Langsung ke konten utama

Era Industri 4.0 di Indonesia, Saatnya Milenial Tingkatkan Daya Saing Raih Kebebasan Finansial


Menghadapi industri 4.0, milenial Indonesia haru mengembangkan keterampilan digital dan membuka diri pada onlinepreneur (gambar: geti)
Menghadapi industri 4.0, milenial Indonesia haru mengembangkan keterampilan digital dan membuka diri pada onlinepreneur (gambar: geti)


Setiap kali ada yang meneriakkan kata ‘paket...!” di depan pintu pagar rumah, hampir  pasti ada sebuah barang hasil belanja online yang sampai dan dikirim oleh kurir.  Entah berupa bingkisan kecil, ataupun dalam bingkisan besar. Adik sepupu saya Nita, memang senang belanja online.   

Sebagai generasi milenial yang lahir di era 90-an, mulai dari sepatu hingga baju dibelinya secara online. Biasanya, dia cuma tertawa saat ditanya alasannya sering belanja online. Praktis, mudah, nggak perlu repot ke suatu lokasi jauh, sudah dapat yang diinginkan. Itu katanya.

Hanya tinggal membuka layar komputer ataupun apps sebuah e-commerce yang sudah terinstal di layar smartphone, cari dan pilih barang yang sedang dicari, pesan, kemudian melanjutkan transaksi pembayaran,  kemudian tinggal menunggu datangnya kiriman paket yang akan dikirimkan ke rumah.

Semudah itu. Syukur-syukur kalau sedang ada diskon. Segalanya nyaris serba internet zaman sekarang. Semua terasa mudah. Para generasi millenial pun, sudah identik selalu membawa-bawa smartphone yang terkoneksi internet untuk menjalankan aktivitasnya sehari-hari.

Ya, Indonesia sudah memasuki era Industri 4.0. Secara sadar ataupun tidak sadar, masyarakat Indonesia sudah berada di dalamnya. Terbawa ke dalam era serba internet, serba otomatis, serba digital, interkonektivitas, dan real time data.

Era Industri 4.0

Belanja online adalah salah satu dampak dari hadirnya industri 4.0. Saat ini, siapapun bisa berbelanja di depan internet. Nyaris semua barang yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup pun ada. Mulai dari alas kaki, pakaian, perlengkapan kecantikan, buku, tas, celana, hingga makanan tersedia. Singkatnya, dari ujung kaki hingga ujung rambut bisa didapatkan melalui internet.

Kehadiran era industri 4.0 pun berimbas pada perbankan, terutama pada sistem pembayaran. Saat ini, untuk melakukan pembayaran sudah ada e-money yang digunakan secara otomatis pada gerbang tol, transportasi commuterline dan trans jakarta, hingga pembayaran belanja di pusat perbelanjaan.

Ada internet banking, mobile banking, e-wallet, dompet digital yang bisa digunakan sehari-hari. Untuk mendapatkan informasi terkini, juga tidak perlu lagi membuka media cetak seperti surat kabar dan majalah. Banyak media online. Bahkan, perpustakaan online pun sudah ada.

Itulah dampak dari hadirnya era industri 4.0, yang mau tidak mau memang harus dihadapi dan dan harus dipahami dengan betul. Tidak bisa dicegah dan tidak bisa dihindari karena sudah masuk dan berada di dalamnya. Benar-benar siapkah generasi milenial menerima tantangan serba digital ini?

Kesiapan menghadapi era industri 4.0 harus benar-benar dimiliki para milenial Indonesia. Kenapa? Sebab, revolusi industri ini sudah tentu membawa pada perubahan yang besar-besaran.

Tidak cukup hanya beradaptasi saja, revolusi industri 4.0  sudah pasti mengubah perilaku seseorang dalam beraktivitas sehari-hari. Dalam melakukan pekerjaan, cara yang dilakukan pun akan berbeda. Keterampilan dan kemampuan yang dimiliki menjadi sorotan dan tantangan.

