Langsung ke konten utama

Ini Yang Harus Diketahui Tentang Harta, Tahta, dan Wanita dalam Budaya Batak

Budaya Batak
Budaya Batak di Indonesia (dok.windhu) 

Benarkah perempuan Batak tidak mendapatkan warisan? Benarkah budaya Batak membatasi perempuan untuk berkembang? Seperti apa posisi perempuan Batak dalam pernikahan? Bagaimana pengaruh perubahan zaman saat ini dan peran hukum terhadap budaya Batak dalam pernikahan?

 Pertanyaan-pertanyaan ini mengemuka saat bicara mengenai perempuan Suku Batak.  Sebagai salah satu suku yang berada di Provinsi Sumatera Utara, Suku Batak memiliki keunikan tersendiri di kalangan masyarakat Indonesia, negara yang memiliki ribuan suku tersebar di berbagai provinsi.

Keberadaan Suku Batak sangat mudah dikenali. Bukan hanya karena populasinya yang juga bisa dibilang besar, Suku Batak memiliki ciri khas nama marga, yang belum tentu dimiliki suku lain.  Marga ini merupakan penanda asal keturunan orang Batak. Konon, jumlahnya mencapai 500 marga!

Orang Batak memegang teguh garis keturunan bapak (patrilineal) atau patriarki. Karena menganut patriarki, maka pemberian marga berasal dari garis bapak jika seseorang menikah. Patriarki merupakan sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam  berbagai peran masyarakat.


Diskusi Harta Tahta, Wanita Batak
Disskusi Harta,Tahta, Wanita di WBE (dok.windhu)


 Bicara mengenai garis patriarki sebenarnya bukanlah hal yang baru, meski terkadang sering kali ditentang oleh kaum feminis. Mayoritas suku-suku yang terdapat di negara Indonesia juga menganut sistem patriarki sejak leluhur, terlepas memiliki marga ataupun tidak. Peran laki-laki alias bapak merupakan sosok dominan.

 Namun, dalam masyarakat bermarga seperti Batak, dominasi dan kuatnya sistem patriarki seakan lebih terasa, terutama bagi masyarakat awam. Jika seseorang perempuan menikah, secara otomatis nama yang digunakan di masyarakat adalah marga suaminya.  

 “Dalam budaya batak itu memang patriarki, saya marga Simanjuntak, ketika menikah maka menjadi nyonya Situmorang,” kata Martha Simanjuntak, pendiri ChathaUlos, sebuah merek wastra ulos,  dalam talkshow  Harta, Tahta, Wanita. Patriarki dalam Budaya Batak, Peran Hukum dalam Mengadaptasi Budaya Batak.

 Dalam takshow yang diselenggarakan di Smesco Convention Hall, Sabtu 7 September 2024, hadir Ina Rachman S.H. M Hum, sebagai managing  parnter, Maestro Patent Internasional yang mengupas mengenai peran hukum menyangkut Harta, Tahta, dan Wanita dalam mengadaptasi budaya Batak.


Diskusi Harta, Tahta, Wanita Batak
Suasana Diskusi Harta, Tahta Wanita di WBE 2024 (dok.windhu)


 Harta Waris Perempuan dalam Budaya Batak

Harta bagi seorang perempuan salah satunya bersumber dari warisan. Suku Batak yang terdiri atas Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Mandailing, dan Batak Karo, memiliki ketentuan adat dalam pembagian waris. Lantaran menganut garis patriarki, pembagian hak waris juga ditarik berdasarkan keturunan laki-laki.

Pewaris dalam adat Batak adalah laki-laki karena kedudukan laki-laki sebagai pembawa nama marga. Kedudukan perempuan dalam hak waris lebih rendah. Dengan kata lain, bisa dibilang jika perempuan Batak tidak mendapatkan harta warisan.  Hal ini terkait bahwa perempuan jika menikah akan keluar dari keluarga dan mengikuti suami.

Martha Simanjuntak, sebagai seorang asli perempuan Batak mengakuinya. Masih dapatkah warisan dari marga Simanjuntak? “Kalau perempuan, nggak sih ya,” ujarnya, saat ditanya Ina Rachman, yang hadir sebagai ahli hukum.


