KABAR itu
datang begitu mengejutkan kami sekeluarga di Jakarta, Januari 2016 lalu. Seorang
sepupu, anak dari paklik, adik bungsu bapak, dikabarkan masuk rumah sakit.
Penyebabnya adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), sehingga harus menjalani perawatan
intensif agar trombosit yang rendah bisa dinormalkan. Bisa sembuh segera dan
dapat beraktivitas kembali.
Saat
kabar itu disampaikan, wilayah Kabupaten Lebak, Banten memang sedang banyak
terjadi kasus demam berdarah dengue (DBD). Rumah sakit umum daerah dipenuhi
oleh pasien DBD. Harus menunggu dulu beberapa hari di IGD, sebelum memperoleh
kamar rawat inap.
Melihat
kiriman foto melalui media whattsapp smartphone, Ari, sepupu kami yang
lengannya kanannya dipasang dua botol infus terlihat sangat lemah. Kami sedih
tapi kami juga sedikit pangling melihatnya karena Ari terlihat lebih gemuk
dengan pipi yang lebih tembam. Maklum, terakhir bertemu saat lebaran tahun
lalu.
Begitu
anaknya masuk rumah sakit, paklik bahkan bertindak cepat dan segera melakukan
pembersihan seluruh rumah secara detail dari kemungkinan adanya air tergenang
yang dapat menampung jentik nyamuk.
Saat
itu, kami keluarga di Jakarta berpikir positif jika Ari akan segera sembuh dari
penyakit DBD yang dideritanya. Namun sayangnya, harapan kami keliru besar. Ada
kabar mengejutkan karena bukan hanya DBD yang sedang diidap Ari.
Berdasarkan
pemeriksaan darah dan urin yang dilakukan pihak rumah sakit, Ari didiagnosa
terkena diabetes. Penyakit gula. Kadar gula darah pada tubuh yang telah
diperiksa ternyata sangat tinggi. Mencapai 250 mg/DL. Dokter menyebutnya
hiperglikemia karena lebih dari 200 mg/DL.
Inilah
kejutan kedua bagi kami. Bahkan begitu mengagetkan hati. Ari masih sangat muda.
Sulit untuk percaya jika pemuda berusia 19 tahun itu mengidap penyakit gula. Mengidap diabetes.
Ha?
Apa? Kenapa? Kok bisa semuda itu terkena diabetes? Pertanyaan itu terlontar
dari sepupu-sepupu kami lainnya. Keluarga besar juga bingung karena Ari masih
duduk di semester empat, sebuah perguruan tinggi. Kami merasa tidak mengerti
karena penyakit ini biasanya terkena pada orang yang usianya sudah di
atas 40 tahun.
Meski
terkejut, perlahan kami mulai teringat dan tersadarkan jika ternyata dari pihak
nenek ada yang mengidap penyakit diabetes. Inilah salah satu yang menjadi
faktor keturunan yang menjadi risiko pewarisan penyakit. Konsultasi kesehatan dengan dokter mengenai diabetes pun menjadi sangat intensif.
Perhatian
terhadap tubuh Ari yang semakin gemuk perlahan juga sedikit luput dari paklik
dan bulik, sebagai orang tuanya. Maklum, sejak memasuki perkuliahan semester
pertama, Ari bersama dengan teman-temannya kuliahnya tinggal di sebuah rumah
kos dekat kampus.
Pola
makan yang tidak sehat, olahraga yang kurang, tubuh yang kurang bergerak karena
sibuk dengan smartphone dan netbook menjadi beberapa penyebab penyakit diabetes
yang diderita Ari. Tentu saja dengan riwayat keturunan diabetes dari keluarga.
Saat
bertemu lebaran tahun lalu, Ari memang terlihat sering mudah lapar dan lelah.
Kalau digigit nyamuk dan digaruk karena gatal, terkadang meninggalkan bekas
yang lebih berwarna hitam. Semua itulah yang tidak begitu terperhatikan oleh
semua yang ada di dekatnya.
Saat
itu, ada sisi bersyukur sekaligus bersedih. Penyakit DBD yang diderita ternyata
mengungkap juga penyakit diabetes yang diidap Ari.Kami dari Jakarta, bergantian menjenguknya di rumah
sakit. Kami juga selalu menunggu-nunggu
kabar baik turunnya kadar gula darah Ari menjadi normal.
