Wisata Istana Untuk Rakyat, Istana Bogor Untuk Rakyat Mengundang antusias warga untuk berkunjung (dokpri) |
Udara
segar dan sejuk terasa begitu kaki melangkah masuk di jalanan dalam. Sisi kanan
dan sisi halaman gedung Istana Bogor
seluas 28,4 hektar itu tampak hijau rerumputan. Beberapa rusa terlihat.
Pohon-pohon besar meneduhkan.Sejumlah pekerja sedang menyapu halaman.
Sebelum
mencapai gedung yang memiliki luas
bangunan 14.8 m2, rombongan bisa mampir ke meja pendaftaran foto yang
disediakan. Memang, tidak ada satupun pengunjung yang boleh membawa kamera
ataupun ponsel, tapi pihak Istana Bogor telah menyediakan juru foto yang siap
mengabadikan kunjungan di depan Istura.
Jasa
foto untuk satu orang sekali jepret Rp.35.000. Untuk rombongan kecil Rp.70.000,
sedangkan rombongan di atas 50 orang Rp.100.000. Belum termasuk cetak foto.
Sebuah CD untuk hasil foto disediakan Rp.20.000.
Kami
pun sepakat untuk patungan dan berfoto bersama. Tidak perlu dicetak. Cukup
dimasukkan CD yang bisa langsung dibagikan fotonya kepada teman-teman yang ikut
berfoto melalui media sosial.
Mengabadikan
momen pernah berkunjung sangat penting. Banyak juga yang ternyata ingin berfoto
sendiri. Bahkan tidak sedikit pasangan-pasangan kekasih yang berfoto dengan
latar belakang Istana Bogor.
Dilihat
dari tampak depannya saja Istana Bogor indah dan mengagumkan. Di tempat ini,
Juli 2005 pernah dilangsungkan pernikahan anak pertama mantan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, yakni Agus Harimurti
dan Annisa Pohan.
Dari Gubernur Jendral
Belanda Hingga Presiden RI
Usai
berfoto, kami lantas menuju teras gedung Istana Bogor. Ya, hanya sampai situ
pengunjung Istura bisa melangkahkan kaki.Meski berharap bisa mengetahui bagian luar dan dalam, namun sejak
tahun 2015, wisatawan tidak bisa masuk ke ruangan yang ada dalam istana karena
Presiden RI Joko Widodo bertempat tinggal disana.
“Lho,
kita berarti wisata mengelilingi halaman istana?” tanya seorang teman.
Teman
yang lain tersenyum dan tertawa. “Biar saja lagi, masuk halamannya saja, saya
belum pernah,” timpal yang lain.
Hasanudin,
seorang guide yang berdiri di tangga teras teratas dengan memegang toa, menyapa
rombongan. Dia mengisahkan sejarah Istana Bogor. Salah satu dari enam istana
negara lainnya, yakni Istana Negara, Istana Merdeka, Istana Cipanas, Istana
Tampak Siring, dan Istana Yogyakarta.
Istana
Bogor atau yang disebut juga dengan nama Paleis Buitenzorg dibangun pada masa
pemerintahan kolonial Hindia Belanda, tepatnya pada zaman Gubernur Jenderal
Gustaff Willem van Imhof pada tahun 1745. Saat itu, dibutuhkan sebuah bangunan
peristirahatan untuk melepaskan diri dari panas dan penatnya udara di Batavia.
Akhirnya,
di Kampung Baru, yang terletak di antara
Gunung Salak dan Gunung Gede didirikan bangunan dengan halaman yang luas.
Inilah yang kemudian menjadi Istana Bogor. Di dekat Istana, kemudian dibangun
fasilitas peribadatan gereja Zebaoth dan sebuah rumah sakit.
Saat
Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels memimpin tahun 1808-1811, ditambahkan dua bangunan sayap kiri dan sayap
kiri di antara bangunan induk.
Daendels
juga mendatangkan enam pasang rusa totol dari Nepal untuk memperindah halaman
istana. Hingga kini, ratusan tahun setelahnya, rusa menjadi ciri Istana Bogor.
Jumlahnya mencapai 600 ekor dan dibiarkan bebas berkeliaran di halaman.
Gubernur
Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles asal Inggris, yang menyukai bidang botani,
kemudian menjadikan halaman belakang istana menjadi kebun botani. Saat ini,
dinamakan sebagai Kebun Raya Bogor.
Sejak
tahun 1870, Istana Bogor dijadikan tempat kediaman gubernur jendral Belanda.
Tercatat ada 38 gubernur jendral Belanda dan satu gubernur Inggris yang pernah
tinggal. Pada masa penjajahan Jepang,
tempat ini lebih difungsikan sebagai
markas
tentara.
Akhirnya,
pada tahun 1950, setelah kemerdekaan RI,
Istana Kepresidenan RI Bogor mulai digunakan oleh Presiden Soekarno untuk kantor, menjamu tamu negara, dan tempat
tinggal.
Domba dan Angsa Pak Presiden
Presiden
ke-7 RI Joko Widodo juga menggunakannya sebagai tempat kediaman, setelah
berkantor di Istana negara Jakarta, sore harinya ke Istana Bogor. Presiden
tinggal di salah satu dari tujuh paviliun yang ada di dalam kawasan Istana
Bogor.
