|
Hidup di zaman smartphone yang terkoneksi dengan internet memang menyenangkan. Ingin kemana-mana serba mudah. Tinggal pesan kendaraan online yang langsung menjemput di depan rumah. Mau pesan makanan, tinggal pilih banyak ragam menu promo dan diskon. Makanan lengkap tinggal santap diantar sampai ke rumah.
Menyenangkan, bukan? Yups, itulah gaya hidup manusia zaman now. Tanpa sadar, kemudahan-kemudahan yang ditawarkan di era kepraktisan sudah membuat tubuh malas bergerak (mager). Perut pun semakin membuncit. Badan pun semakin menggemuk. Olahraga jarang dilakukan.
Konsumsi gula, garam, dan lemak tidak disadari semakin banyak. Kenikmatan dan kemudahan memang sangat menunjang tapi di sisi lain juga menimbulkan kemungkinan terkena penyakit tidak menular (PTM). Penyakit tidak menular antaranya adalah diabetes, jantung, hipertensi, kolesterol, dan stroke.
Selain itu, ada penyakit kanker yang saat ini jumlah pengidapnya semakin banyak. Saat ini, pengidap Kanker merupakan penyebab kematian kedua terbesar di dunia. Di Indonesia, prevalensi penyakit kanker juga cukup tinggi. Terjadi peningkatan dari 1, 4 per 1000 penduduk (Riskesdas 2013) menjadi 1, 8 per 1000 penduduk (Riskesdas 2018).
“Lebih dari 18 juta orang terdiagnosis kanker dan 9, 6 juta orang di dunia meninggal akibat kanker setiap tahunnnya,” kata dr. Cut Putri Arianie, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), dalam kegiatan dengan Social Media Influencer, terkait Hari Kanker Sedunia yang jatuh pada tanggal 4 Februari.
|
Hal yang menyedihkan,diiperkirakan insidens kanker di tahun 2040 mengalami peningkatan menjadi 29, 5 juta orang. Dengan kata lain, setiap 2 detik ada 1 orang baru yang terdiagnosis kanker dan setiap 3 detik ada 1 orang yang meninggal dunia.
Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat menjadi 1 orang terdiagnosis setiap 1 detik dan 1 orang meninggal setiap 2 detik pada tahun 2040. Setiap 70 % kematian akibat kanker terjadi pada negara berkembang. Terbayang kan, jika yang terkena kanker adalah orang-orang yang terdekat atau berada di sekitar kita?
Apalagi, data WHO (Globocan 2018) menyebutkan terdapat sekitar 348.809 kasus baru kanker dan angka kematian akibat kanker sebanyak 207.210 di Indonesia. Penyebabnya, sebagian besar (65%) pasien datang saat stadium sudah lanjut.
|
Kalau sudah begini, tentu saja sulit untuk sembuh. Penanganannya pun lebih bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup atau paliatif, dibandingkan dengan tujuan mengontrol kanker dan mencegah penyebaran/kuratif.
Padahal, masih menurut WHO, sebanyak 43 % kanker dapat dicegah. Yaitu dengan mencegah faktor risiko. “Ada fakto risiko yang tidak dapat diubah, yaitu usia, jenis kelamin, dan genetik (keturunan). Ada yang bisa diubah, yaitu perilaku merokok, kurang aktivitas fisik, obesitas, darah tinggi, dan diabetes” kata dr. Cut Putri Arianie.
Sekali orang mengidap penyakit kanker, lanjut dr Cut Putri, maka sangat sulit orang akan disembuhkan jika sudah dalam stadium lanjut. Kecuali dapat dikendalikan dengan minum obat sepanjang usianya. Harus patuh minum obat sesuai anjuran dokter. “Yang paling penting adalah mencegah faktor risiko karena hanya distulah yang bisa diintervensi. Jadi kalau sudah menderita, ya sudah sangat sulit untuk diobati,” lanjut dr Cut Putri.
|
Menghindari Faktor Risiko, Sulitkah?
Nah jika kita merasa faktor risiko sulit diubah, hal terbaik adalah coba tanya kepada diri sendiri. Meski tidak ada keluhan, tetap harus melakukan deteksi dini. Jangan hanya sekali seumur hidup.Terlebih, pada orang yang hidup dengan faktor risiko. Ingat, tetap harus mengukur lingkar perut. Tanggung jawab ada pada diri sendiri. Kesehatan adalah tanggung jawab diri sendiri.
