Langsung ke konten utama

Saat Masakan Jepang dan Sambal Khas Indonesia Berpadu,Lemak Bana Tercipta




Menyantap sambal khas Indonesia dengan masakan Jepang. Rasanya Dahsyat ! (dok.windhu)

Apa rasanya bila masakan Jepang berpadu dengan sambal Indonesia?  Bila hanya mendengarnya, selintas akan merasa tak biasa. Rasa dua menu dari dua negara yang berbeda bila disatukan akan memberi pengalaman berbeda. Mampu mengalirkan kebahagiaan saat santapan menyentuh indra pengecap rasa dalam mulut.

Experience dan Excitement. Dua kata itu yang terkenang saat keduanya menyatu. Kebetulan, saya suka masakan Jepang. Saya pun suka dengan sambal Indonesia. Masakan Jepang saat ini sudah jadi bagian hidup yang cocok untuk lidah orang Indonesia.

Sebut saja beberapa di antaranya, yakni Sushi, Yakiniku, Sashimi, Mochi, Ramen, Tempura, Teriyaki, Miso Ebi Furai, dan Bento. Sekarang, semua masakan Jepang ini sudah lekat dengan orang Indonesia untuk menuntaskan rasa lapar ataupun pelengkap kongkow alias nongkrong bareng. Tentu saja sekaligus menjadi bagian dari gaya hidup.

Resto bergaya Jepang menjadi tempat makan yang asyik dengan teman, rekan bisnis, dan keluarga (dok.windhu)
Ya, bersantap menu masakan Jepang di resto Jepang, di era masa kini sangat menyenangkan. Bisa dilakukan dengan sangat mudah lantaran jumlah restonya berada di berbagai lokasi dan daerah di Indonesia. Pilihan menunya pun juga beraneka.

Menyantap masakan Jepang pun tak terbatas hanya untuk bersama teman ataupun rekan kerja. Menikmati menu asal negeri sakura dengan orang tua, dengan keluarga dan membawa anak-anak pun ternyata sangat sesuai. Bahkan cukup sering, pesta ulang tahun anak-anak juga dilakukan di resto Jepang.

Itu soal masakan Jepang yang banyak disuka oleh orang Indonesia.  Namun, satu hal yang tidak bisa terlewatkan, ada satu kebiasaan orang Indonesia yang sudah berlangsung turun menurun. Tak ketinggalan, sebagai pelengkap dalam menyantap makanan utama. Itu dia sambal!
Menyantap masakan Jepang dengan menu sambal memang bikin ketagihan (dok.windhu)


Sambal, Sajian  Yang Disuka
Menyebut kata sambal, yang terbayang langsung adalah rasa pedas. Meski bibir dan lidah mengecap rasa pedas, tidak membuat jera orang yang memakannya. Sambal, yang bahan utamanya tentu saja berasal dari cabai tetap disuka orang Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke.   

Cita rasa pedas yang tercipta dari sebuah sambal justru dianggap mampu membangkitkan selera. Suhu tubuh menghangat. Keringat turun dan tubuh pun menjadi segar. Sambal mampu meningkatkan nafsu makan  dan menambah cita rasa makanan yang disantap berbarengan.  
Tiga pilihan menu Hoka Suka dengan tiga pilihan jenis sambal. (dok.windhu)

Sambal umumnya berbahan utama cabai. Menurut data Food and Agriculture Organization (FAO)  yang dikutip Liputan6.Com tahun 2017, Indonesia masuk dalam jajaran negara penghasil produksi cabai terbesar di dunia. Cabai merupakan komoditas yang sangat populer dengan jumlah produksi 1, 8 juta ton.
Cabai, yang diyakini dikenalkan bangsa Portugis di Indonesia pada tahun 1600-an, bila diolah menjadi sambal ternyata memiliki kandungan gizi yang banyak. Punya berbagai sumber vitamin, yakni vitamin C, vitamin A, dan vitamin B. Selain itu masih mengandung zat besi dan antioksidan.

Makan dilengkapi sambal, siapa yang tidak suka? (dok.windhu)


Jadi, wajar sekali jika orang Indonesia sangat menyenangi sambal. Bahkan bisa dibilang, tak lengkap rasanya makan tanpa ada sambal. Saat sekeluarga berkumpul bersama di meja makan, orang tua hingga anak pun bisa merasakan Enaknya makanan dengan sambal yang dihidangkan.

