|
Pernahkah mengalami saat pergi ke suatu toko untuk membeli sesuatu, tapi barang yang dicari tidak ada? Jawaban yang paling umum dikemukakan oleh pemilik toko, biasanya adalah barang atau produk yang sedang dicari si pembeli, belum dikirim dari agen/salesnya.
Terkadang, butuh waktu yang cukup lama supaya barang/produk yang dibutuhkan pembeli itu benar-benar ada. Bisa dalam hitungan hari, bahkan minggu. Kondisi ini sudah pasti membuat kecewa. Pembeli akhirnya batal untuk membeli. Di sisi lain, produk/barang pun tidak terjual.
|
Mengharapkan kemungkinan pembeli datang lagi untuk barang/produk yang dicari? Bisa ya, bisa juga tidak. Ini hanya dimungkinkan pada sesuatu yang sangat langka dan begitu favorit. Kalau barang/produk itu masuk kategori yang ketat saingan dan banyak yang sejenis, bisa wassalam. Pembeli belum tentu mau menunggu.
Tentu saja, saya pun tidak suka membuang waktu. Lebih baik, saya mencari pengganti barang yang serupa agar tidak repot. Mengenai hal ini, Agung Bezharie (Co-Founder/CEO Warung Pintar) mengakui, para pemilik toko/warung di Indonesia masih terkendala dengan yang namanya akses.
“Pemilik-pemilik warung ini nggak punya akses barang yang persitently. Tergantung salesnya, agennya. Kalau barangnya ada, ya ada, kalau barangnya nggak ada ya nggak ada. Nggak konsisten,” tutur Agung Bezharie, saat diskusi mengenai synergistic collaboration among corporate, startups, SMEs, & Government di kegiatan Connect, Jakarta Convention Center, Kamis 31 Oktober 2019.
|
CONNECT 2019 merupakan ajang perusahaan teknologi yg bergerak di bidang e-commerce, baik marketplace platforms/tools, digital marketing, fintech, dan logistik, serta para rekan-rekan UKM, korporasi, hingga perwakilan pemerintah untuk turut serta membangun ekonomi digital Indonesia bersama-sama
Menurut Agung, hambatan akses itu beragam, baik terhadap finansial, informasi, maupun juga akses untuk menggapai pasar yang lebih besar. “Selain itu, mereka masih nyatet di belakang karton rokok,” tukas Agung.
Agung menemuan kendala-kendala UMKM tersebut, setelah turun ke lapangan dan ternyata sekedar ‘diomongin doang’. Itulah kesimpulan saat ke warung dan bertanya, ikut program UMKM ,atau pernah tahu nggak kalau bisa mengembangkan usaha hingga 10 kali lipat?
Dilatarbelakangi kenyataan usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan penopang ekonomi nasional, yang jumlahnya mencapai 60 juta di seluruh Indonesia, maka ‘Warung Pintar’ pun hadir.
|
Lahirnya Warpin bertolak dari statistik UMKM di seluruh Indonesia yang 90%-nya atau sekitar 60 juta adalah usaha mikro. Warpin melihat adanya peluang untuk meningkatkan usaha mikro melalui pembukaan akses.
Warung Pintar adalah perusahaan teknologi yang mentransformasi warung di Indonesia, yang memungkinkan usaha mikro terus bertumbuh sesuai dengan jenis usahanya.
Mulai dari kemudahan pesan barang, monitor kemajuan usaha, pendampingan dengan berbagai teknologi pendukung usaha, points of sales, Integrated Supply Chain System, aplikasi, kegiatan komunitas dan edukasi, hingga kesempatan merenovasi warung.
|
Rumah Kreatif BUMN
Peluang agar UMKM berkembang, juga diupayakan dengan membuka lebar akses, terutama pada aspek digitalisasi. Salah satu contohnya adalah pendirian Rumah Kreatif BUMN. yang merupakan kolaborasi BUMN untuk menghadirkan akses kepada dunia digital kepada UMKM di berbagai daerah.Bank Mandiri dan Telkom merupakan dua BUMN yang banyak terlibat dalam program digitalisasi UMKM ini.Hery Sofiaji (AVP Micro Development and Agent Banking Group Bank Mandiri) menyampaikan, Bank Mandiri telah menyalurkan kredit lebih dari Rp 150 triliun kepada UMKM, 47 triliun di antaranya potensial diberikan kepada UMKM yang bersifat digital.
Selain ikut memodali UMKM atau startup, Bank Mandiri juga terjun ke dalam industri fintech lending, dengan cara melakukan “co-opetition”, kompetisi dalam kooperasi, dengan fintech lain. Jadi, kehadiran fintech bagi Bank Mandiri tak dipandang semata-mata sebagai kompetitor yang tidak bisa diajak bekerja sama. “Ada peluang sekaligus tantangan dalam industri fintech,” tutur Hery.
Telkom yang juga telah dikenal sebagai perusahaan berlatarbelakang teknologi digital juga telah membangun lebih dari 50 unit Rumah Kreatif BUMN. Dalam mewujudkan visi untuk menjadi salah satu lokomotif pengembangan ekonomi digital, Telkom berkiprah melalui berbagai program, salah satunya melalui program inkubator bisnis “Indigo” dan digital valley di 4 kota di Indonesia.
Melalui program inkubasi ini, diberikan bantuan pendanaan dan akses pasar kepada para startup binaan. “Dalam perkembangannya, kualitas startup sangat variatif sehingga dibutuhkan asistensi yang lebih intens. Untuk itu dibangun DILO di berbagai tempat di seluruh Indonesia,” tutur Joddy Hernady (EVP Digital & Next Business Telkom Group)
Meningkatkan Profit Melalui Media Sosial
Untuk urusan promo produk dan layanan, saat ini sudah banyak platform yang makin mempermudah. “Kita harus melakukan promo di media sosial, seperti Facebook dan Instagram. Namun tetap saja ads di medsos itu harus hanya sebagai pelengkap saja, yang lebih penting lagi adalah engagement dengan customer,” tutur Ridho Khusnul Fadhil (CEO Humblezing).Fariz Egia Gamal (Owner Mister Brewok). Media sosial cukup berperan penting. Salah satunya dengan melakukan endorse public figure yang benar-benar melakukan ‘user experience;. “Akuisisi customer baru sangat penting, kita harus sisihkan budget untuk promote di media sosial,” kata Gamal.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung dan memberikan komentar positif demi kemajuan dan kenyamanan pembaca.