Salah satu upaya yang penting dilakukan untuk mengatasi permasalahan kanker di Indonesia adalah dengan menerapkan pola hidup sehat. Sebanyak 3 % dari seluruh kanker dapat dicegah dengan mengurangi faktor risiko. Pencegahan infeksi yang berhubungan dengan kanker, 30 % dari kasus kanker dapat disembuhkan bila ditemukan dan diobati dalam keadaan dini.
|
Selain gejala kanker, ada lagi faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya suatu penyakit kanker, yakni
- makanan yang kontak dengan zat-zat kimia, yakni 6 P terdiri atas penyedap, pewarna, perasa, pengawet (pengasinan, pengasapan).
- polutan
- diet tidak seimbang, rendah seret, tinggi lemak
- kurang aktivitas lemak
- paparan asaap rokok dan produk tembakau
- paparan lingkungan berbahaya
- konsumsi alkohol
- perilaku seksual yang berisiko
- paparan sinar ultraviolet
- hereditas/keturunan
Profesor Dr dr Soehartati Gondhowiarjo, Sp.Rad(K) OnkRad mengatakan, peringatan hari kanker pada Februari untuk mengingatkan masyarakat agar memiliki pola hidup sehat dan menghindari risiko kanker.
|
Menurut Prof. Tati, kanker dapat menyerang siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan, anak-anak, atau dewasa. Banyak sekali jenis kanker yang menyerang manusia, namun ada beberapa jenis kanker yang sering menyerang pada pria, yakni kanker paru, kanker kolorektal, kanker prostat, kanker hati, dan nasopharing.
Untuk perempuan, jenis kanker yang sering dialami adalah kanker payudara, kanker leher rahim, kanker kolorektal, kanker ovarium, kanker paru. Sementara, kanker yang sering terjadi pada anak-anak adalah kanker bola mata (retinoblastoma) dan kanker darah (leukimia).
Pada stadium dini (awal) kanker tumbuh setempat dan tidak menimbulkan keluhan ataupun gejala. Hal inilah yang menyebabkan orang yang sudah terkena kanker tidak menyadarinya.
Ada 7 (tujuh) gejala yang pelu diperhatikan dan diperiksakan lebih lanjut ke dokter untuk memastikan ada tidaknya kanker dengan WASPADA. Apa itu WASPADA? Yakni :
1. Waktu buang air besar atau waktu buang ai kecil dan perubahan kebiasaan atau gangguan.
2, Alat pencernaan terganggu dan susah menelan
3. Suara serak atau batuk yang tak sembuh-sembuh
4. Payudara atau di tempat lain ada benjolan (tumor)
5. Andeng-andeng (tahi lalat) yang berubah sifatnya menjadi besar dan gatal
6. Darah atau lendir yang abnormal keluar dari tubuh
7. Adanya koreng atau borok yang tidak mau sembuh-sembuh
Lalu apa yang harus dilakukan bila memiliki keluarga yang menderita sakit kanker? Friska Batubara, putri dari almarhum Cosmas Batubara mengatakan, dukungan terhadap penderita kanker sangat dibutuhkan. Misalnya, tidak boleh terlihat sedih di depan yang sakit.
Friska mengatakan, layanan penyakit kanker di Indonesia sudah cukup baik. Friska mengenang ayahnya Cosmas Batubara yang tekun berobat dan mampu mengendalikan stress dengan dukungan penuh keluarga.
Cosmas Batubara yang menderita penyakit kanker kolorektal mampu membuat hidupnya berkualitas di akhir hayat. Hingga saat sebelum meninggal, Cosmas masih bisa menandatangani dokumen sebelum kondisi kesehatannya memburuk dan akhirnya berpulang.
Setiap orang bisa melakukan pola hidup sehat dan mencegah faktor risiko kanker. Setiap anggota masyarakat memiliki kekuatan untuk melakukan tindakan untuk mengurangi dampak kanker terhadap individu, keluarga, dan komunitas.
Hal ini sejalan dengan tema hari kanker sedunia 2019-2021 adalah Iam an I Will (saya adalah dan saya akan) yang mengajak masyarakat untuk menjalankan peran masing-masing untuk mengurangi beban akibat kanker. Jadi, apa yang sudah kita lakukan?
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung dan memberikan komentar positif demi kemajuan dan kenyamanan pembaca.