Kami
berucap syukur saat datang kabar seperti ini ; Alhamdulillah, kadar gula darah
Ari perlahan-lahan mulai turun. Sebelumnya 240 mg/Dl sekarang menjadi 145
mg/DL. Begitu pun dengan trombositnya
juga sudah naik dari 13 ke 30, ke 37, dan perlahan ke 80.
Itu
yang selalu kami tunggu hingga akhirnya setelah lebih dari sepekan dirawat di
rumah sakit, Ari diizinkan untuk pulang ke rumah.
Mencari Info Diabetes
MESKIPUN Ari
saat ini gula darahnya sudah dianggap normal, penyakit diabetes yang diidapnya
menjadi peringatan bagi kami sekeluarga. Jika Ari yang usianya masih begitu
muda terkena, penyakit ini bisa saja juga mengintai kami yang memiliki garis
keturunan sama dari nenek. Siapa yang mau terkena penyakit ini?
Saya
pun sibuk searching internet dan mencari-cari buku untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai penyakit diabetes. Ternyata penyakit yang
berkategori tidak menular ini cukup populer karena banyak sekali informasinya
di internet.
Dalam
buku berjudul Diabetes, informasi lengkap untuk penderita dan keluarganya dari
Vitahealth, terbitan Gramedia diungkapkan, bahwa penyakit diabetes saat ini
menyebar sangat cepat, terutama di Asia.
Menurut
buku itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah penderita
diabetes akan meningkat hingga melebihi 300 juta jiwa pada tahun 2025. Dr. Paul
Zimmet daru International Diabetes Institute (IDI) di Victoria meramalkan bahwa
diabetes akan menjadi epidemi paling dahsyat dalam sejarah hidup manusia.
Diabetes
sendiri adalah suatu penyakit, dimana tubuh penderita tidak bisa secara
otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Saat sehat,
pankreas melepas hormon insulin yang bertugas mengangkut gula melalui darah ke
otot-otot dan jaringan lain untuk memasok energi.
Diabetes
adalah gangguan metabolisme. Penderita tidak mampu menggunakan insulin secara
efektif sehingga terjadi kelebihan gula di dalam darah. Diabetes terdiri atas
dua tipe yakni tipe I tergantung insulin dan Tipe II tidak tergantung pada
insulin. Nah, pada diabetes tipe II ini banyak orang yang tidak menyadari jika
sudah mengalami gejala. Jumlah penderitanya saat ini semakin banyak saat ini karena
pola makan tidak sehat dan pola hidup kurang gerak.
Gejala-gejala
seseorang diabetes antara lain sering buang air kecil, terus menerus lapar dan
haus, cepat lelah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit, dan mudah sakit
berkepanjangan.
Ari,
sepupu kami yang ganteng dan masih muda itu ternyata pun mengalami beberapa
gejala yang sama.
Mengubah Gaya Hidup
SADAR
jika saya dapat juga terkena diabetes dalam usia muda, saya pun perlu berhati-hati.
Berjaga-jaga. Ari semuda itu sudah harus hidup dengan diabetes meski tetap bisa
menjalani hidup normal dengan mengubah gaya hidup, rajin kotrol gula darah,
diet, dan melakukan olahraga secara teratur. Vaksin diabetes baru sebatas diujicobakan pada manusia, dalam artikel berjudul vaksin diabetes baru diujicobakan pada manusia, di viva.co.id pada tanggal 8 Juni 2016.
Saya
yang saat ini masih sehat juga merasa harus mengubah gaya hidup saya.
Menjauhkan diri dari gaya hidup yang tidak sehat. Diabetes terjadi karena
kerusakan sel beta pankreas yang memproduksi insulin akibat gizi tidak
seimbang. Kelebihan berat badan, dan kurang gerak juga termasuk faktor yang
mempengaruhi produksi dan kerja hormonal.
Saya
pun ambil ancang-ancang pencegahan :
1.
Memiliki program olahraga teratur.
Saya
menyukai olahraga bersepeda, maka saya bersepeda secara rutin. Salah satunya
saat car free day di Jakarta
2.
Mengontrol makanan sehat yang masuk ke dalam tubuh
3.
Segera melakukan pemeriksaan gula darah.
Penyakit
diabetes yang diderita Ari sungguh mengejutkan tetapi juga menyadarkan kami
untuk waspada terhadap penyakit ini. Siapa juga yang mau terkena diabetes pada
usia muda? Semua orang yang tidak mau harus mengubah pola hidupnya ! #ichoosetoprevent
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung dan memberikan komentar positif demi kemajuan dan kenyamanan pembaca.