Helaparumaen
Helaparumaen di WBE 2024 Smesco (dok,windhu)


Lalu, adilkah jika perempuan Batak tidak memiliki hak waris? Di Indonesia, Ina Rachman menjelaskan, terdapat hukum positif yang tertulis, mengikat, dan ditegakkan melalui pemerintah atau pengadilan secara nasional, seperti UU, KUHP, dan KUHPerdata. Selain itu, terdapat juga hukum agama yang mengatur berdasarkan ketentuan agama dan hukum adat yang biasanya tidak tertulis namun dipegang kuat oleh adat.

Nah bicara mengenai hukum positif dengan budaya batak ini berbeda. Secara adat dan budaya, perempuan Batak tidak dapat warisan. Kalau ada seorang perempuan Batak mendapatkan harta dari orang tuanya, itu bukanlah karena harta warisan. Harta yang diberikan merupakan bentuk kasih sayang orang tuanya.

Lalu, untuk pembagian harta warisan dalam budaya Batak, manakah yang sebaiknya digunakan? Ina Rachman menegaskan, itu kembali pada kesepakatan yang diambil oleh pihak keluarga dan penerapan yang dilakukan.

“Harta dalam arti hukum positif (waris) tergantung yang mau digunakan apa. Karena di Indonesia  mayoritas beragama muslim, Batak Islam juga banyak. Perempuan dan laki-laki tetap ada hitungannya jika menggunakan hukum agama Islam,” tutur Ina Rachman.


Perempuan dan Ulos
Perempuan dan Ulos (dok.windhu)


Suku Batak, selain banyak yang beragama Kristen, namun ada juga yang beragama Islam, terutama di wilayah Simalungun dan Karo. Jika menggunakan hukum agama Islam, ketentuan jumlah persentase harta warisan untuk perempuan muslim sudah tertera.

“Jika ingin menggunakan hukum Islam, maka sesuai dengan ketentuan pembagian waris berdasarkana agam untuk laki-laki dan perempuan.. Jika ingin menggunakan hukum positif di Indonesia, ada ketentuan mengenai hukum perdata. Namun, jika tetap ingin mempertahankan budaya Batak pun bisa. Ini merupakan pilihan mana yang akan diambil,” jelas Ina Rachman.

Kenapa begitu? Hal ini mengacu pada kata waris, yang artinya mengatur. Waris itu berbeda dengan hukum pidana yang menekankan pada orang yang melakukan tindak pidana dan harus menerima pidananya. Kalau waris itu diberikan secara hukum islam, positif, atau budaya.

Namun, apakah semuanya sama kedudukannya? Selama ada kesepakatan dari seluruh ahli waris itu sah. Yang tepenting, adalah jangan sampai ada complain. Di sisi lain, rata-rata untuk muslim di Indonesia termasuk Batak, umumnya menggunakan hukum waris secara islam dalam hitungannya.


Ulos
Ulos Batak (dok.windhu)


Lalu, apakah perempuan Batak tidak menginginkan dapat warisan seperti halnya laki-laki Batak? Perlu diingat, banyak orang tua Batak walaupun tidak memberikan harta warisan kepada anak perempuannya, sudah menyiapkan hal lainnya. Biasanya, orang tua memberikan perhiasan atau bisa saja sesuai kesepakatan.

Martha Simanjuntak mencontohkan, misalnya dalam penjualan rumah utama, semua sepakat. Orang tua suku Batak dapat membuat wasiat untuk membagi hasil penjualan rumah dalam jumlah yang sama antara laki-laki dan perempuan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan jika penerapan wasiat, hukum positif, atau hukuman dikembalikan lagi kepada kesepakatan dari pihak keluarga. Terkait harta waris , tidak ada paksaan untuk menggunakan Budaya Batak. Hal ini juga dibenarkan dalam pelaksanaannya.


Ulos Barak 1
Latar Ulos Batak (dok.windhu) 


Tahta Perempuan Batak

Saat ini sudah banyak wanita-wanita Batak yang hebat, memiliki peran, berpendidikan tinggi, ataupun memiliki jabatan dalam pekerjannya. Banyak perempuan Batak yang sangat tenar di kalangan masyarakat Indonesia, bukan hanya masyarakat Batak karena profesinya.

 Contohnya, Pemimpin Redaksi Kompas TV Rosiana Silalahi atau Martha Simanjuntak sendiri dengan kecintaannya pada kriya ulos sehingga mendirikan Chatha Ulos. Artinya, Budaya Batak tidak mengkerangkeng perempuan Batak untuk berkembang.  Tentu dengan catatan,  bentuk dari pilihan keberanian dan pemahaman perempuan itu sendiri.

Sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin maju, pola pikir dan tindakan yang diambil orang tua Suku Batak di masa kini dan nantinya di masa depan akan berbeda dengan yang telah dilakukan di masa lalu. Tentunya, ada perubahan juga dalam pengambilan keputusan yang terbaik untuk keluarga.

Secara karir, di tanah Batak, tidak ada penghalang perempuan lebih hebat dari suaminya. Memang di Indonesia,  banyak perempuan yang sudah menikah ingin mengasuh anak saja. Tapi, untuk Batak, kembali lagi pada keluarganya.

Jika mendapatkan keluarga yang support, suami dan mertua mendukung untuk bekerja dan tidak melarang, perempuan dapat berkarir maju dan berpendidikan tinggi. Bahkan, menurut Martha, suaminya yang asli Batak memandang, jika perempuan pintar itu mlah bisa mengangkat derajat keluarga.
Namun, Martha tidak menampik ada juga yang melarang bekerja. Kalau di kota besar, tentu lebih maju. Di daerah, mungkin saja yang mengharuskan untuk mengurus anak. Namun, mamak-mamak Batak saat ini ingin anaknya bisa keluar merantau dari Indonesia untuk membangun kampung nantinya.


Weeding Batak Exhibition
WBE 2024 (dok.windhu)


Penghargaan Pada Perempuan Batak

Berkembangnya dan perubahan zaman juga membawa perubahan pada budaya. Meski demikian, ada yang tetap tidak berubah dalam Budaya Batak. Misalnya, hak waris dan tahapan-tahapan pernikahan Batak. 

Perempuan Batak yang disebut sebagai pendamping laki-laki tetap merupakan perempuan yang berperan sebagai ibu yang melahirkan, mengurus anak dan keluarga. Namun disisi lain, perempuan Batak tetap dihargai karena kemuliaan sebagai perempuan. Selain juga, karena saat ini banyak perempuan yang memiliki pendidikan tinggi dan profesi bagus.

Untuk itulah, Ina Rachman menegaskan, tidak bisa dibilang jika Budaya Batak jelek dan mendiskriminasi perempuan. Karena memang peraturannya seperti itu dari nenek moyangnya. Bisa jadi, itulah sebabnya banyak perempuan Batak menikah dengan di luar orang Batak. Terlebih, generasi sekarang cenderung tidak mau ribet.

Dalam pernikahan Batak, peran keluarga besar sangat berpera. Jika terjadi sesuatu dalam pernikahan seperti perceraian, yang akan ada campur tangan keluarga besar juga. Semua ini berpulang lagi pada  orang Batak yang memiliki kepatuhan pada adat dan budayanya. Sulit untuk mengubah sesuatu yang sudah mengakar. Melesatarikan budaya boleh saja di zaman yang berkembang, Namun, Orang Batak tetap punya karakter harga diri dan kekeluargaan yang kuat.


Hiburan WBE
Salah Satu Hiburan di Wedding Batak Exhibition 2024 (dok.windhu)


Mengenal Batak di Wedding Batak Exhibition 2024

Untuk mengenal Batak bisa dilakukan dengan mendatangi kegiatan bersentuhan dengan tanag batak. Seperti "Wedding Batak  Exhibition 2024," sebuah acara yang pertama kali digelar di Indonesia untuk merayakan dan mempromosikan kekayaan budaya Batak., yang dipersembahkan Helaparumaen dan Chathaulos  pada 7-8 September 2024 di SMESCO Convention Hall Jakarta,

Menurut Martha Simanjuntak, Project Director WBE 2024 yang aktif di IWITA, kegiatan bukan sekadar pameran. Dirancang untuk mempertemukan para vendor pernikahan Batak dan nasional dengan calon mempelai, sekaligus memberikan ruang bagi talenta muda untuk menampilkan keterampilan dan kreativitas mereka dalam fashion, musik, dan tarian tradisional Batak.

 Selain untuk mengangkat UMKM yang melestraikan dan memperkenalkan budaya Batak, dengan tagline, "Batak untuk Indonesia" seakan menegaskan jika budaya Batak dengan segala tradisi, adat, dan nilai-nilainya memperkaya keragaman budaya Indonesia. 

