Langsung ke konten utama

Brush with Danger : Film Kelas Hollywood Sineas Indonesia

 

Brush with Danger : Kisah Imigran  Kelas Hollywood Sineas Indonesia

BEBERAPA lembar lukisan indah sudah digelar cukup lama di pelataran taman tapi tidak ada satu pun yang membeli. Ditawar-tawarkan kepada orang yang lalu lalang pun, tidak ada yang mau. Berupaya menarik perhatian, sejumlah gerakan bela diri kungfu diperagakan.

Melompat, Menendang, dan Meninju udara. Tepuk tangan meriah dan uang terkumpul dengan mudah dari orang yang menonton. Tiba-tiba, selembar uang kertas $ 100 melayang jatuh di atas lukisan diiringi tepukan dari seorang lelaki perlente. Lelaki yang mengaku tertarik pada seni dan mencari pelukis berbakat untuk dipekerjakan di sebuah galeri seni (Art Gallery).

Kerinduan untuk hidup lebih baik sebagai imigran gelap yang datang ke Amerika melalui kontainer, membuat kakak beradik Alicia Qiang (Livi Zheng) dan Ken Qiang (Ken Zheng) tanpa pikir panjang menerima tawaran untuk tinggal di rumah Justus Sullivan, pemilik Art Gallery. Semua telah disediakan. Kuas, kanvas, dan perlengkapan lukis lainnya.

Semua yang diinginkan Alicia selama ini. Hari demi hari Alicia hanya harus melukis dan melukis. Salah satunya adalah untuk meniru lukisan Van Gogh, dengan syarat tidak boleh menandatangani lukisan. Sullivan berdalih lukisan itu untuk diberikan kepada temannya.

 Segala sesuatu bermula dari sebuah mimpi dengan keyakinan untuk sukses Pada saat yang sama, di pinggir pantai ditemukan sesosok mayat perempuan etnis Asia dengan uang $1.800. Pada jari-jari tangannya terdapat cat minyak bercampur timah khas seorang pelukis. Nick Thompson, detektif yang menyelidiki mencurigai adanya keterkaitan dengan pelukis Asia yang dimanfaatkan untuk membuat dan menjual lukisan-lukisan palsu karya pelukis terkenal.

Salah satunya adalah Alicia Qiang. Di sisi lain, Ken Zheng semakin terlibat dalam pertarungan tanpa ronde dan tanpa waktu di sebuah sasana olahraga, untuk mendapatkan sejumlah uang dengan cara mudah lewat pertarungan. Suatu kegiatan yang tidak disukai Alicia, kakaknya. Nasib kedua kakak beradik ini menjadi terancam dan terlibat dalam tindakan kriminal, saat pembeli lukisan kemudian menyadari lukisan yang dibelinya dari Sullivan, dengan harga $22 juta ternyata palsu.

Lengkap dalam rombongan bersenjata, mereka mendatangi rumah Sullivan dan mencari pemalsu lukisan. Bisakah kedua kakak beradik Alicia Qiang dan Ken Qiang lolos dari maut? Bagaimana dengan tindakan kriminal pemalsuan lukisan oleh Alicia? Bagaimana janji untuk membawa ayahnya dari Beijing ke Amerika? Kelanjutannya bisa disaksikan di Brush With Danger, karya sutradara Livi Zheng, asal Indonesia.




Mimpi Imigran Di Tanah Amerika

 DIKEMAS sebagai film laga berbalut drama keluarga dengan durasi selama 90 menit mengenai imigran asal Asia, Brush With Danger hadir cukup memikat. Aksi kakak beradik Livia Zheng dan Ken Zheng menyuguhkan gerakan-gerakan bela diri wushu sehingga menambah keapikan film.

Menjadi imigran, bukanlah hal yang mudah. Tuna wisma dan tuna karya. Alicia Qiang dan Ken Qiang saat tiba di Seattle, langsung kehilangan $ 92 yang dimilikinya. Harus makan sisa-sisa roti yang dibuang di tempat sampah.

Belum lagi risiko dirampok meski itu mengantarkan pada perkenalan pada Elizabeth, seorang pemilik restoran hamburger. Sebuah tawaran kebaikan dari seseorang tak dikenal belum tentu benar-benar bermaksud yang sesungguhnya. Ada juga yang memiliki niat terselubung dengan memanfaatkan kemampuan yang dimiliki oleh imigran.

Salah satunya dimunculkan melalui kisah pelukis Asia yang dimanfaatkan untuk melakukan pemalsuan lukisan karya pelukis terkenal. Inilah yang menjadi kekuatan skenario Brush With Danger, yang ditulis sendiri oleh Ken Zheng yang juga memerankan diri sebagai Ken Qiang.

Saat berbincang-bincang, Livi mengaku menekankan pentingnya sebuah skenario yang baik selain efek yang bagus, sehingga yang melihat tidak sekedar menonton dan kemudian berlalu.

Karya Hollywood Sineas Indonesia
SEBAGAI film Hollywood yang disutradarai dan dibintangi oleh perempuan Indonesia kelahiran Jawa Timur, Livi Zheng, Brush With Danger memunculkan kebanggaan tersendiri karena berhasil meraih kesuksesan di bioskop-bioskop Amerika Serikat dengan tayang selama hampir dua bulan lamanya.

Untuk pertama kalinya, film karya sutradara asli Indonesia dapat diperhitungkan dalam seleksi nominasi Oscar kelompok film Hollywood. Brush With Danger berhasil masuk dalam 1% seleksi film nominasi Oscar dari sekitar 40.000 film, untuk kategori Best Picture, pada ajang Academy Awards ke-87.

