M Feriadi, Presiden Direktur JNE dan VP Marketing Direktur Eri Palgunadi menjelaskan seputar JNE (dokpri) |
“Permisi...Permisi...
Ada yang namanya pak Agustinus? Saya Kemal. Saya dari JNE mengantar kiriman
paket,” suara khas seorang lelaki berkacamata langsung mengarahkan pandangan
seluruh pengunjung ruangan XXI Plaza Senayan, Selasa 22 November 2016, usai
santap siang.
Kedua
lengannya membopong sebuah bingkisan, yang langsung diserahkan kepada nama yang
tertera. Segera, setelah itu keriuhan terdengar karena apa yang dilihat, meski
mirip dengan cara pengantaran bingkisan, bukanlah yang sesungguhnya karena
merupakan pemberian hadiah.
Namun,
pembukaan kegiatan Blogger & Media
Gathering yang dilakukan JNE melalui Kemal, penyiar top di sebuah radio swasta
begitu pas mengingatkan pada keseharian core bisnis JNE. Tepathya, saat suatu
bingkisan diterima oleh seseorang dari seorang pengirim bingkisan melalui
sebuah jasa kurir pengiriman barang JNE.
M Feriadi, Presiden Direktur JNE mengatakan JNE selama 26 Tahun Menginspirasi Bangsa (dokpri) |
Selama
26 tahun, JNE telah berkiprah sebagai perusahaan nasional yang berkonsentrasi
pada bidang usaha jasa pengiriman dan pendistribusian. Perusahaan yang berdiri
sejak tahun 1990 ini mengusung tagline Connecting
Happines kepada pelanggannya.
Selama
itu pula, JNE semakin memantapkan diri dan semakin dikenal oleh masyarakat
dalam urusan kirim mengirim bingkisan atau paket. Ketepatan waktu dan kepastian barang sampai
di tempat tujuan menjadi pilihan.
Presiden
Direktut JNE M Feriadi mengatakan, JNE memiliki keinginan kuat untuk selalu memberikan
inspirasi bagi bangsa, pada ulang tahunnya yang ke-26 di bulan November 2016.
Setiap langkah yang dilakukan diharapkan bermanfaat bagi pelanggan retail,
corporate, mitra, UKM, karyawan,dan masyarakat luas.
Keinginan kuat JNE itu antara lain diwujudkan dengan
menggratiskan biaya pengiriman selama dua hari, yakni 26-27 November 2016, yang
secara marketing diistilahkan Hari Bebas Ongkos Kirim (Harborkir).
JNE mengadakan Hari Bebas Ongkos Kirim (Harbokir) pada 26-27 November 2016 (gambar;jne.co.id) |
Kenapa ada Harborkir? Menurut Eri Palgunadi, Vice
President of Marketing JNE, hari bebas ongkos kirim pastinya sangat membantu
masyarakat. Buat yang bergerak dalam usaha penjualan online atau UKM yang
menerima pesanan, ujung-ujungnya tentu membutuhkan jasa pengiriman barang.
Ujungnya pula memerlukan biaya untuk membayar ongkos jasa pengiriman barang.
Terkait
itulah, jelas Eri Palgunadi,
Harbokir diadakan. Inilah cara
memberikan layanan yang dapat menguatkan
hubungan antara pelanggan dengan perusahaan.
Selain tentunya dapat meringankan beban para UKM dalam mengurangi biaya
pengiriman bingkisan/paket.
Free Ongkir/ gratis biaya kirim itu berlaku
bagi seluruh pelanggan, baik retail customer mau pun corporate customer untuk semua
produk layanan (YES, Reguler dan OKE) di tanggal 26 dan 27 November 2016.
Ketentuannya hanyalah berat paket maksimum 2 kg, untuk pelanggan yang melakukan
pengiriman intra wilayah Jabodetabek (dari dan tujuan paket Jabodetabek) serta
intracity/ dalam kota (dari dan tujuan paket di kota yang sama) di seluruh
Indonesia.
