Langsung ke konten utama

Layanan SPG datangi Konsumen, Bayar Buku di Gramedia Tak Perlu Antri di Kasir


Dian, salah seorang pelanggan toko buku Gramedia mendapatkan layanan Pos Mobile. SPG  dengan membawa mesin cashlez mendatangi konsumen untuk transaksi tidak perlu antri. (dok. windhu).
Dian, salah seorang pelanggan toko buku Gramedia mendapatkan layanan Pos Mobile. SPG  dengan membawa mesin cashlez mendatangi konsumen untuk transaksi tidak perlu antri. (dok. windhu). 



“Pembayaran menggunakan apa, pak?” tanya seorang petugas toko buku Gramedia Matraman.  Segera, kartu debit sebuah bank dikeluarkan oleh konsumen.  Swipe kartu pada mesin dilakukan untuk transaksi sesuai dengan harga buku yang dibeli. Tidak begitu lama, keluar kertas bukti transaksi. Pembayaran sukses. “Silakan, pak,” kata petugas Sales Promotion Girl (SPG) sambil mengembalikan kartu debit konsumen.  

Semudah itu pembayaran transaksi non tunai menggunakan kartu debit bank untuk membeli buku di Gramedia. Bedanya, pembayaran buku dapat dilakukan langsung di depan rak buku tempat buku diambil. Dengan layanan POS Mobile, SPG menghampiri konsumen yang akan membeli buku tanpa perlu mengantri di depan meja kasir.

Selasa, 19 November 2019 di toko buku Gramedia Matraman,  Gramedia memperkenalkan kolaborasinya dengan  Cashlez,  yang bertajuk Tingkatkan efisiensi dan Efektivitas Pembayaran. Contoh transaksi pembayaran buku di atas, dilakukan oleh CEO Cashlez Teddy Tee.


Kolaborasi Toko Buku Gramedia dengan Cashlez untuk transaksi pembayaran buku yang efisien (dok.windhu)
Kolaborasi Toko Buku Gramedia dengan Cashlez untuk transaksi pembayaran buku yang efisien (dok.windhu)


Dalam kesempatan itu, Finance Director PT Gramedia Asri Media Herman Kristanto Masman tak menutupi jika di jaringan toko buku Gramedia, terutama pada hari libur atau tahun ajaran baru, terihat antrian yang panjang di kasir. Tentu saja, hal ini mengurangi kenyamanan kosumen.

“Kadang-kadang kami mengalami pos dekstop yang biasa di kasir kurang memberikan kenyamanan karena antriannya panjang sekali. Karena itu, kami melihat solusi pos mobile yangbisa mengurangi antrian dan bisa membantu mengurangi pembatalan transaksi,” tutur Herman.

Selain itu, kata Herman, kalau ada konsumen yang tertarik untuk membeli produk tapi ukuran yang besar, serba susah. Konsumen harus membawa ke depan kasir dan masih harus mengantri. Dengan adanya pos mobile ini, karyawan Gramedia yang menghampiri konsumen yang ingin bertransaksi. Transaksi bisa dilakukan di seluruh lokasi yang ada di dalam Gramedia.


Pembayaran buku bisa langsung dieksekusi di tenpat seorang konsumen memilih buku yang ingin dibeli. Termasuk di antara rak buku (dok.windhu)
Pembayaran buku bisa langsung dieksekusi di tenpat seorang konsumen memilih buku yang ingin dibeli. Termasuk di antara rak buku (dok.windhu)


Kemudahan seperti ini memang selalu dinantikan oleh pembeli buku. Tidak ada pengunjung yang ingin berlama-lama mengantri yang bisa menghabiskan waktu cukup lama sebelum transaksi berhasil. Jika antrian panjang, tak jarang pembeli memilih tak jadi membeli dan meletakkan kembali buku yang sudah dipegang.   

Sebagai  konsumen sebuah toko buku, mungkin ada juga yang pernah punya pengalaman membeli sebuah barang, misalnya bolpen. Kalau mau beli, akan dibuatkan nota dulu. Lalu datang ke kasir, antri. Setelah dapat  capnya baru kembali ke counter dan mendapatkan bolpen yang dibeli.

