Salah seorang penderita kusta (sumber foto:Kompas.com) |
Hingga saat ini pasien kusta dan penyandang disabilitas karena kusta masih menghadapi berbagai kesulitan. Salah satunya, yang masih harus dihadapi adalah akses terhadap layanan kesehatan yang layak dan minimnya informasi tentang cara perawatan dan penanganan pasien kusta.
Nah bagaimana upaya pencegahan preventif pada kusta yang bisa dilakukan? Seperti apa dinamika yang terjadi pada upaya edukasi perawatan diri dan pencegahan disabilitas pada kusta?
Diskusi
menghadirkan dr. M Riby Machmoed MPH (Technical
Advisor Program Leprosy Control NLR Indonesia) dan Sierli Natar, S.Kep (Washor TB/Kusta Dinas
Kesehatan Kota Makassar), dengan dipandu
Ines Nirmala,
Penyakit ini sudah dari zaman dulu sekali tetapi masih ada sampai sekarang. Padahal penyakit ini disebabkan oleh kuman yang disebut bakteri leprosy yang harusnya bisa selesai. Namun lantaran ada dampak sosialnya, yakni malu maka tak kunjung selesai.
Ruang Diskusi Publik KBR mengenai Dinamika Perawatan Kusta (tangkaplayarKBR) |
Stigma Kusta
Stigma justru ada pada target, yakni dengan OYPMK (orang yang pernah menderita kusta. Penderita merasa malu ketahuan kalau kena kusta, dari keluarga juga malu kalau ada keluarga ada yang kena kusta karena dianggap penyakit ini tabu.
“Stigma di tengah masyarakat sendiri, kalau kusta adalah kutukan. Penderitanya telah dikutuk. Ini menjadi problem. Padahal obatnya sudah ada, gratis lagi. Bahkan hingga kini, obatnya masih diimpor. Lantaran diimpor dari WHO, berarti obatnya bermutu bagus,” papar Riby.
Data terbaru penderita kusta, jika dilihat secara nasional dari tahun ke tahun ada penurunan meski tidak terlalu banyak. Akhir tahun 2019, jumlah kasus nasional tercatat sekitar 19.900 orang. Data tahun akhir 2020 sisa 13.180. Penemuan kasus baru juga terjadi penurunan yakni 17.400 (tahun 2019) menurun jadi 11.173 (tahun 2020).
Data
cacat pada tahun 2020 (4,18 per satu juta penduduk dengan global indicator menurun jadi 2,13 per satu juta penduduk. Kasus anak pun menurun yakni 1126 kasus.
Untuk provinsi dengan jumlah kasus yang paling tinggi adalah Jawa Timur, 2139 kemudian disusul Jawa Barat (1845) dan Papua (1200), Jawa Tengah (1139), Papua Barat (902) kasus.
Namun kalau dibandingkan secara penduduk yang tinggal di wilayah yang tertinggi adalah Papua Barat Karena penduduknya sedikit, yakni 9,9 per 10.000 penduduk, Jadi dari 10.000 penduduk ada hampir 10 orang yang terkena kusta. Demikian halnya di Papua, 3,5 per 10.000 penduduk. Daerah timur masih mendominasi jika membagi dengan jumlah penduduk yang ada (prevalency rate epidemiologi).
Jemari tangan penderita kusta. (sumber gambar:alodokter)
Pendampingan Pasien Kusta
Sementara,
menurut Sierli Natar, S.Kep, Washor TB/Kusta Dinas Kesehatan Kota Makassar, hingga
kini sudah terjalin kerja sama antara dokter praktek, klinik dan rumah sakit jika
ditemukan suatu kasus kusta di Makassar.
“Kalau ada pasien baru, justru pasien sendiri yang melabeli stigma untuk dirinya. Penderita merasa malu. Saat didiagnosa kusta, ada beberapa kasus reaksinya adalah tidak terima ketika tahu menderita kusta,” tutur Sierli.