Seperti halnya perjalanan revolusi industri sebelumnya yang juga telah membawa perubahan di dunia. Revolusi Industri Pertama (mulai 1784)  
 ditandai dengan penggunaan tenaga air dan uap. Kemudian dilanjutkan dengan Penggunaan mesin produksi massal tenaga listrik/BBM pada Revolusi Industri Kedua (mulai 1870).

Penggunaan teknologi informasi, elektronika, dan mesin otomasi, menandai masuknya revolusi industri ketiga (mulai 1969). Setelah  itu barulah era industri 4.0 (diperkenalkan 2011) yang ditandai dengan  mesin yang terintegrasi jaringan internet (internet of things).

Peluang Industri 4.0 Indonesia

Menghadapi era industri 4.0, saat Indonesia Industrial Summit 2018 di Jakarta Convention Center (JCC), Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, telah merancang peta jalan (road map) berjudul Making Indonesia 4.0, sebagai strategi Indonesia memasuki era digital.

Saat itu, presiden menyebutkan ada lima industri yang jadi fokus implementasi Industri 4.0 di Indonesia yaitu industri makanan dan minuman, tekstil, otomotif, elektronik, dan kimia.

Kompetensi SDM Milenial

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto bahkan yakin Indonesia memiliki peluang besar  di tingkatan Asia dalam era Industri 4.0. Indonesia memiliki pasar yang besar. Generasi milenial berperan penting lantaran melek teknologi dan dekat dengan smartphone.

Pengguna internet Indonesia pada tahun 2017, seperti diungkapkan Kementerian Komunikasi dan Informasi  (Kominfo) terus meningkat dan mencapai angka 143, 26 juta jiwa. Nomor 5 tertinggi di antara negara-negara dunia.

Menteri Perindustrian Airlangga hartanto menyebutkan, industri 4.0 merupakan perjalanan panjang di bidang inovasi dan teknologi. Kuncinya ada tiga, yakni sumber daya manusia, teknologi dan inovasi. Namun, khusus Indonesia yang dipacu adalah empowering human talents.

Peluang global untuk produk Indonesia memenangkan pasar global di era industri 4.0 memang sangat besar. Namun, kata kuncinya adalah menguatkan kompetensi yang dimiliki oleh generasi milenial agar mampu bersaing.

Sebab, Indonesia saat ini masih menghadapi literasi digital. Faktanya, hanya 20 % dari seluruh perempuan (131,9 juta jiwa pada tahun 2018) yang memiliki akses internet di sepanjang Indonesia dan hanya 5 % mengungkapkan pemikirannya.
Ini berdasarkan World Wide Web Foundation’s Woman’s Right’s Online Report.
Belum lagi, hanya 52 % sekolah-sekolah yang memiliki akses internet. Dalam komunitas lokal masih ada jurang lebar keterbatasa ICT (akses komputer dan internet). Selain itu, Indonesia saat ini justru menghilangkan mata pelajaran Internet dari kurikulum pendidikan.

Meningkatkan Daya Saing Melalui Geti

Untuk menjembatani adanya gap menghadapi era industri 4.0 di Indonesia, diperlukan upaya pengembangan keterampilan bagi generasi milenial Indonesia. Tentu saja, maksudnya agar tidak tertinggal dalam era serba komputer, serba internet, serba digital, dan menuju serba robot.

Salah satunya melalui Gobal Enterpreneur dan talent Incubator (GETI), yang merupakan sebuah lembaga informal untuk percepatan wirausaha. Ya, saat ini generasi muda milenial Indonesia seiring dengan perkembangan industri sudah banyak yan ingin berwirausaha sendiri.