Saatnya Local Go
International
Sejalan
dengan tema Menginspirasi Negeri dan kemudian dihadirkan dengan saatnya Local
Heroes Go International, dua pembicara dihadirkan dalam kesempatan itu , yakni
Jaya Setiabudi, owner Yuk Bisnis. Com dan Ria Sarwono owner Cotton Ink.
Dua Owner Brand, yakni Jaya Setiabudi Yuk Bisnis dan Ria Sarwono Cottonink berbagi inspirasi (dokpri) |
Kehadiran
dua sosok yang sukses secara online ini memberikan pengetahuan yang sangat
penting bagi para pebisnis online ataupun yang tertarik mengembangkan bisnis
online.
Jaya
Setiabudi, yang juga pendiri Young Entreprenur Academy membuka presentasinya
dengan menampilkan slide sebuah foto sepatu bermerk Nike, yang khas dengan logo
centangnya. Kemudian sebuah gambar sepatu tanpa merk asli Indonesia pun
diperlihatkan.
Apa yang membedakannya dengan produk asli
Indonesia? Kenapa harga sepatu dengan logo centang terbilang mahal jika
dibandingkan dengan produk sepatu tak bermerk?
Jaya,
yang sudah lebih dari 15 tahun menjadi pengusaha ini menuturkan, meskipun
kualitas bahan dan bermutu sama, harga sepatu dengan merk itu berbeda
jauh. Anggap saja, yang bercentang meski
KW (kualitas kedua) Rp. 800.000 dan
tidak bercentang Rp 300.000. Berarti, ada selisih Rp. 500.000 meski keduanya
sama-sama bagus.
Dari
yang disampaikan, Jaya menggugah jika selama ini yang dibeli orang bukanlah
sepatunya melainkan centangnya walaupun mahal. Harga centangnya lebih mahal
daripada sepatunya. Inilah yang disebut produk. Branding. Kalau nggak ada
merknya, berani beli berapa?
Menurut
Jaya, ada unsur gengsi dan fungsional dari sebuah produk. Saat membeli sebuah produk, ada juga yang
dinamakan rasional benefit dan emotional benefit.
Yang
kita bayar, sebenarnya lebih ke emotional benefit. “Kita ini kelamaan jadi
bangsa tukang jahit. Bangga Cuma jadi tukang jahit,” tukasnya.
Jaya menjelaskan pentingnya merk dalam sebuah usaha (dokpri) |
Selama
ini kita bangga dengan sebutan made in Indonesia. Padahal seharusnya yang
membanggakan itu jika produknya merk Indonesia. Made in Indonesia dengan Merk
Indonesia adalah hal yang berbeda.
Si
punya merk tentunya lebih berkuasa punya telunjuk untuk memindahkan made in
Indonesia menjadi made in Vietnam, made in Malaysia, dan India. Kemanapun dia
mau. Silahkan yang punya merk.
Selama
ini, jika kita cuma punya kebanggaan hanya dengan Made In Indonesia, kita nggak
punya kuasa. Kita tidak lebih dari sebagai tukang jahit, yang hanya dibayar
lebih rendah. Jadi, sudah saatnya
memperhatikan merk Indonesia. Kekuatan merk/branding.
Semua
dimulai dari pemasaran. Jangan jadi hanya pedagang yang euforia omset. Dalam
bisnis fashion, banyak yang tidak memiliki diferensiasi yang kuat. Tidak punya
ciri khas yang kuat. Mereka mendesain lebih kepada trend. Padahal, seharusnya
bukanlah mengikuti tren, melainkan seharusnya meng-create trend.
Tidak
ada perubahan dalam bentuk produk. Banyak dan bisa cari dimana-mana.Kita kuasai
dulu merknya. Kita belajar membuat merk dan branding, yang lebih kepada
aktivitasnya. Apa yang perlu dilakukan sebenarnya? Lebih kepada rename, repackaging, dan repositioning.