Sambal Bawang, Sambal Matah, Sambal Hijau
Beraneka jenis sambal terdapat di Indonesia yang memang terdiri berbagai daerah dan lokasi. Setiap daerah bisa jadi memiliki menu sambal khas yang berbeda. Nama sebutannya pun banyak. Ada sambal tomat, sambal bajak, sambal terasi, sambal dabu, sambal mangga, sambal matah, sambal bawang, dan sambal hijau.

Dari sejumlah sambal itu, ada tiga jenis sambal yang bisa dikatakan sedang hits dan disukai oleh banyak orang Indonesia, yakni sambal bawang, sambal matah, dan sambal hijau. Kebatulan saya suka ketiganya.



Sambal bawang, sambal hitz yang berasal dari tanah Jawa (dok.windhu)


Sambal bawang, biasanya dikenal dari daerah Jawa. Sambal yang terbuat dari cabai rawit merah, bawang merah, bawang putih, gula, garam, dan minyak untuk menumis itu mampu memberikan rasa pedas yang tak terkira tapi pol dirasa. Orang yang menyantap makanan dengan sambal bawang bisa berujar, Wuaneke Pol !

Sambal Hijau, Sambal khas Indonesia yang biasanya ada di rumah makan padang (dok.windhu)

Sambal  Hijau, gampang sekali ditemukan di rumah makan padang. Saat menyantap masakan Padang, pasti tidak lupa meminta sambal hijau sebagai pelengkap. Rasa sambal hijau, yang dari namanya tentu saja bahan utamanya berasal dari cabai hijau ini pas sekali bila dimakan dengan masakan yang tersaji. Menyantap makanan dengan sambal hijau, akan membuat orang berdecak Lemak Bana atau enak benar. Ujung-ujungnya  Tambuo Ciek atau ingin tambah lagi.   

Sambal matah, saat dengan bahan mentah segar (dok,windhu)


 Sambal Matah saat ini pun sangat populer. Sambal yang berasal dari daerah Bali ini memberikan rasa segar saat dimakan. Sesuai namanya, disajikan dengan kesegaran bahan-bahan sambal, seperti cabai dan bawang dalam keadaan mentah. Bila makan sambal matah dengan hidangan lainnya, maka yang bisa terucap adalah Becik Rasane.

Masakan Jepang dan Sambal Indonesia
Nah, bagaimana jadinya bila masakan Jepang kemudian disatukan dengan ketiga sambal Indonesia ini? Awal mendengarnya, saya pun agak heran karena belum pernah mencobanya. Semula tak terbayang.

Sensasi dahsyat sambal Indonesia yang cukup dirasakan  dan dicoba (dok.windhu)

Penasaran, saya pun ingin mencicipi seperti apa rasanya perkawinan dua menu dari dua negara yang baru dilakukan pada Februari 2018 ini. Jadi, tergolong masih baru. Bersama sejumlah teman blogger, saya mencicipinya di Hokben Kartika Chandra, Jl, Gatot Subroto, 22 Februari lalu.

Ajakan untuk mencoba rasa perkawinan masakan Jepang dengan sambal Indonesia itu , langsung terlihat begitu memasuki area restoran yang berkapasitas 128 kursi, memiliki outdoor private room, mempunyai smoking area, dan dilengkapi wifi.



Ingin menyantap makanan Jepang dengan sambal khas Indonesia bisa dilakukan langsung, delivery, ataupun pesan online di website (dok.windhu)

Hokben, resto bergaya Jepang namun sebenarnya lokal dan sudah berdiri sejak 18 April 1985 itu, menawarkan tiga menu sambal yang hits, yakni Sambal Bawang, Sambal Matah, dan Sambal Hijau. Sambal ini disajikan dalam bentuk kemasan-kemasan plastik bersama menu utama yang dihadirkan.

Hokben, resto bergaya Jepang memperkenalkan tiga sambal khas Indonesia dengan tiga menu masakan jepang yang dipadukan kering kentang dan acar kuning.  Ada Hoka Suka 1, yang terdiri atas Yakitori Grilled, Kering Kentang, Acar , Nasi, Sambal, dengan harga Rp.49.000. Ada Hoka Suka 2, yang terdiri atas Ebi Furai, Kering Kentang, Acar, Nasi, Sambal, Rp.58.000. Selain itu ada pilihan Hoka Suka 3, yang terdiri atas Chicken Katsu, Kering Kentang, Acar, Nasi, Sambal, Rp. 49.000. Tiga pilihan sambal, masing-masing hanya senilai Rp.4.546.