Film ini bersaing dengan film Interstellar, The Hunger Games: Mockingjay Part 1, dan juga Birdman. Sebagai pemeran utama film Brush with Danger, Livi Zheng dan Ken Zheng, yang bekerja sama dengan kru film Hollywood peraih Emmy Awards dan nominasi piala Oscar, bahkan mendapat kehormatan untuk menghadiri perhelatan Academy Awards bersama Joseph Gordon Levitt, Amy Adams dan Anna Kendrick.

Film Brush With Danger pantas diapreasi sebagai film apik karya anak negeri. Kegigihan dan perjuangan yang dilakukan oleh Livi Zheng sangat luar biasa. Tidak mudah untuk menembus dunia Hollywood, baik dari pelaku sinema lokal Amerika apalagi asal luar negeri, seperti Asia dan Indonesia. Naskah film ini sendiri sempat ditolak sampai 32 kali sebelum akhirnya diterima.

Bukan hanya pihak sineas atau dunia perfilman Indonesia dengan karya anak bangsa Brush With Danger. Seluruh pihak, tokoh masyarakat, aktivis, dan termasuk Komunitas Diaspora Indonesia yang menghargai prestasi Livi ini dengan memberi penghargaan Diaspora Creative Award, dalam acara
Kongres Diaspora Indonesia ke-3 pada tanggal 12-13 Agustus 2015, yang dibuka oleh Wakil Presiden Jusuf kalla.(dhu)




Foto : official Brush With Danger
Brush With Danger juga bisa dibaca di sini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Minggu Pagi di Aksi #TolakPenyalahgunaanObat Car Free Day

MATA saya menatap kemasan kotak bertuliskan Dextromethorphan yang ada di meja BPOM. Di atas meja itu terdapat sejumlah obat-obatan lain bertuliskan warning, yang berarti peringatan. Ingin tahu saya memegangnya. Membaca kotak luar kemasan obat itu.  “Ini obat apa?” tanya saya. Adi, petugas BPOM itu memperlihatkan isi kotak kemasan. Menurutnya, obat Dextromethorpan sudah ditarik dari pasaran. Sudah tidak digunakan lagi karena dapat disalahgunakan oleh pemakainya. Dextromethorpan yang di kotak kemasannya tertera generik dan terdiri dari 10 blister ini masuk dalam kategori daftar G. Banyak yang menyalahgunakannya untuk mendapatkan efek melayang (fly). Fly? Pikiran saya langsung teringat kepada peristiwa penyalahgunaan obat yang menghebohkan negeri ini satu bulan lalu di Kendari, Sulawesi Tenggara. Korbannya yang anak-anak masih pelajar dan mahasiswa ini. Pertengahan September 2017, semua terkaget-kaget dengan kabar yang langsung menjadi topik pembicaraan

Beli Buku Hanya Bayar Setengah di Buka Gudang Gramedia

Selama satu bulan, digelar Gudang Buku Gramedia, di Jl. Palmerah Barat, Jakarta. Diskon sebesar 50 % untuk semua jenis buku. Untuk buku komik hanya Rp.1000, dengan ketentuan minimal pembelian 10 buah (dok.windhu) There is no friend as loyal as book . Kalimat kutipan Ernest Hemingway, novelis yang karya-karyanya mendunia itu benar adanya. Buat sebagian orang, termasuk saya, buku sudah menjadi teman yang sangat setia. Sejak masih anak-anak hingga kini dewasa. Nah, begitu mata memandang seluruh ruangan yang disebut Buka Gudang Gramedia, Jl Pamerah Barat dan melihat tumpukan ratusan buku sesuai dengan kategorinya jelas terlihat di depan mata, rasa senang timbul.  Jumlah buku di rumah, si teman setia sudah jelas akan bertambah.Harga buku di zaman sekarang kalau karya top atau penulis bermutu pastilah mendekati Rp.100.000 atau lebih, per satu bukunya. Kegiatan diskon buku seperti Buka Gudang Gramedia, jadi salah satu solusi menambah bahan bacaan.  Ragam pilihan buku ba

D’Flora, Lipstik Untuk Bibir Hitam dengan Pilihan Warna Bagi Perempuan Aktif

Pilihan Lipstik untuk Bibir Hitam saat ini beragam. D'Flora, hadir dengan kandungan Jojoba dan vitamin yang membuat bibir terlihat menarik dan sehat. (dok.windhu) Awalnya saya tidak begitu memperhatikan mengenai masalah bibir hitam. Semua itu baru saya sadari saat Arni, salah seorang kakak perempuan   saya   mengeluhkan warna bibirnya. Jika warna lipstiknya sudah memudar, warna bibir aslinya langsung terlihat. Kakak merasa perlu lipstik untuk bibir hitam yang tepat digunakan sehari-hari.  “Pernah merokok, kali,” ucap saya asal sambil bercanda. Ups, jelas kakak saya tidak terima.Kakak tidak pernah menyentuh ataupun mencoba-coba rokok. Bahkan mencium bau asap rokok di suatu tempat keramaian umum,   kakak sudah tidak suka. Mungkin saya cukup beruntung karena warna bibir saya tidaklah segelap bibir kakak. Saya tahu usaha kakak untuk membuat warna bibirnya lebih merah dan menarik. Sesekali saya juga mengikutinya. Buat perempuan, memiliki warna bibir hitam, bibir g