Mengetahui Budaya Batak sungguh menarik karena Tanah Batak juga merupakan Wonderful Indonesia yang merupakansalah satu daerah wisata superprioritas di Indonesia. Kesempatan untuk mengenal Budaya Batak dapat dilakukan dalam kegiatan Wedding Exhibition Batak yang dapat menjadi bagian dari wisata Enjoy Jakarta(***)




 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Minggu Pagi di Aksi #TolakPenyalahgunaanObat Car Free Day

MATA saya menatap kemasan kotak bertuliskan Dextromethorphan yang ada di meja BPOM. Di atas meja itu terdapat sejumlah obat-obatan lain bertuliskan warning, yang berarti peringatan. Ingin tahu saya memegangnya. Membaca kotak luar kemasan obat itu.  “Ini obat apa?” tanya saya. Adi, petugas BPOM itu memperlihatkan isi kotak kemasan. Menurutnya, obat Dextromethorpan sudah ditarik dari pasaran. Sudah tidak digunakan lagi karena dapat disalahgunakan oleh pemakainya. Dextromethorpan yang di kotak kemasannya tertera generik dan terdiri dari 10 blister ini masuk dalam kategori daftar G. Banyak yang menyalahgunakannya untuk mendapatkan efek melayang (fly). Fly? Pikiran saya langsung teringat kepada peristiwa penyalahgunaan obat yang menghebohkan negeri ini satu bulan lalu di Kendari, Sulawesi Tenggara. Korbannya yang anak-anak masih pelajar dan mahasiswa ini. Pertengahan September 2017, semua terkaget-kaget dengan kabar yang langsung menjadi topik pembicaraan

PopBox, Solusi Anti Repot Untuk Kirim, Titip, dan Ambil Barang via Loker

Pernah lihat lemari loker seperti ini? Smart locker yang disebut PopBox saat ini berjumlah 300 buah, yang tersebar di pusat perbelanjaan, apartemen, spbu, dan perkantoran, fungsinya untuk kirim, titip, dan ambil barang (dok.windhu) Waktu mulai merambat sore. Sudah memasuki pukul 17.00.   Saya memandang ke bawah dari balik kaca di lantai 11 Ciputra World, Lotte Avenue, Jl. Dr Satrio, Jakarta Selatan. Jalan terlihat dipadati mobil dan motor yang bergerak sangat lambat, termasuk di jalan layang. Cuaca pun berubah gelap   pertanda sebentar lagi hujan.     “Dilihat dari atas, mobil-mobil banyak ini seperti mainan, ya?” kata Sasi, salah seorang pengusaha batik muda asal Semarang, Jawa Tengah, yang ikut berpameran di ajang pertemuan perempuan yang diselenggarakan selama dua hari, yang saya ikuti. PopBox yang ada di pusat perbelanjaan Lotte Shopping Avenue (dok.windhu) Saya tersenyum. Kelihatannya begitu kalau dilihat. Mobil jelas terlihat kecil dan menari

Go-Box, Solusi Pindahan Nggak Pakai Repot

Go-Box, jasa pindahan rumah yang memudahkan (dok.www.go-jek.com) SENYUM mengembang dari wajah Ani, saat sudah pasti akan segera pindah rumah. Maklum, menjadi kontraktor alias orang yang mengontrak selama ini cukup melelahkan. Mimpi tinggal secara tenang di rumah milik sendiri menjadi kenyataan. Di rumah baru, segala sesuatunya pasti lebih tenang. Apalagi setelah menikah 5 tahun. Memang, bukanlah rumah besar. Punya dua kamar tidur, dengan ruang tamu, ruang makan, dapur, dan kamar mandi. Sedikit halaman kecil buat menanam tumbuhan ataupun bunga. Sudah pasti membahagiakan.   Lokasi rumah baru di wilayah Gunung Putri, Bogor. Selama ini, tinggal di Pluit, pada lokasi cukup padat dan nyaris tidak memiliki halaman. Ah, betapa menyenangkan, pikir Ani. Segera, semua barang yang ada di rumah pun dikemas. Packing ini dan itu. Tidak ada yang boleh tertinggal karena sebenarnya tidak banyak juga barang yang dibeli. Pertimbangannya saat itu, khawatir repot jika akan pindahan