Namun, memiliki perusahaan sendiri juga harus memahami, salah satunya lingkup kerja digital marketing. Setidaknya, saat ini harus mendorong terjadinya perubahan pola pikir pelaku UKM dari pola pikir B2C menjadi pola pikir B2B e commerce, memahami operasional B2B eCommerce dari mulai produk ekpos
hingga menjawab permintaan pembeli/buyer, dan mendorong terjadinya transaksi.

Onlinepreneur  harus dilirik. Salah satunya melalui detalase, yakni Detalase mempunyai misi untuk membangun sebanyak mungkin Onlinepreneur  di Indonesia dengan menyediakan produk, jasa logistik, metode pembayaran yang aman, dan customer service yang responsif. Sehingga, siapapun bisa berjualan secara online dengan mudah, gratis, dan tanpa stok.

Ya, di era industri 4.0 ini, kaum milenial Indonesia harus menambah keterampilan, menambah pemahaman, dan menjajal sesuatu yang serba digital untul mencapai finacial freedom (kebebasan finansial). Sudah saatnya kaum milenial Indonesia menjadi kunci di era industri 4.0.




Komentar

  1. Sama seperti anak saya, kalau sudah ada suara sepeda motor berhenti depan rumah dan ada yang teriak "paket" girangnya bukan main.

    Dia malah bertanya kalah saya ajak ke pasar. Kenapa gak pakai paket saja?

    Generasi sekarang memang sudah terbiasa dengan industri revolusi 4. Ini ya...

    BalasHapus
  2. Perkembangan teknologi begitu cepat ya tak terasa udah masuk era 4.0. Di satu sisi membawa banyak kemudahan. Di sisi lain menuntut adaptasi dan sikap selektif. Thanks for sharing anyway

    BalasHapus
  3. Justru pada era inilah menjual barang semakin mudah. Asal mengerti digital marketing sedikit saja, paling tidak seseorang bisa menjual barang sebelum 2 minggu berjalan.. asal konsisten..

    Semoga atlet bulutangkis Indonesia mampu memberikan yang terbaik. Sungguh, ini adalah cabang terkeren untuk Indonesia. Negara ini harus tetap harus di mata dunia bulutangkis


    Oh iya, salam kenal ya, saya Hotlas Mora dari tim Lagi-Lagi Media - Media Nyentrik, Minim Intrik, Sedikit Menggelitik

    BalasHapus
  4. semoga semua siap dengan teknologi baru danindistri 4.0 dapat dipahami oleh masyarakat. SDM juga harus mampu bersaing tidak hanya dengan SDM lokal namun juga internasional

    BalasHapus
  5. Sayapun sekarang latah ikut2an belanja online.. Tapi itu kalo saya menemukan barang yg jarang ada di pasaran, misal tas model tertentu yg jarang saya temui di toko2..

    BalasHapus
  6. Indonesia yang membuka pasar bebas memang harus siap ya dengan industri 4 0

    BalasHapus
  7. Aamiin, saatnya Indonesia bangkit dr segala hal ya dan harus didukung juga oleh srgala lapisan masyarakat termasuk kita. Btw emang belanja OL praktis dan hemat waktu juga ngirit tenaga.

    BalasHapus
  8. Wah asik dengan adanya detalase yang bisa membantu rumah kita tidak penuh dengan menumpuk barang dagangan.

    Kita bisa untung dengan modal internet tanpa harus menyetok barang

    BalasHapus
  9. Era dimana semua serba cepat dan mudah segala informasi ya, kalo dipikir-pikir bahagia deh generasi jaman now

    BalasHapus
  10. Era digital saat ini emang bikin belanja lebih praktis dan nyaman apalagi buat aku emak anak tiga yg susah bgt belanja ke mall

    BalasHapus
  11. Industri 4.0 audah didepan mata ,kita mau tidak mau harus siap dan beradaptasi dengan perubahan tersebut. Tapi secara tudak sadar kita sdh terbiasa sih dengan hal2 berbau digital .

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung dan memberikan komentar positif demi kemajuan dan kenyamanan pembaca.

