Berkumpul dengan keluarga adalah hal yang indah (foto:riapwindhu) |
You don't choose your family. They are God;s gift to you, as you are to them
(Desmond Tutu-Africa Leader)
(Desmond Tutu-Africa Leader)
BADANKU ikut berguncang saat roda angkutan kota yang kutumpangi melewati jalan yang
sedikit tidak rata. Sebentar lagi sampai. Sudah cukup lama aku tidak ke rumah Om
Sur, adik bapak yang paling kecil di Rangkasbitung, Banten.
Kebetulan
kali ini ada kegiatan bareng teman-teman
sekerja di Pasir Ona, Rangkasbitung. Tidak
ada salahnya aku menyempatkan diri untuk mampir ke Bojong Leles, sebelum
kembali ke Jakarta.
Sampai di terminal Mandala,
Rangkasbitung, segera aku menghampiri seorang tukang ojek. Sebentar saja, aku
sudah sampai di Bojong Leles. Perumahan itu masih sama. Tidak banyak yang
berubah.Termasuk juga sebuah rumah yang terletak di sebuah taman.
Jarak Jakarta-Rangkasbitung,
Lebak, Banten, memang tidak jauh. Meski begitu,
saya tidak sering kesini. Maklum, bapak adalah anak tertua. Kalau ada sesuatu, justru semua adik-adiknya yang datang ke
Jakarta.
Kalaupun sepupu-sepupu saya
sedang libur panjang sekolah, biasanya mereka lebih sering untuk berlibur ke rumah
kakek dan neneknya di Jawa Tengah. Setelah itu mereka yang mampir ke Jakarta,
ke rumah kami.
Perlahan saya membuka pintu
pagar yang tertutup. Pintu rumah sedikit terbuka. Saya pun mengucapkan salam.
Assalamualaikum...
Tak ada jawaban.
Beberapa kali salam tidak
ada jawaban.
Akhirnya saya dorong pintu masuk.
Sepi sekali. Saya langsung masuk ke dalam. Baru beberapa langkah, ada yang
menegur dan mengejutkan.
“Siapa kamu?”
Seorang laki-laki.
Terkejut dan tidak terima
karena merasa ini rumah Om Sur, saya
balik bertanya,”Kamu siapa?”
Kami saling memandang.
Saya memperhatikannya tajam.
Begitupun laki-laki itu.
“Eh, ada mbak Windu,”
terdengar sebuah suara perempuan. Suara tante.
Istri Om Sur.
Tanggap, dia langsung
memperkenalkan laki-laki itu. Fajar, adalah salah seorang mantan mahasiswa Om Sur,
di sebuah perguruan tinggi lokal di Rangkasbitung. Laki-laki ini sangat akrab
dengan keluarga Om Sur. Malah nyaris seperti keluarga.
Sebenarnya, aku sering
mendengar cerita Om Sur mengenai Fajar. Cuma saja, baru kali ini aku benar-benar
bertemu. Ternyata hanya tahu lewat cerita bukan berarti sudah mengenal. Kami
pun akhirnya tertawa bersama.
Itu pengalaman pertama.
Harus sering-sering bersilahturahmi.
Beraksi bersama penuh tawa (foto:riapwindhu) |
***
SORE
hari, beberapa bocah kecil usia sekolah dasar tampak datang. Ada sebuah papan
tulis kecil di dinding tengah ruangan. Mereka membawa sejumlah buku dan alat
tulis. Hendak apa mereka?
“Mereka mau belajar, mbak,”
kata Damar, sepupu saya.
Ternyata Om Sur, mengajarkan
anak-anak kecil ini Bahasa Inggris.
Saya tertegun melihat betapa
antusiasnya anak-anak itu belajar bahasa asing yang menjadi bahasa
Internasional tersebut.
Semangat belajar ternyata ada
dimana-mana. Ternyata di daerah seperti ini, dengan kategori sekolah yang masih
katanya dianggap tertinggal, masih banyak anak-anak yang mempunyai niat belajar.