Pendampingan dilakukan agar pasien mau menerima dan melanjutkan pengobatan.Kegiatan berupa penyuluhan, pemeriksaan fungsi syaraf untuk memeriksa apakah ada kelainan fungsi syaraf.
Kalau ada kelainan fungsi syaraf, maka diajarkan cara perawatan diri dengan melakukan perendaman daerah yang melakukan penebalan selama dua puluh menit kemudian digosok dengan alat sederhana yakni batu apung agar penebalan berkurang, dan dilanjutkan menggosok dengan minyak kelapa di daerah yang mengalami penebalan, kemudian didiamkan istirahat.
Bercak pada kulit penderita kusta (sumber foto:doktersehat.com) |
Cara Perawatan Diri Penderita Kusta
Merendam dengan air biasa, menggosok dengan batu apung, dan mengolesi dengan minyak kelapa.Jika ada yang terluka maka ditutup dengan kain bersih/perca. Tidak mesti kain kassa.
Satu hal yang harus diingat harus bisa melakukannya mandiri dan tidak tergantung pada petugas kesehatan dengan menggunakan bahan yang ada di rumahnya. Semoga minyak kelapa bisa lebih murah. Kebanyakan orang dengan OYMK adalah orang yang di bawah ekonominya.
Cara Mengenali Gejala Kusta
Tahun
2030, harus sudah zero kasus. Bagaimana cara mengenali gejala kusta? Waspada,
jika ada gejala bercak putih atau kemerahan tapi tidak gatal atau tidak sakit,
hati-hati mungkin kusta. Kalau ada kelemahan jari-jari tangan, kaki, atau
kelopak mata sudah sulit tertutup rapat, hati-hati siapa tahu kusta.
Untuk memastikannya segera periksa ke puskesmas. Nanti petugas akan memeriksa apakah bercak tersebut mati rasa atau tidak. Sayangnya, pasien-pasien yang muncul bercak-bercak tidak memeriksakan diri ke kusta karena merasa tidak sakit. Inilah yang masih menjadi problem saat ini. Padahal, kadang ada pasien yang semuanya tiba-tiba putih.
“Penularan terutama pada orang yang belum diobati kepada orang yang sehat dengan imunitas rendah. Biasanya adalah orang-orang yang melakukan kontak erat dengan penderita kusta,” jelas Riby.
Sementara, dari sisi tenaga medis, menurut Searli, dalam penanganan pasien, adalah tak menerima. Pemahamam petugas kesehatan tidak sama, kecuali petugas kusta dan masih menjadi pekerjaan rumah untuk mencegah mindset. Penyakit kusta menularnya lama dan tidak langsung, misalnya dari bekas tempat duduk.
Menumbuhkan Kepercayaan Diri
Nah untuk menumbuhkan kepercayaan diri OYPMK ada hal yang dilakukan, yakni dengan melibatkan dalam berbagai kegiatan dan diberikan keterampilan sehingga punya kemampuan diri. Selain itu, dengan memberikan perlakuan yang sama saat mendapatkan layanan kesehatan tanpa pembedaan.
Dengan berbaur, diharapkan tidak merasa diskriminasi dan mendapatkan pelayanan optimal. Perawatan terhadap cacat, tergantung tingkatan cacat 1 (hilang rasa/mati rasa telapak tangan/kaki), cacat 2 (cacat napak seperti jari bengkok,mata tidak bisa menutup).
Mau tidak mau, perawatan harus dilakukan seumur hidup kalau sudah cacat. Walaupun sudah selesai minum obat, masih punya risiko untuk cacat. Oleh karena itu, yang paling penting adalah mencegah kecacatan
Kalau
ditemukan secara dini, kusta bisa diobati dan dicegah kecatatannya. Seandainya sudah selesai tetap rutin memantau
diri paling tidak tiga bulan sekali. Sebab, bisa saja ada kemungkinan kambuh
kembali. (dhu)
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung dan memberikan komentar positif demi kemajuan dan kenyamanan pembaca.