Postingan populer dari blog ini

Minggu Pagi di Aksi #TolakPenyalahgunaanObat Car Free Day

MATA saya menatap kemasan kotak bertuliskan Dextromethorphan yang ada di meja BPOM. Di atas meja itu terdapat sejumlah obat-obatan lain bertuliskan warning, yang berarti peringatan. Ingin tahu saya memegangnya. Membaca kotak luar kemasan obat itu.  “Ini obat apa?” tanya saya. Adi, petugas BPOM itu memperlihatkan isi kotak kemasan. Menurutnya, obat Dextromethorpan sudah ditarik dari pasaran. Sudah tidak digunakan lagi karena dapat disalahgunakan oleh pemakainya. Dextromethorpan yang di kotak kemasannya tertera generik dan terdiri dari 10 blister ini masuk dalam kategori daftar G. Banyak yang menyalahgunakannya untuk mendapatkan efek melayang (fly). Fly? Pikiran saya langsung teringat kepada peristiwa penyalahgunaan obat yang menghebohkan negeri ini satu bulan lalu di Kendari, Sulawesi Tenggara. Korbannya yang anak-anak masih pelajar dan mahasiswa ini. Pertengahan September 2017, semua terkaget-kaget dengan kabar yang langsung menjadi topik pembicaraan

PopBox, Solusi Anti Repot Untuk Kirim, Titip, dan Ambil Barang via Loker

Pernah lihat lemari loker seperti ini? Smart locker yang disebut PopBox saat ini berjumlah 300 buah, yang tersebar di pusat perbelanjaan, apartemen, spbu, dan perkantoran, fungsinya untuk kirim, titip, dan ambil barang (dok.windhu) Waktu mulai merambat sore. Sudah memasuki pukul 17.00.   Saya memandang ke bawah dari balik kaca di lantai 11 Ciputra World, Lotte Avenue, Jl. Dr Satrio, Jakarta Selatan. Jalan terlihat dipadati mobil dan motor yang bergerak sangat lambat, termasuk di jalan layang. Cuaca pun berubah gelap   pertanda sebentar lagi hujan.     “Dilihat dari atas, mobil-mobil banyak ini seperti mainan, ya?” kata Sasi, salah seorang pengusaha batik muda asal Semarang, Jawa Tengah, yang ikut berpameran di ajang pertemuan perempuan yang diselenggarakan selama dua hari, yang saya ikuti. PopBox yang ada di pusat perbelanjaan Lotte Shopping Avenue (dok.windhu) Saya tersenyum. Kelihatannya begitu kalau dilihat. Mobil jelas terlihat kecil dan menari

Go-Box, Solusi Pindahan Nggak Pakai Repot

Go-Box, jasa pindahan rumah yang memudahkan (dok.www.go-jek.com) SENYUM mengembang dari wajah Ani, saat sudah pasti akan segera pindah rumah. Maklum, menjadi kontraktor alias orang yang mengontrak selama ini cukup melelahkan. Mimpi tinggal secara tenang di rumah milik sendiri menjadi kenyataan. Di rumah baru, segala sesuatunya pasti lebih tenang. Apalagi setelah menikah 5 tahun. Memang, bukanlah rumah besar. Punya dua kamar tidur, dengan ruang tamu, ruang makan, dapur, dan kamar mandi. Sedikit halaman kecil buat menanam tumbuhan ataupun bunga. Sudah pasti membahagiakan.   Lokasi rumah baru di wilayah Gunung Putri, Bogor. Selama ini, tinggal di Pluit, pada lokasi cukup padat dan nyaris tidak memiliki halaman. Ah, betapa menyenangkan, pikir Ani. Segera, semua barang yang ada di rumah pun dikemas. Packing ini dan itu. Tidak ada yang boleh tertinggal karena sebenarnya tidak banyak juga barang yang dibeli. Pertimbangannya saat itu, khawatir repot jika akan pindahan