Jaya
mencontohkan, Sarah Beekman salah satu kliennya. Saat ini bran ini sudah 10-15
x pameran di luar negeri omset miliaran, dengan pencapaian cuma 2 tahun. Semua
ini dilakukan dengan branding pada awal nama produk yang awalnya cukup sulit
diucapkan dan tidak menjual.
Namun,
apa gunanya branding? Ini dilaukan ntuk membuat orang loyal dan membuat value
(nilai) di mata konsumen. Supaya nggak cuma
menjual komoditas doang.
Dengan 3 R, Rename, Repackaging, dan Repositioning suatu produk akan memberikan hasil berbeda (dokpri) |
Setelah
mengganti nama kemudian dilakukan repackaging, yakni memperbagus kemasan. Bila
semula hanya terlihat seperti dagangan sekelas Asemka, kemudian kemasan
diperbagus sehingga berkelas
Setelah
itu repositioning dengan menaikkan harga. Semula, pemilik produk ragu karena
saat dijual pun sudah dikasih murah tetapi masih banyak yang menawar. Menurut
Jaya, Semua itu karena salah target pasar. Target pun lebih diarahkan ke
ibu-ibu sosialita yang jumlahnya banyak di
kota, selain juga menggarap pasar luar negeri.
Jaya
pun mencontohkan produk lokal Hot Glass yang semula bermerk OptikHebat. Setelah
dipelajari, pembelinya lebih banyak ke arah need atau want, disimpulkan lebih
lebih banyak ke arah style. Maka diubahlan nama merknya. Lebih mengena.
Dari
semua contoh yang diuraikan, Jaya menekankan, pentingnya untuk naik kelas bagi
UKM dan online Indonesia. “Jangan jadi tukang jahit tapi brand owner,”
tukasnya.
Jaya
yang menjadi mulai usaha tahun 1998 ingat selalu pesan ayahny yang selalu bilang,
jangan jadi pekerja. Kalau pekerja tidakkerja, maka tidak bisa makan,sedangkan
pengusaha jika tidak kerja, masih bisa makan.
Menurut
pengarang buku best seller The Power of Kepepet & Kitab AntiBangkut ini,
tren fashion saat ini masih tinggi sehingga bisa dilirik. Namun, dia
mengingatkan jangan hanya omset yang
dipikirkan. Penting perhatikan cash flow, terkumpul uang, wake up, naik kelas,
dan embangun database.
Pasar Indonesia yang Luas
Ria
Sarwono Cotton Ink, Brand & Marketing Director Cotton Ink. Mengatakan,
pasar Indonesia sangat luas utuk digarap. Kekuatan untuk membangun brand lokal
dengan mengembangkan pasar lokal akan menjadi nilai sendiri. Berada pasar lokal
bukanlah berarti jago kandang.
Bila
sudah sangat dikenal di dalam negeri, menurut Ria, suatu merk pasti akan dicari
di luar negeri. Ria Sarwono memulai bisnisnya saat akan lulus kuliah dengan seorang
kawannya Carlin Darjanto pada bulan November tahun 2008 dengan memanfaatkan
facebook dan blogspot. Perempuan ini mencari para pembuat T Shirt di Bandung,
kota yang merupakan gudangnya.
Ria Sarwono, pemilik Brand Lokal Cottonink, produk pertama online di Indonesia (dokpri) |
Diawali
hanya berjualan Obama T Shit. Namun, kemudian sadar, ketika yang dijualnya
tidak bermerk. Kemudian mulailah dengan merk Cottonink.co.ink pada 2011 sebagai
brand yang dibuat dan didirikan asli Indonesia.
Ria
Sarwono diuntungkan karena pada tahun 1998 belum ada online di Indonesia yang
menjual pakaian ready to wear. Saat itu melihat bersama Carlin, Ria melihat tren di Amerika
yang sudah lebih dulu booming online 10 tahun lalu. Maka hal itu pun diterapkan
di Indonesia.