Mesin Cashlez bisa untuk pembayaran menggunakan debit, kartu kredit, dan QR Payment aplikasi (dok.windhu)
Mesin Cashlez bisa untuk pembayaran menggunakan debit, kartu kredit, dan QR Payment aplikasi (dok.windhu)


Nah, dengan adanya layanan SPG yang mendatangi  konsumen dengan membawa mesin cashlez, maka proses pembayaran bisa lebih cepat. Konsumen/pelanggan yang lebih diuntungkan. Nantinya SPG yang akan keliling. Bukan customer yang ke kasir, melainkan kasir yang customer. Jadi, pembelian bisa langsung diesksekusi. Proses pembayaran sama dengan yang terjadi di kasir.

“POS mobile ini sangat bermanfaat bagi konsumen Gramedia karena bisa berbelanja dengan cepat dan bisa meneruskan aktivtasnya dengan kembali. Tidak perlu mengeluh dan mengomel karena antrian panjang, pembayaran selesai,”  tutur Herman.

CEO Cashlez Teddy Tee melakukan simulasi pembelian buku di Toko Buku Gramedia dengan menggunakan cashlez (dok.windhu)
CEO Cashlez Teddy Tee melakukan simulasi pembelian buku di Toko Buku Gramedia dengan menggunakan cashlez (dok.windhu)


Cashlez  menggunakan apa saja?

CEO Cashlez Teddy Tee menjelaskan, Cashlez adalah perusahaan payment gateway yang teregister di Bank Indonesia. Sebagai payment proces yang menghubungkan antara bank dengan pemain-pemain fintech yang lain dengan merchant.  Inovasi Cashlez  initelah mendapatkan penghargaan Rekor Dunia dari MURI pada tahun  2019.

Cahhlez, kata Eddy,  mencoba untuk memecahkan masalah yang terjadi di lapangan. Saat ini di Indonesia, pembayaran non tunai sedang ngetren dan semakin banyak juga pemainnya.  Cashlez hadir sebagai  solusi yang menghubungkan semua pembayaran non tunai yang banyak ini. Tidak cuma bank, tetapi juga  pembayaran yang berbasiskan aplikasi.


Pembayaran Pos Mobile Gramedia dengan mesin Cashlez (dok.windhu)

Saat ini, Cashlez bisa digunakan pada 6.000 pelaku usaha yang terdaftar dari berbagai segmen mulai dari industri ritel, fesyen, F&B, hingga pariwisata. Saat ini sudah ada di Jakarta, Bali, Bandung, Surabaya, Medan, Yogyakarta dan Makassar.

“Tujuannya  menggabungkan semua menjadi satu platform dan menjadi satu alat. Yang dimudahkan adalah merchantnya dan juga customernya ketika memilih memakai source of fundnya dari mana,” jelas Teddy.

Cashlez menerima berbagai macam metode pembayaran nontunai, multi method transaction, baik swipe dip, serta QR payment. Bisa menerima pembayaran usaha menggunakan Uang Tunai, Kartu Kredit/Debit, LinkAja, OVO, GoPay, Cashlez Link, Kredivo, dan juga installment.

Jadi, jika membeli buku di Gramedia, pemiik kartu debit bank, kartu kredit, dan berbasis aplikasi seperti yang disebutkan bisa mendapatkan layanan POS Mobile. Pembayaran yang langsung didatangi SPG.

Layanan POS Mobile akan diterapkan di Gramedia seluruh Indonesia (dok.windhu)
Layanan POS Mobile akan diterapkan di Gramedia seluruh Indonesia (dok.windhu)



Tunggu dulu, tak hanya itu. Pelanggan yang memiliki voucher Gramedia pun bisa menikmati layanan yang sama. Tinggal memberikan voucher Gramedia yang dimiliki untuk melakukan pembelian buku.

Dian, salah seorang rekan sangat berbahagia saat bisa mencoba layanan POS Mobile yang hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk membeli sebuah buku yang sudah diincarnya. Hal yang menyenangkan lainnya, layanan ini terintegrasi dengan aplikasi MY Value kelompok Gramedia, sehingga tetap bisa mendapatkan poin member.

Buat toko buku, penggunaan  Cahslez  juga lebih efisien karena transaksi bisa langsung terjadi. Di meja kasir, juga tidak perlu banyak mesin, dengan satu mesin cashlez bisa.