Menu Hoka Suka 1 (dok.windhu)

Menu Hoka Suka 2 (dok.windhu)


Menu Hoka Suka 3 (dok.windhu)

Saya siang itu mencicipi menu Hoka 2. Saya suka sekali Ebi Furai. Soal sambal, saya memilih sambal matah asal Bali karena senang dengan yang segar-segar.  Oishii. Saya tadinya mengira rasanya akan aneh. Ternyata  tidak. Rasanya ternyata malah menambah enak, lezat, dan gurih!

Masih penasaran, saya pun menjajal lagi soup Shrimp Dumpling dengan sambal asli Indonesia itu. Saat teman saya memperhatikan saya mencicipinya dan bertanya, saya tersenyum. Ah enak juga!

Mencicipi Sup dengan sambal matah. Becik Rasane (dok.windhu)

Menurut Jasata (Brand Activitation Division Head), Hokben memang sengaja menghadirkan masakan Jepang dengan menu khas Indonesia, yakni Sambal Hijau, Sambal Bawang, Sambal Matah.

Sebagai pelopor makanan bergaya Jepang di Indonesia, kata Jasata, Hokben  terus
berinovasi untuk menghadirkan produk dan layanan berkualitas bagi para pelanggan setianya.

Melihat tingginya minat masyarakat Indonesia yang gemar akan makanan pedas, HokBen pun menjawab kebutuhan tersebut dengan menghadirkan Sensasi Dahsyat yaitu “Memadukan Makanan Jepang & makanan Khas Indonesia”

Orang Indonesia sangat menyukai rasa pedas. Itulah latar belakang munculnya 3 sambal khas Indonesia (dok.windhu)

Menurut Jasata, cerita di balik peluncuran ini, Indonesia dari Sabang sampai Merauke
kaya akan rempah dan juga memiliki rasa manis, gurih dan rasa pedas. Banyak orang yang mengaku merasa makanannya kurang mantap jika tidak ada rasa pedas. Wah, wajib dicoba nih!

Hmm, pantas saja resto Hokben Kartika Chandra yang dikomandoi store manager Zaki tampak sangat padat dikunjungi pembeli saat jam makan siang. Saya pun sampai harus ikut mengantri sebelum menikmati menu Hoka Suka 2 dengan sambal matah yang saya pilih.

Hokben memiliki sertifikat jaminan halal dari MUI. (dok.windhu)


Kartina Mangisi (Communications Division Head) mengatakan, untuk mencari menu masakan Jepang yang dipadu dengan sambal khas Indonesia ini saat ini bisa dengan mudah. Saat ini Hokben yang dulunya bernama Hoka Hoka Bento memiliki 150 gerai di Jawa dan Bali. Selain itu, juga memiliki layanan delivery service di nomor telepon 1-500-505 dengan armada yang siap mengantar. Pesanan online pun bisa dilakukan melalui websitenya.  Sudah begitu, menyantap makanan di resto ini tak perlu khawatir karena sudah mendapatkan jaminan sertifikat halal sejak tahun 2017.

Hmmm, satu hal yang pasti saat saya mencicipi perkawinan masakan Jepang dengan sambal makanan khas Indonesia,  saya hanya ingin mengatakan dahsyatnya rasa sesuai dengan asal daerahnya, yakni Lemak Bana, Becik Rasane, Wuenake Pol dan tak lupa Oishii..!



Komentar

  1. Sambal ijone pedesee nampoll...paduan pas dengan yakitori.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rasa sambalnya pas, ya mbak Hida. Pasti jadi tambah semangat makan.

      Hapus
  2. Wah iya boleh juga ya sama sup ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sambal Indonesia dicampur sama sup Jepang termyata enak juga.

      Hapus
  3. jadi bikin penasaran, gimana rasanya, masakan jepang yang dipadu dengan sambel Indonesia, apa masih menciptakan citarasa masakan jepang itu gak yaaa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buat cari tahu, ya paling asyik memang langsung dicoba. Jadi lebih tahu enak atau tidaknya, yuk...

      Hapus
  4. Menu yang berbeda dari sebelum-sebelumnya, kapan lagi makan makanan ala Jepang sama sambal Indonesia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, menu beda banget. Inovasi yang sip menjajal masakan Jepang dengan sambal Indonesia.

      Hapus
  5. ternyata cocok yaaa paduan menu makanan Jepang dgn sambal khas Indonesia. salut deh buat inovasi HokBen ini. sambelnya juga serius dibikinnya gak asal2an, mantap rasanya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kok bisa masuk ya inovasinya. Tadinya kukira akan gimana gitu rasanya, tapi enak-enak aja.