Ria
sangat percaya, Cottonink akan terus berkembang karena mengutip suatu pepatah
Cina yakni siapa yang lebih dulu maka akan menjadi unggul (imprint). Hingga
kini Cottonink setiap bulannya melayani 300 kota selain Jabodetabek. Jumlah
pengirimannya mencapai 3000 per bulan untuk Indonesia dan luar negeri yang
hingga kini masih banyak di Asia.
Kepercayaan
diri, bagi Ria, merupakan faktor yang sangat penting dalam membuka usaha. Itu
pula yang dilakukannya saat membuka usaha sebagai merek lokal pertama yang di
Indosia yang berjualan online. Selain itu, tentu saja segera memulai untuk
berbisnis.
Langkah JNE mendunia
VP
Marketing Director Eri Palgunadi mengatakan JNE pun menginginkan untuk go
international. Namun, hal itu tidaklah berarti harus membuat cabang di luar negeri.
Saat ini JNE sudah punya agen-agen yang siap untuk melakukan kegiatan
pengiriman dan pendistribusian barang ke luar negeri.
Eri Palgunadi, VP Marketing Direktur JNE menjelaskan tentang Harbokir (dokpri) |
Setiap
harinya, selalu saja ada barang yang harus dikirimkan ke luar negeri, meski
lebih banyak ke Asia, seperti Jepang, China, dan Singapura. JNE Shipment
International dengan pengiriman lebih 250 negara di semua benua. Dengan ini
diharapkan, produsen produk lokal dapat memperluas pasarnya hingga ke
mancanegara.
Jumlah transaksi pengiriman JNE meningkat sebesar 30% sejak tahun 2010 secara
konsisten setiap tahun, seiring dengan perkembangan e-commerce di era digital.
Hingga akhir tahun 2016, kapasitas pengiriman JNE telah mencapai 16 juta paket
setiap bulan dan diprediksi akan meningkat sekitar 30% sampai 40% di tahun
depan.
M Feriadi, Presiden Direktur JNE mengatakan, UKM
Indonesia memiliki potensi yang tinggal dikembangkan, agart tidak hanya menjadi pemain tapi ikut
menikmati perkembangan e-commerce.
JNE, jelasnya, membantu saling mengenalkan produk-produk
hasil UKM antar daerah melalui jasa pengiriman. Misalnya saja, Pempek dari
Palembang, Bolu Meranti dari Medan. JNE sekarang membantu dan bekerjasama produsen
makanan di daerah sekitar 600 vendor. Adanya
potensi UKM ini tinggal diberi kesempatan.
Ada 4000 varian makanan yang bisa dllayani
jadi setiap makanan bisa memesan makanan manapun di tempat mereka tinggal dari
seluruh Indonesia, maupun di ujung sumatera. Pulau-pulau lain di Indonesia.
Untuk mengembangkan bisnis, JNE telah
membangun Apps My JNE, yang bisa didownload dari Google Play Store, yang bisa
mencek tarif, lokasi JNE terdekat.
Pada hari ulang tahunnya yang ke-26, JNE tak
hanya memperhatikan pelanggannya saja dengan Hari Bebas Ongkos Kirim
(Harbokir). JNE yang meraih penghargaan Indonesia
Original Brand 2016, Indonesian Customer Satisfaction Award 2016 ini juga
memperhatikan karyawannya.
Perkembangan bisnis perusahaan menyerap lebih
dari 25 ribu tenaga kerja, yang terdiri dari 16 ribu karyawan kantor pusat dan cabang utama di 34 provinsi, ditambah
dengan jumlah karyawan kantor perwakilan serta mitra atau agen JNE. Saat ini memiliki lebih dari 6000 jaringan di
seluruh nusantara.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung dan memberikan komentar positif demi kemajuan dan kenyamanan pembaca.