Saat malam hari, rumah beberapa orang juga tampak
datang ke rumah Om Sur. Mereka meminta
konsultasi pengerjaan tugas akhir. Yups, mereka adalah para mahasiswa sebuah
perguruan tinggi lokal tempat Om Sur mengajar.
Saya punya catatan kedua,
ternyata setiap orang selalu berupaya untuk maju mengatasi hambatan dirinya.
Termasuk dalam berbahasa.
Seharusnya, seperti saya
yang ada di Jakarta dengan segala kemudahan dapat lebih maju.
Kumpul bersama, berbagi bersama (foto:riapwindhu) |
***
MALAM
hari, akhirnya kami berkesempatan santap malam bersama. Banyak cerita-cerita
yang saling kami sampaikan. Saat
berkumpul bersama dengan sepupu-sepupu seperti ini ternyata ada saja selalu
hal-hal baru yang bisa saja mengurai tawa ataupun berbagi semangat.
Satu meja makan bersama,
menyantap makanan bersama, tentu saja memberikan rasa makanan yang disantap
lebih terasa enak walaupun hanya apa adanya. Menu hidangan sederhana yang belum
tentu juga memenuhi standar 4 sehat lima sempurna.
Begitu pun halnya dengan
saat menonton televisi bersama. Di depan televisi yang satu-satunya itu,
celetukan-celetukan mengenai tayangan pun saling ditimpali oleh kami. Hahaha seru,
karena tidak semua sependapat.
Ini menjadi catatan
ketigaku. Berkumpul bersama ternyata indah. Makan bersama dengan menu apa pun
lebih lezat dari restoran. Menonton televisi bersama tidak kalah asyik dengan
menonton layar bioskop.
***
BERSILAHTURAHMI ke
rumah saudara selalu saja mengasyikkan karena menambah rasa kedekatan. Pagi
hari, akhirnya aku pulang ke Jakarta. Ada sejumlah nasihat yang disampaikan Om
dan Tante Sur kepadaku, yang kuterima
dengan lapang dada.
Salah seorang sepupu
mengantarkan ke stasiun kereta api
Rangkasbitung. Sedikit oleh-oleh dititipkan untuk orang rumah di Jakarta.
Inilah rezeki berkunjung. Meski tak meminta, ada sedikit buah tangan untuk
dibawa.
Kereta api jurusan Rangkasbitung
menuju stasiun Tanah Abang telah tiba. Dulu, saya agak enggan jika harus
naik kereta api dari tempat ini. Bukan hanya karena dari ujung ke ujung tetapi
kondisi kereta yang dulu sangat buruk sekali.
Dulu, KA Rangkasbitung-Tanah
Abang identik dengan kotor, banyak pedagang yang menjual aneka rupa dagangan.
Selain itu, hawa di dalam kereta pun panas. Perlu modal kipas untuk menghalau
gerah.
Saat ini menaiki kereta api
dari tempat ini sudah berbeda. Selain sudah tidak ada pedagang, kereta juga
sudah dilengkapi dengan penyejuk ruangan (AC) sehingga menimbulkan rasa nyaman
bagi pengunjung.
Segala sesuatu berubah.
Termasuk saya dan keluarga saya. Hanya satu yang tidak berubah saat
bersilahturahmi, yakni kebersamaan yang tercipta. Asyiknya bersilahturahmi ke rumah saudara. Tak perlu juga harus menunggu lebaran! :)
My friends and family are my support system. They tell me what i need to hear, not what i want to hear, and they are there for me in the good and bad times. Without them, I have no idea where i would be and i know their love for me is what's keeping my head above the water (Kelly Clarkson-penyanyi)
Cat : Kutipan dari
Brainyquotes
#riapwindhu
Keluarga adalah tempat kembali setelah semua perjalanan usai dijalani. Salam kenal mbak :)
BalasHapusIya mbak, Marita Ningtyas. Keluarga adalah rumah untuk pulang dari segala penat perjalanan. Salam kenal juga, mbak :)
BalasHapus