      Hapus
  6. Enak bnget sanbalny. Ikinnagih mau makan.di sini,, kapan.kita makan bareng mba?

    BalasHapus
  7. Pedasnya poll, keinginan makan akan bertambah. Apalagi di padu dengan masakan jepang.

    BalasHapus
  8. Sambel mah bs diadu SM apa aja apalagi ma goreng2an gt

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung dan memberikan komentar positif demi kemajuan dan kenyamanan pembaca.

Postingan populer dari blog ini

Minggu Pagi di Aksi #TolakPenyalahgunaanObat Car Free Day

MATA saya menatap kemasan kotak bertuliskan Dextromethorphan yang ada di meja BPOM. Di atas meja itu terdapat sejumlah obat-obatan lain bertuliskan warning, yang berarti peringatan. Ingin tahu saya memegangnya. Membaca kotak luar kemasan obat itu.  “Ini obat apa?” tanya saya. Adi, petugas BPOM itu memperlihatkan isi kotak kemasan. Menurutnya, obat Dextromethorpan sudah ditarik dari pasaran. Sudah tidak digunakan lagi karena dapat disalahgunakan oleh pemakainya. Dextromethorpan yang di kotak kemasannya tertera generik dan terdiri dari 10 blister ini masuk dalam kategori daftar G. Banyak yang menyalahgunakannya untuk mendapatkan efek melayang (fly). Fly? Pikiran saya langsung teringat kepada peristiwa penyalahgunaan obat yang menghebohkan negeri ini satu bulan lalu di Kendari, Sulawesi Tenggara. Korbannya yang anak-anak masih pelajar dan mahasiswa ini. Pertengahan September 2017, semua terkaget-kaget dengan kabar yang langsung menjadi topik pembicaraan

PopBox, Solusi Anti Repot Untuk Kirim, Titip, dan Ambil Barang via Loker

Pernah lihat lemari loker seperti ini? Smart locker yang disebut PopBox saat ini berjumlah 300 buah, yang tersebar di pusat perbelanjaan, apartemen, spbu, dan perkantoran, fungsinya untuk kirim, titip, dan ambil barang (dok.windhu) Waktu mulai merambat sore. Sudah memasuki pukul 17.00.   Saya memandang ke bawah dari balik kaca di lantai 11 Ciputra World, Lotte Avenue, Jl. Dr Satrio, Jakarta Selatan. Jalan terlihat dipadati mobil dan motor yang bergerak sangat lambat, termasuk di jalan layang. Cuaca pun berubah gelap   pertanda sebentar lagi hujan.     “Dilihat dari atas, mobil-mobil banyak ini seperti mainan, ya?” kata Sasi, salah seorang pengusaha batik muda asal Semarang, Jawa Tengah, yang ikut berpameran di ajang pertemuan perempuan yang diselenggarakan selama dua hari, yang saya ikuti. PopBox yang ada di pusat perbelanjaan Lotte Shopping Avenue (dok.windhu) Saya tersenyum. Kelihatannya begitu kalau dilihat. Mobil jelas terlihat kecil dan menari

Go-Box, Solusi Pindahan Nggak Pakai Repot

Go-Box, jasa pindahan rumah yang memudahkan (dok.www.go-jek.com) SENYUM mengembang dari wajah Ani, saat sudah pasti akan segera pindah rumah. Maklum, menjadi kontraktor alias orang yang mengontrak selama ini cukup melelahkan. Mimpi tinggal secara tenang di rumah milik sendiri menjadi kenyataan. Di rumah baru, segala sesuatunya pasti lebih tenang. Apalagi setelah menikah 5 tahun. Memang, bukanlah rumah besar. Punya dua kamar tidur, dengan ruang tamu, ruang makan, dapur, dan kamar mandi. Sedikit halaman kecil buat menanam tumbuhan ataupun bunga. Sudah pasti membahagiakan.   Lokasi rumah baru di wilayah Gunung Putri, Bogor. Selama ini, tinggal di Pluit, pada lokasi cukup padat dan nyaris tidak memiliki halaman. Ah, betapa menyenangkan, pikir Ani. Segera, semua barang yang ada di rumah pun dikemas. Packing ini dan itu. Tidak ada yang boleh tertinggal karena sebenarnya tidak banyak juga barang yang dibeli. Pertimbangannya saat itu, khawatir repot jika akan pindahan