan
oleh founder dan CEO Qlue Rama Raditya. Qlue yang didirikan pada tahun 2014 di
Jakarta, berhasil menerapkan konsep Smart City pertama di Indonesia bersama
pemerintah Jakarta.
Jauh sebelum itu, semula dari
sebuah pemikiran yang kemudian tercetus menjadi ide. Jakarta identik dengan
sampah dan banjir. “Kita coba riset kenapa pemerintah tidak bisa solve problem.
Ternyata bupati dan walikota tidak bisa mengetahuinya. Karena itu, kenapa tidak
membangun jembatan pemerintah di masyarakat,” tutur Rama, dalam diskusi panel
yang dipandu Valerie Daniel.
Melalui Qlue, data-data yang
berasal dari laporan masyarakat bisa langsung direspon dan ditindaklanjuti oleh pihak kota atau kabupaten. Mulai dari
masalah sampah, banjir, trotoar, dan lainnya. Kepercayaan masyarakat pada kinerja
pemerintah pun meningkat.
Kini, Qlue dipercaya oleh
lebih dari 15 Kota, 10 Pengembang Properti, 17 Departemen Kepolisian Daerah,
dan 5 Lembaga Pemerintah untuk memberikan berbagai solusi Smart City.
Untuk mengakselerasi
perubahan positif di seluruh dunia, yang dimulai dari Indonesia, diupayakan
smart city hadir di setiap kota Indonesia. Pada tahun 2020, diperkirakan sebanyak
54 % populasi Indonesia akan berada di kota dan akan selalu bertumbuh hingga 9 % setiap tahunnya.
“Ini berarti urbanisasi yang
sangat besar. Untuk itu, Indonesia membutuhkan kota yang smart. Kota yang dapat
tumbuh dengan positif degan bantuan regulasi, teknologi, dan infrastruktur, yang
dinamakan smart city,” tutur Rama.
Namun, esensi humanis, yakni
keberadaa warga itu sendiri di sebuah kota. Warga yang cerdas, yang memiliki visi yang sama dengan
pemerintahnya tidak bisa ditinggalkan.
Smart city hadir untuk
mendorong gotong royong, meningkatkan partisipasi publik dukungan pemerintah,
dan inovasi baru dari pihak swasta. Smart Citizen.
Untuk itulah Qlue menginiasi
dan mempersembahkan Smart Citizen Day 2019. Pertama kalinya di Indonesia, d eklarasi
smart citizen pertama yang diucapkan oleh 34 perwakilan individu/organisasi/key
opinion leader dari setiap provinsi di Indonesia.
Menteri Kominfo Rudiantara
menekankan, jika teknologi memberikan kesempatan untuk bergotong royong.
Sharing ekonomi yang dilakukan disebut juga gotong royong. Contohnya adalah
Gojek, yang melakukan sharing ekonomi melalui transportasi dan kuliner.
Di era digital, status pemerintah pun berubah.
Dulu pemerintah hanyalah regulator, kini tidak bisa lagi dan berubah menjadi
fasilitator dan akselerator. Terutama sebagai akseslerator start up digital di
Indonesia.
Smart citizen tidak lagi
bisa menunggu. Dalam era digital, generasi muda jangan hanya menjadi generasi
pengguna teknologi. Harus memanfaatkan teknologi melalui karya dan inovasi yang
bremanfaat. Salah satunya menjadi enterpreneur. Memulainya? Menjadi smart citizen, awalilah dari yang
sederhana dan di sekitar kita!
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung dan memberikan komentar positif demi kemajuan dan kenyamanan pembaca.