Director PT Gramedia Asri Media Herman Kristanto Masman mengatakan, tahun 2020,  Gramedia sudah emasuki umur ke 50 tahun. Saat ini sudah mempunyai toko 119  cabang dari Nangroe Aceh Darussalam hingga Jayapura.  Selain itu akan membuka juga dua toko lagi, yakni di Palu dan di garut.  Penutup tahun 2019 dengan jumlah mencapai 121 toko buku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Minggu Pagi di Aksi #TolakPenyalahgunaanObat Car Free Day

MATA saya menatap kemasan kotak bertuliskan Dextromethorphan yang ada di meja BPOM. Di atas meja itu terdapat sejumlah obat-obatan lain bertuliskan warning, yang berarti peringatan. Ingin tahu saya memegangnya. Membaca kotak luar kemasan obat itu.  “Ini obat apa?” tanya saya. Adi, petugas BPOM itu memperlihatkan isi kotak kemasan. Menurutnya, obat Dextromethorpan sudah ditarik dari pasaran. Sudah tidak digunakan lagi karena dapat disalahgunakan oleh pemakainya. Dextromethorpan yang di kotak kemasannya tertera generik dan terdiri dari 10 blister ini masuk dalam kategori daftar G. Banyak yang menyalahgunakannya untuk mendapatkan efek melayang (fly). Fly? Pikiran saya langsung teringat kepada peristiwa penyalahgunaan obat yang menghebohkan negeri ini satu bulan lalu di Kendari, Sulawesi Tenggara. Korbannya yang anak-anak masih pelajar dan mahasiswa ini. Pertengahan September 2017, semua terkaget-kaget dengan kabar yang langsung menjadi topik pembicaraan

PopBox, Solusi Anti Repot Untuk Kirim, Titip, dan Ambil Barang via Loker

Pernah lihat lemari loker seperti ini? Smart locker yang disebut PopBox saat ini berjumlah 300 buah, yang tersebar di pusat perbelanjaan, apartemen, spbu, dan perkantoran, fungsinya untuk kirim, titip, dan ambil barang (dok.windhu) Waktu mulai merambat sore. Sudah memasuki pukul 17.00.   Saya memandang ke bawah dari balik kaca di lantai 11 Ciputra World, Lotte Avenue, Jl. Dr Satrio, Jakarta Selatan. Jalan terlihat dipadati mobil dan motor yang bergerak sangat lambat, termasuk di jalan layang. Cuaca pun berubah gelap   pertanda sebentar lagi hujan.     “Dilihat dari atas, mobil-mobil banyak ini seperti mainan, ya?” kata Sasi, salah seorang pengusaha batik muda asal Semarang, Jawa Tengah, yang ikut berpameran di ajang pertemuan perempuan yang diselenggarakan selama dua hari, yang saya ikuti. PopBox yang ada di pusat perbelanjaan Lotte Shopping Avenue (dok.windhu) Saya tersenyum. Kelihatannya begitu kalau dilihat. Mobil jelas terlihat kecil dan menari

Go-Box, Solusi Pindahan Nggak Pakai Repot

Go-Box, jasa pindahan rumah yang memudahkan (dok.www.go-jek.com) SENYUM mengembang dari wajah Ani, saat sudah pasti akan segera pindah rumah. Maklum, menjadi kontraktor alias orang yang mengontrak selama ini cukup melelahkan. Mimpi tinggal secara tenang di rumah milik sendiri menjadi kenyataan. Di rumah baru, segala sesuatunya pasti lebih tenang. Apalagi setelah menikah 5 tahun. Memang, bukanlah rumah besar. Punya dua kamar tidur, dengan ruang tamu, ruang makan, dapur, dan kamar mandi. Sedikit halaman kecil buat menanam tumbuhan ataupun bunga. Sudah pasti membahagiakan.   Lokasi rumah baru di wilayah Gunung Putri, Bogor. Selama ini, tinggal di Pluit, pada lokasi cukup padat dan nyaris tidak memiliki halaman. Ah, betapa menyenangkan, pikir Ani. Segera, semua barang yang ada di rumah pun dikemas. Packing ini dan itu. Tidak ada yang boleh tertinggal karena sebenarnya tidak banyak juga barang yang dibeli. Pertimbangannya saat itu, khawatir repot jika akan pindahan