Presiden
Jokowi senang memelihara hewan. Terdapat sebanyak 10 domba, angsa, dan kodok di
Istana Bogor yang sejuk. Pengunjung dapat melihat hewan peliharaan yang bebas
berkeliaran itu. Haha, beberapa domba itu pipis di jalan aspal yang ada di
depan bangunan sayap kiri Istana Bogor.
Dalam
kunjungan Istura 2017, pengunjung dapat melihat dari luar ruang Garuda Istana Kepresidenan Bogor, yang biasa
digunakan untuk menyambut tamu kenegaraan. Di antara mereka baru-baru ini
adalah Raja Salman asal Saudi Arabia dan mantan Presiden AS Barack Obama.
Istana
Bogor memiliki lima kaca yang indah. Efek kaca seribu katanya, ada di ruang
Garuda. Kaca yang lain ada di ruang
Teratai. Selain itu, di Istana ini terdapat ratusan patung beraneka
bentuk dan ratusan lukisan yang indah.
Museum Kepresidenan Republik
Indonesia
Meski
tak bisa masuk ke dalam Istana Bogor, pengunjung Istura diperkenankan berkunjung ke Museum
Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti. Tidak perlu mengirim surat
permohonan berkunjung.
Sehari-harinya,
untuk masuk ke museum ini memang gratis, tapi pengunjung harus mengantungi izin dulu dari pihak museum
setelah surat permohonan disetujui. Museum Kepresidenan Balai Kirti yang berada
di kawasan Istana Bogor berdiri di atas tanah seluas 3,211 m2 dengan luas
bangunan 5.865 m2.
Balai
Kirti yang berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti ruang menyimpan
kemahsyuran ini dimulai dari gagasan Presiden SBY pada tahun 2012. Disini, pengunjung dapat melihat koleksi
museum yang ruangan-ruangannya dibagi sesuai dengan nama enam mantan presiden
RI, yakni Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, dan SBY.
Di
luar museum, terdapat enam patung mantan presiden berwarna hitam dengan ciri
khas masing-masing. Dalam ruangan sesuai nama mantan presisen, dipamerkan
perlengkapan dinas, mulai dari baju hingga sepatu. Foto-foto, buku sejarah,
audiovisual, hingga film dokumenter.
Semboyan
setiap mantan presiden terpampang jelas dengan warna emas di dinding. Salah
satunya adalah semboyan Jas Merah (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah)
Soekarno.
Berakhir di Kebun Raya Bogor
Keluar
dari Balai Kirti, terdapat para penjual
makanan dan suvenir berkaitan Istana Bogor. Pengunjung Istura dapat meneruskan
wisata ke Kebun Raya Bogor juga dengan gratis. Biasanya, tiket masuk Rp.15.000
untuk lokal dan Rp.25.000 untuk wisatawan asing.
Di
Kebun Raya Bogor yang usianya sudah mencapai 200 tahun, sejak didirikan 18 Mei
1817 itu, memiliki luas 87 hektar. Di dalamnya, pengunjung bisa menjumpai
banyak taman, yakni Taman Mexico, Taman Teijsman, Taman Air, Taman Obat, Taman
Aracea, dan Taman Soedjana.
Dari
kolam gunting yang menghijau, berisi ikan air tawar, dan banyak ditumbuhi
teratai, pengunjung dapat menyaksikan tampak depan Istana Bogor yang Indah.
Terdapat tugu Reindwart sebagai penghargaan telah merintis Kebun Raya Bogor.
Sejumlah kursi tersedia untuk menikmati teduhnya pepohonan di sisi kolam.
Pengunjung
juga dapat menyaksikan Tugu raffles, yang merupakan di bukti cinta Thomas
Stamford Raffles terhadap isterinya yaitu Lady Olivia Mariamne yang meninggal
pada tanggal 26 November 1814 akibat penyakit malaria.
Menyudahi
kunjungan, saya menyempatkan ke komplek pemakaman belanda, yang sudah ada sejak
sebelum Kebun Raya Bogor didirikan. Terdapat 42 makam yang di antaranya
berornamen indah, 38 diantaranya memiliki identitas, sedangkan sisanya tak di
kenal.
Makam
tertua adalah makam seorang administrator toko obat berkebangsaan Belanda yang
bernama Cornelis Potmans yang meninggal pada tanggal 2 Mei 1784, Makam terbaru
adalah makam ahli botani Prof. Dr. A.J.G.H. Kostermans yang meninggal tahun
1994.
Selain
itu ada D.J. de ee Erens, beliau adalah seorang gubernur jendral yang menjabat
tahun 1836 – 1840, Mr. Ary Prins dan dua orang ahli Biologi yang meninggal
sekitar tahun 1820-an dalam usia muda, yakni Heinrich Kuhl dan J.C. Van Hasselt.
Dengan
kunjungan ke Istura, Istana Bogor Untuk Rakyat 2017, saya tidak hanya sekedar
berwisata sejarah ke Istana, melainkan ke Balai Kirti dan Kebun Raya Bogor
sekaligus.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung dan memberikan komentar positif demi kemajuan dan kenyamanan pembaca.